Ussindonesia.co.id , JAKARTA — IHSG berhasil bertahan di level 8.000 selama tiga hari beruntun. Pencapaian ini membuat sejumlah analis kian optimistis terhadap prospek penguatan indeks hingga akhir 2025, seiring dengan hadirnya berbagai katalis positif.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta telah merevisi target IHSG selepas kenaikan indeks ke level tertingginya. Semula, pada pertengahan tahun, Nafan memprediksi level 8.100 bagi IHSG di 2025 sebagai ‘skenario optimis’, dan sebagai ‘skenario realistis’ pada 2026.
Namun, kini Nafan merevisi naik target IHSG hingga akhir 2025 ke level 8.246 sebagai skenario positif. Menurutnya, sejumlah katalis, seperti pemangkasan suku bunga The Fed dan BI telah mendorong laju IHSG di level saat ini.
Ke depannya, ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut dari The Fed dan BI dinilai bakal berpotensi memberikan dorongan lebih lanjut terhadap IHSG. Selain itu, paket stimulus pemerintah juga dinilai bakal menjadi pendorong lainnya bagi kinerja indeks komposit.
“Dari dalam negeri, paket stimulus ekonomi diharapkan dapat dirasakan di kuartal IV/2025,” katanya saat dihubungi, Jumat (19/9/2025).
Sementara itu, Head of Research Analyst Kiwoom Sekuritas Liza Camelia mengatakan, pihaknya belum melakukan revisi target IHSG sepanjang 2025. Proyeksi Kiwoom masih berkisar di level 7.800–8.000 hingga Desember 2025.
: : IHSG Ditutup Menguat ke 8.051, Saham BRMS, BRPT, dan BBCA Melaju
Liza menerangkan, penguatan IHSG lebih disebabkan oleh pemangkasan BI Rate ke level 4,75%, yang dinilai mampu menurunkan cost of fund dengan lebih cepat. Kini, penguatan IHSG akan ditopang oleh kredibilitas fiskal pada 2026, sinkronisasi Menteri Keuangan Purbaya dengan Bank Indonesia, hingga realisasi penyaluran likuiditas ke sektor riil.
“[Target IHSG] masih sekitar 7.800–8.000 sebagai skenario moderat,” katanya singkat, Jumat (19/9/2025).
: : IHSG Stabil di Atas Level 8.000, Bisa Pikat Masuk Investor Asing?
Namun, Liza tidak menutup kemungkinan ihwal IHSG yang kembali menguat di sisa 2025. Menurutnya, sentimen positif bakal didulang oleh pasar jika narasi pemangkasan suku bunga BI berlanjut dan penyaluran likuiditas senilai Rp200 triliun memberikan data perbaikan sektor riil yang signifikan.
Secara jangka panjang, penguatan IHSG dinilai mesti ditopang oleh kebijakan fiskal pada 2026 yang positif, efektivitas penyaluran kredit riil, hingga kehati-hatian dalam menerapkan disiplin fiskal.
Liza menilai, sejumlah sektor yang bakal mendulang sentimen positif dari sejumlah katalis yang terjadi belakangan antara lain perbankan besar karena dukungan likuiditas Rp200 triliun bakal menurunkan cost of fund perseroan. Selain itu, emiten konsumer juga dinilai bakal terbantu dari sentimen penurunan suku bunga dan stimulus daya beli, hingga emiten konstruksi dan material.
“Reli IHSG ke level 8.000 lebih digerakkan oleh kebijakan moneter BI. Sentimen bisa berlanjut jika narasi pemangkasan suku bunga kembali berlanjut dan bukti penyaluran likuiditas ke kredit muncul di data high-frequency,” tambahnya.