JAKARTA – Pasar komoditas energi global menunjukkan tren pelemahan yang kompak. Sentimen positif terkait prospek gencatan senjata di Timur Tengah menjadi pendorong utama di balik penurunan harga berbagai energi, mulai dari minyak mentah hingga batubara.
Pada Jumat (10/10/2025) pukul 15.35 WIB, data dari Trading Economics mencatat koreksi harga yang signifikan. Harga minyak WTI terkoreksi tipis 0,29% menjadi US$ 61,240 per barel, sementara minyak Brent anjlok lebih dalam 0,57% ke posisi US$ 64,825 per barel. Tak hanya minyak, batubara turut melemah 0,24% menjadi US$ 104,5 per ton, disusul gas alam yang merosot tajam 1,57% ke level US$ 3,2176 per MMBtu.
Menurut Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong, pelemahan kolektif pada harga komoditas energi ini merupakan respons pasar terhadap ekspektasi yang semakin kuat akan tercapainya perdamaian di kawasan Timur Tengah. Harapan gencatan senjata telah meredakan premi risiko geopolitik yang sebelumnya menopang harga.
Ke depan, Lukman mencermati bahwa prospek harga komoditas energi secara umum masih cenderung negatif. Sentimen pasokan berlebih di pasar global diperkirakan akan terus menekan harga. Namun, ada pengecualian untuk gas alam, yang diprediksi masih akan mendapat dukungan dari faktor musiman, terutama peningkatan permintaan menjelang musim dingin.
Sementara itu, harga batubara diproyeksikan tetap berada dalam tekanan signifikan, seiring dengan akselerasi pertumbuhan energi terbarukan yang semakin masif. Demikian pula dengan minyak mentah, di mana tren elektrifikasi kendaraan dipercaya akan membatasi potensi kenaikan harga. “Oleh karena itu, harga minyak mentah dan batubara hingga akhir tahun masih cenderung bearish,” jelas Lukman kepada Kontan pada Jumat (10/10/2025).
Melihat dinamika pasar ini, Lukman memproyeksikan harga minyak mentah akan bergerak di kisaran US$ 55-60 per barel hingga penghujung tahun. Untuk batubara, ia memperkirakan harganya akan berada pada rentang US$ 95-US$ 100 per ton.