
Perdagangan Kamis, 11 September 2025, menjadi hari cemerlang bagi bursa saham Asia. Indeks-indeks utama di Jepang dan Korea Selatan berhasil mencetak rekor tertinggi baru, didorong oleh gelombang optimisme dari reli saham teknologi. Kenaikan sentimen investor ini tak lepas dari keyakinan kuat bahwa data inflasi Amerika Serikat yang lebih lunak akan membuka jalan bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memulai siklus pemangkasan suku bunga acuannya pekan depan, bahkan berpotensi melanjutkan pemangkasan hingga dua kali lagi sebelum akhir tahun 2025.
Merujuk laporan Reuters, Indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,22% untuk menutup perdagangan di level rekor 44.372,5. Tak kalah impresif, Indeks Kospi Korea Selatan juga menguat 0,9% menuju 3.344,2. Di tengah euforia ini, pasar Asia lainnya turut mencatat pergerakan positif; Indeks Shanghai Composite China menguat signifikan 1,6%, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong menunjukkan penguatan tipis 0,06%.
: Tarik Ulur Pemecatan Gubernur The Fed, Trump Ajukan Banding atas Putusan Hakim
Performa gemilang sektor teknologi semakin terlihat dari lonjakan saham SoftBank yang nyaris menyentuh 10%. Kenaikan drastis ini dipicu oleh kabar dari Oracle, mitra dalam proyek ambisius Stargate, yang sahamnya melesat 36%. Ekspektasi akan lonjakan permintaan layanan cloud dari perusahaan kecerdasan buatan (AI) menjadi pendorong utama. Bagi SoftBank sendiri, kenaikan ini menandai lonjakan harian terbesar yang pernah dicatat sejak tahun 1992.
Berbeda dengan semangat di Asia, pasar Eropa justru diproyeksikan akan bergerak lebih hati-hati. Ini terlihat dari kontrak berjangka EUROSTOXX 50 yang terpantau nyaris stagnan menjelang pengumuman keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa (ECB). Meskipun ECB hampir dipastikan akan mempertahankan suku bunga acuannya, perhatian utama investor kini tertuju pada isyarat dan sinyal dari bank sentral tersebut mengenai potensi pelonggaran kebijakan di masa mendatang.
: : Inflasi Produsen AS Redup, Prospek Pemangkasan Bunga The Fed Menguat
Di Amerika Serikat, indeks harga produsen (PPI) yang menunjukkan angka lebih lunak semakin memperkuat ekspektasi pasar akan potensi hingga tiga kali pemangkasan suku bunga The Fed sepanjang tahun ini. Para investor kini telah sepenuhnya memperhitungkan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan datang pekan depan, dengan spekulasi kecil tentang kemungkinan pemangkasan yang lebih agresif, yakni 50 basis poin.
Setelah data PPI, perhatian pasar kini bergeser penuh ke rilis data inflasi konsumen (CPI) Agustus. Angka inflasi ini diperkirakan akan naik 2,9%, menjadikannya kenaikan terbesar sejak Januari. Sementara itu, inflasi inti diproyeksikan akan tetap stabil di level 3,1%.
: : Harga Emas Kokoh di Puncak, Pasar Antisipasi Pemangkasan Bunga The Fed
Menyoroti pentingnya data ini, Julien Lafargue, Kepala Strategi Pasar Barclays Private Bank, menyatakan seperti dikutip Reuters, “Selama CPI tidak memberikan kejutan besar yang melampaui ekspektasi, pasar kemungkinan besar akan tetap mempertahankan pandangan dovish-nya.”
Dinamika inflasi yang terjadi saat ini berpotensi menjadi titik balik krusial bagi The Fed. Dengan tanda-tanda tekanan harga yang mereda, terbuka ruang yang lebih besar bagi bank sentral untuk memulai siklus pemangkasan suku bunga yang lebih agresif. Langkah ini tidak hanya akan mempercepat stimulus ekonomi, tetapi juga memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan global.
Di sektor pasar valuta asing (valas), dolar AS menunjukkan pergerakan yang cenderung tanpa arah, dengan indeks dolar stabil di angka 97,84, sedikit di atas level terendah dalam tujuh pekan terakhir. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun terlihat naik 2 basis poin menjadi 4,0531%. Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya sempat turun, dan didorong oleh hasil lelang surat utang pemerintah yang menunjukkan permintaan yang solid.