Setiap individu mendambakan hubungan percintaan yang selalu romantis, penuh kehangatan, dan langgeng sepanjang masa. Namun, realitasnya tak selalu seindah harapan. Ada kalanya, jalinan asmara yang telah dibangun dengan susah payah harus kandas karena berbagai alasan, dan salah satu pemicu paling menyakitkan adalah perselingkuhan.
Fenomena perselingkuhan ini bukanlah sesuatu yang asing dan bisa menimpa siapa saja, kapan saja, bahkan dalam ikatan romansa yang telah berjalan bertahun-tahun lamanya. Ketika seseorang menjadi korban, seringkali pertanyaan-pertanyaan pedih muncul: Apa sebenarnya akar masalahnya? Mengapa pasangan yang selama ini terlihat setia tiba-tiba berpaling? Apakah ada kekurangan dalam diri mereka?
Penting untuk diingat bahwa ini bukanlah kesalahanmu. Perselingkuhan dapat terjadi karena beragam sebab dan alasan yang kompleks, namun penyebabnya jarang sekali terletak pada dirimu. Untuk memahami dinamika ini lebih dalam, mari kita telusuri enam penyebab perselingkuhan yang paling sering terjadi dan patut kamu ketahui.
Falling Out of Love
Pernah mendengar istilah ‘falling out of love’? Istilah ini menggambarkan kondisi ketika seseorang berhenti merasakan keterikatan romantis atau seksual yang mendalam terhadap pasangannya. Ini bukan sekadar kehilangan gairah sesaat, melainkan pergeseran perasaan yang lebih fundamental.
Salah satu penyebab perselingkuhan yang kerap muncul adalah ketika salah satu pihak dalam hubungan mulai kehilangan ‘percikan’ atau sparks yang dulu ada, atau merasakan berkurangnya kadar cinta terhadap pasangannya. Perasaan hampa ini seringkali mendorong mereka untuk mencari ‘percikan’ baru di luar hubungan yang telah mereka jalani, yang berujung pada tindakan perselingkuhan.
Masalah Komunikasi
Komunikasi yang buruk atau terhambat adalah lahan subur bagi perselingkuhan untuk berkembang. Ketika pasangan kesulitan untuk mengekspresikan kebutuhan, keinginan, dan emosi mereka secara terbuka, kesalahpahaman serta asumsi negatif rentan bermunculan.
Ambil contoh, jika salah satu pasangan sangat mendambakan lebih banyak quality time namun tidak pernah menyuarakannya, pasangannya mungkin tidak menyadari betapa krusialnya kebutuhan tersebut. Kesenjangan emosional yang tercipta ini dapat memicu perasaan diabaikan, mendorong individu untuk mencari perhatian atau ‘teman’ di luar, tempat mereka merasa kebutuhan emosionalnya dihargai dan dipahami. Oleh karena itu, komunikasi yang jelas dan transparan adalah kunci untuk mencegah kekosongan yang dapat mendorong seseorang mencari keintiman di luar hubungan.
Ketidakmampuan dalam Menyelesaikan Masalah
Melarikan diri dari masalah dan ketidakmampuan untuk mengatasi konflik menjadi penyebab utama perselingkuhan lainnya. Alih-alih menghadapi dan mencari solusi atas masalah yang ada, seringkali salah satu atau kedua belah pihak justru mencari alasan atau jalan keluar yang justru membuka pintu bagi perilaku perselingkuhan.
Banyak kasus menunjukkan bahwa seseorang yang sedang mengalami masalah dalam hubungan romantisnya, menemukan rekan kerja yang simpatik dan dapat diajak berbagi keluh kesah. Rasa nyaman dan kedekatan emosional ini, meskipun awalnya hanya sebatas pertemanan, bisa menjadi awal mula dari sebuah perselingkuhan, terutama di lingkungan kerja yang intens.
Kurangnya Komitmen
Menurut laporan dari Psychology Today, kurangnya cinta dan kurangnya komitmen terhadap pasangan romantis saat ini sangat berkaitan dengan perasaan ketidakpuasan secara umum dalam hubungan. Keduanya seringkali berjalan beriringan, saling memperkuat dampak negatifnya.
Dalam konteks komitmen, survei menunjukkan bahwa hampir 41% responden menyatakan bahwa rendahnya tingkat komitmen terhadap pasangan mereka menjadi motivasi utama yang mendorong mereka untuk berselingkuh. Ini menegaskan betapa fundamentalnya komitmen dalam menjaga integritas sebuah hubungan.
Masalah Psikologis
Studi yang dilansir dari Verywell Mind mengindikasikan bahwa ciri-ciri narsistik atau gangguan kepribadian tertentu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk berselingkuh. Dalam kasus narsisme, perselingkuhan sering kali didorong oleh ego yang besar dan rasa berhak yang berlebihan.
Selain cenderung mementingkan diri sendiri, individu dengan gangguan ini seringkali memiliki empati yang minim, membuat mereka kurang menghargai atau memahami dampak menyakitkan dari tindakan mereka terhadap perasaan dan kondisi pasangannya. Hal ini menciptakan jurang emosional yang mempermudah tindakan pengkhianatan.
Adanya Sebuah Peluang
Faktor peluang merujuk pada situasi di mana individu menemukan diri mereka berinteraksi secara rutin dengan calon pasangan potensial karena lingkungan yang sama, seperti tempat kerja, lingkungan sosial, atau lingkaran pertemanan. Kedekatan fisik dan interaksi yang sering dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya hubungan emosional atau bahkan fisik di luar hubungan yang berkomitmen.
Sebagai contoh, seseorang yang sering melakukan perjalanan bisnis bersama rekan kerja mungkin akan membentuk ikatan emosional karena pengalaman bersama dan waktu yang intens dihabiskan berdua. Situasi ini, jika tidak disertai dengan batasan yang jelas dan kuat, dapat dengan mudah mengarah pada perselingkuhan. Oleh karena itu, menjaga batasan yang tepat sangat krusial dalam setiap interaksi.
Ringkasan
Artikel ini membahas enam penyebab utama perselingkuhan yang sering terjadi dalam hubungan. Penyebab tersebut antara lain adalah hilangnya rasa cinta (falling out of love), masalah komunikasi yang buruk antara pasangan, dan ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam hubungan. Kurangnya komitmen dari salah satu pihak juga menjadi faktor pendorong perselingkuhan.
Selain itu, masalah psikologis seperti ciri-ciri narsistik dapat meningkatkan risiko perselingkuhan. Terakhir, adanya peluang, seperti kedekatan fisik dan emosional dengan orang lain di lingkungan kerja atau sosial, juga dapat memicu terjadinya perselingkuhan jika tidak ada batasan yang jelas.