Awal Pekan IHSG Tersungkur, Saham Rokok Justru Menggila! HMSP Terbang 22 Persen, GGRM Nyaris 20 Persen. Apa Penyebabnya?

RADARBISNIS – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan lesu. Senin (22/9), IHSG ditutup turun 11,07 poin atau 0,14 persen ke level 8.040,039. Sepanjang perdagangan, indeks sempat merosot ke titik terendah 8.005 sebelum sedikit menguat jelang penutupan.

Ironisnya, ketika mayoritas saham berjatuhan, dua raksasa rokok justru ngebut di jalur hijau. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat kenaikan spektakuler 22,14 persen atau Rp 145 ke posisi Rp 800 per lembar. Nilai transaksi emiten ini tembus Rp 579 miliar, menjadikannya salah satu top mover hari ini.

Kejutan serupa datang dari PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Saham pabrikan rokok asal Kediri itu melonjak 19,95 persen atau Rp 2.175, parkir di level Rp 13.075 per lembar. Total nilai transaksi GGRM mencapai Rp 149,2 miliar, menegaskan sentimen positif yang belakangan mendorong harga sahamnya.

Secara teknikal, reli tajam saham rokok ini menjadi anomali di tengah tekanan jual yang masih membayangi pasar. Analis menilai lonjakan harga tersebut didorong ekspektasi perbaikan kinerja industri rokok kuartal ketiga serta spekulasi aksi buyback atau akumulasi oleh investor besar.

“Pergerakan HMSP dan GGRM hari ini cukup agresif, didorong rotasi sektor defensif ketika pasar melemah,” ujar salah satu analis pasar modal. “Namun investor tetap perlu waspada, karena volatilitas bisa tinggi dalam beberapa hari ke depan.”

Adapun total volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia mencapai 39,68 miliar saham dengan frekuensi 2,31 juta kali dan nilai transaksi Rp 22,96 triliun. Sebanyak 371 saham menguat, 297 melemah, dan 132 stagnan. Kapitalisasi pasar kini berada di level Rp 14.684 triliun.

Kenapa Saham Rokok Melejit Saat IHSG Lesu?

1. Rotasi ke Sektor Defensif

Saat indeks tertekan, investor cenderung mencari saham yang lebih tahan banting. Rokok termasuk sektor defensif karena permintaan produk relatif stabil meski ekonomi melambat.

2. Ekspektasi Kinerja Kuartal III

Ada spekulasi kinerja keuangan HMSP dan GGRM akan lebih baik dari kuartal sebelumnya. Penurunan harga tembakau impor dan stabilnya daya beli dinilai bakal menopang margin.

3. Sentimen Buyback dan Akumulasi Investor Besar

Pergerakan harga yang agresif mengindikasikan adanya aksi akumulasi. Rumor buyback saham juga ikut mengangkat minat beli ritel.

4. Harga Masih Diskon

Setelah lama tertekan, valuasi HMSP dan GGRM dianggap murah. Investor jangka panjang memanfaatkan momentum ini untuk masuk.

5. Minim Sentimen Negatif Jangka Pendek

Pemerintah belum mengumumkan kenaikan tarif cukai baru. Ketidakpastian regulasi yang mereda membuat saham rokok kembali dilirik. (*)