Asing Borong Saham Energi: IHSG Cetak Rekor Tertinggi!

JAKARTA – Sektor saham energi, yang direpresentasikan oleh indeks IDXENERGY, mencatatkan performa gemilang sepanjang tahun 2024. Namun, kondisi kontras terpampang pada periode tahun berjalan 2025, di mana kinerja sektor energi mulai mendingin akibat aksi jual masif oleh investor asing terhadap saham-saham unggulan seperti ADRO, BUMI, dan MEDC.

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) per tanggal 11 September 2025 menunjukkan bahwa secara year to date (ytd), IDXENERGY hanya mampu tumbuh 14,17%. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan performa saham sektor teknologi yang berhasil melesat hingga 143,45%. Padahal, pada tahun sebelumnya, IDXENERGY menjadi pemimpin laju sektoral dengan capaian pertumbuhan impresif sebesar 28,01% ytd.

Sukarno Alatas, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, berpendapat bahwa kinerja cemerlang tahun 2024 sulit untuk terulang pada tahun ini. Menurutnya, saham-saham berbasis komoditas batu bara yang tahun lalu menjadi pendorong utama indeks, kini menghadapi tekanan signifikan akibat penurunan harga komoditas. Tidak hanya batu bara, jatuhnya harga minyak global juga turut memengaruhi kinerja emiten minyak dan gas (migas). Akibatnya, Sukarno menjelaskan kepada Bisnis pada Kamis (11/09/2025), arus dana asing akan lebih selektif, cenderung berfokus pada sektor gas, energi terbarukan (renewable), dan hilirisasi. “Komoditas murni lebih rentan terhadap outflow karena risiko global dan fluktuasi harga,” tegasnya.

Senada dengan pandangan tersebut, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, juga menyatakan keraguan bahwa IDXENERGY dapat mengulang masa kejayaan seperti dua tahun terakhir. Ia mencatat, selain faktor penurunan harga komoditas, lesunya pasar ekspor juga menjadi pengaruh signifikan yang menahan laju sektor ini.

Sebagai ilustrasi, sepanjang periode Januari hingga Juli 2025, volume ekspor batu bara nasional mengalami penyusutan sebesar 6,96% secara year on year (YoY), turun dari 230,76 juta ton menjadi 214,71 juta ton. Lebih jauh lagi, dengan anjloknya harga batu bara, nilai ekspor justru merosot lebih tajam, mencapai 21,74%, dari semula US$17,66 miliar menjadi hanya US$13,82 miliar.

Meskipun demikian, Ekky Topan memprediksi bahwa meskipun sektor ini masih mampu mencatatkan kinerja positif, probabilitas untuk meraih outperformance ekstrem seperti sebelumnya sangat kecil. Hal ini kecuali terjadi kejutan signifikan dari faktor geopolitik atau lonjakan harga mendadak akibat eskalasi konflik atau gangguan rantai pasokan. Ia menambahkan, “Dari sisi aliran dana asing, saya melihat potensi perlambatan cukup besar apabila persepsi risiko makro Indonesia meningkat, atau jika harga komoditas terus melemah.”

Di sisi lain, Ekky mengidentifikasi bahwa emiten-emiten dengan strategi diversifikasi yang matang, serta memiliki eksposur signifikan terhadap energi baru terbarukan (EBT) atau gas, akan lebih menarik bagi investor asing. Emiten-emiten tersebut dianggap lebih tangguh menghadapi volatilitas siklus komoditas. Ia melanjutkan, dalam konteks investasi di sektor energi ke depan, kestabilan fiskal, kebijakan yang pro-investasi, dan komitmen kuat terhadap transisi energi akan menjadi faktor penentu utama masuknya arus modal asing.

Sementara itu, pengamat pasar modal Reydi Octa mengamati bahwa investor asing saat ini cenderung bersikap wait and see terhadap saham-saham di sektor energi. Ia memprediksi bahwa pergerakan IDXENERGY sepanjang tahun ini akan cenderung sideways atau stagnan. Reydi menegaskan, “Menurut saya, arus dana asing ke saham energi akan lebih terbatas, karena investor cenderung wait and see menyikapi lesunya harga komoditas. Hanya emiten yang mampu menunjukkan kinerja finansial yang kuat, neraca yang solid, serta memiliki visi dan arah yang jelas dalam transisi energi, yang berpeluang besar menarik minat investor asing.”

Adapun gambaran performa terkini di pasar menunjukkan, pada penutupan perdagangan Kamis (11/9/2025) lalu, IDXENERGY ditutup melemah 0,50% ke level 3.070. Kontras dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru berhasil menguat 0,64% ke posisi 7.474.

Bersamaan dengan hal itu, beberapa konstituen indeks merasakan tekanan jual signifikan. PT Medco Energi Tbk. (MEDC) menorehkan net sell asing sebesar Rp1,20 miliar. Selanjutnya, PT Resources Tbk. (BUMI) mencatat net sell asing senilai Rp10,59 miliar, dan PT Alam Sutera Realty Tbk. (ADRO) membukukan net sell asing sebesar Rp22,48 miliar.

Kendati demikian, di tengah tekanan jual tersebut, pada Kamis lalu sejumlah konstituen indeks justru masih diminati dan diborong oleh investor asing. Misalnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang membukukan net buy asing sebesar Rp28,45 miliar. Disusul oleh PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang mencatat net buy asing senilai Rp734,99 juta, dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) dengan net buy asing sebesar Rp5,45 miliar.

Disclaimer: Artikel ini disajikan sebagai informasi dan tidak bertujuan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas potensi kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi Anda.

Ringkasan

Sektor energi (IDXENERGY) mengalami penurunan kinerja di tahun 2025 setelah mencatatkan pertumbuhan signifikan di tahun 2024. Penurunan ini disebabkan oleh aksi jual investor asing pada saham-saham unggulan seperti ADRO, BUMI, dan MEDC. Pelemahan harga komoditas batu bara dan minyak global serta lesunya pasar ekspor turut memengaruhi kinerja sektor ini.

Analis memprediksi bahwa arus dana asing akan lebih selektif, fokus pada sektor gas, energi terbarukan (EBT), dan hilirisasi. Emiten dengan diversifikasi yang matang dan eksposur ke EBT atau gas dianggap lebih menarik. Kestabilan fiskal, kebijakan pro-investasi, dan komitmen terhadap transisi energi menjadi faktor penentu masuknya modal asing ke sektor energi.