Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti potensi besar industri panas bumi (geotermal) di Indonesia sebagai pilar utama energi masa depan sekaligus peluang investasi yang sangat menjanjikan. Kekayaan alam ini, menurut Bahlil, memiliki daya tarik ekonomi yang luar biasa, bahkan ia meyakini harga saham perusahaan geotermal bisa melonjak berkali-kali lipat setelah melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO).
Keyakinan tersebut diungkapkan Bahlil dalam acara Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2025 yang berlangsung di JCC Jakarta, pada Rabu (17/9). Menurutnya, para pengusaha yang telah menggarap sektor geotermal dipastikan akan merasakan kenaikan harga saham yang signifikan begitu mereka melantai di bursa. Ini menjadi indikasi kuat betapa menjanjikannya sektor energi baru terbarukan (EBT) ini bagi pasar modal.
Indonesia sendiri dianugerahi cadangan panas bumi terbesar di dunia, mencapai sekitar 27 gigawatt atau 27.000 megawatt. Namun, ironisnya, dari potensi kolosal tersebut, baru sekitar 10 persen yang berhasil dimanfaatkan atau dikelola. Angka ini menunjukkan betapa besarnya ruang untuk pertumbuhan dan pengembangan yang dapat mendorong transisi energi nasional menuju sumber yang lebih bersih.
Bahlil menegaskan bahwa panas bumi memegang peranan strategis sebagai salah satu sumber energi baru terbarukan yang akan menjadi tumpuan utama dalam pergeseran energi Indonesia. Ia menambahkan bahwa tren pengembangan energi bersih saat ini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan global yang tak terhindarkan. Fenomena “green industry,” “green energy,” dan “green job” sedang menjadi sorotan dunia, menandakan bahwa setiap upaya menuju keberlanjutan dinilai sangat positif.
Meskipun memiliki potensi yang dahsyat, Bahlil tidak menampik adanya sejumlah hambatan dalam pengembangan panas bumi di Tanah Air. Salah satu rintangan signifikan adalah kebutuhan belanja modal (Capital Expenditure/CAPEX) yang masif, serta regulasi yang kerap dinilai berbelit-belit dan menghambat minat investor. Bahlil sendiri mengaku telah menyaksikan kerumitan regulasi ini sejak awal menjabat sebagai Menteri ESDM, yang sering kali menjadi keluhan utama para investor.
Selain itu, kendala lain yang tak kalah krusial adalah belum terhubungnya jaringan transmisi listrik ke lokasi-lokasi sumber panas bumi yang strategis. Situasi ini menghambat pemanfaatan maksimal dari potensi yang ada. Oleh karena itu, percepatan pembangunan infrastruktur transmisi menjadi sangat mendesak agar kekayaan panas bumi Indonesia dapat dioptimalkan.
Dengan perbaikan regulasi yang pro-investor dan dukungan infrastruktur yang memadai, pengembangan panas bumi diyakini dapat menjadi investasi strategis yang menghasilkan keuntungan besar. Bahlil bahkan menggambarkan panas bumi sebagai “emas uap” karena nilai ekonomisnya yang tinggi dan harga jual yang telah ditetapkan pemerintah dinilai cukup ekonomis, menjadikannya aset berharga bagi masa depan energi Indonesia.
Ringkasan
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, optimis industri panas bumi Indonesia memiliki potensi investasi yang menjanjikan, bahkan memperkirakan saham perusahaan geotermal dapat melonjak signifikan setelah IPO. Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di dunia, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan, menandakan ruang besar untuk pertumbuhan dan transisi energi bersih.
Bahlil mengakui hambatan dalam pengembangan panas bumi, seperti kebutuhan modal besar, regulasi yang rumit, dan belum terhubungnya jaringan transmisi listrik. Ia menekankan pentingnya perbaikan regulasi dan pembangunan infrastruktur untuk memaksimalkan potensi panas bumi sebagai “emas uap” dan investasi strategis yang menguntungkan.