
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Di tengah tantangan daya beli masyarakat, analis masih memberikan pandangan positif terhadap emiten konsumer besutan konglomerat Anthoni Salim PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF). Analis menilai, kedua saham tersebut memiliki potensi untuk menguat di sisa 2025.
Analis Sinarmas Sekuritas Vita Lestari dalam risetnya yang berjudul Sector Viewfinder–Consumer Staples Unlocking Opportunities in 2H25, menerangkan bahwa tekanan yang terjadi terhadap daya beli masyarakat sepanjang paruh pertama 2025, tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap ICBP dan INDF.
Menurutnya, dengan eksposur pada makanan kemasan dan mie instan, Indofood CBP Sukses Makmur dan INDF berpotensi diuntungkan dari demand yang cukup tinggi terhadap produk-produk esensial di masyarakat, meskipun kenaikan harga CPO dan sensitivitas harga dapat membatasi ekspansi margin kedua perusahaan.
Adapun, sepanjang paruh pertama 2025, ICBP mencatatkan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 2% menjadi Rp37,6 triliun, dibandingkan dengan Rp36,96 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak 56% menjadi Rp5,54 triliun dari Rp3,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, Vita menerangkan bahwa ICBP bukan tidak terlepas sama sekali dengan tekanan daya beli masyarakat domestik. Dengan margin kotor yang tertekan karena kenaikan harga CPO, dan permintaan masyarakat yang masih rendah, Vita memprediksi bahwa ICBP akan menahan diri untuk melakukan penyesuaian harga yang signifikan ke depannya.
“Kami melihat momentum pendapatan bergantung pada pemulihan yang lebih baik dari permintaan domestik, yang masih belum pasti hingga 2H25,” katanya dalam riset yang dipublikasikan pada Kamis (11/9/2025).
: Keyakinan Konsumen Terendah Sejak 3 Tahun Terakhir, Ini Kata Airlangga
Meskipun begitu, upaya ICBP untuk berinovasi terhadap beberapa produk baru di segmen susu, mie, hingga makanan nutrisi diharapkan dapat mendorong momentum penjualan ICBP di sisa 2025. Dia memprediksi, inovasi ini akan sejalan dengan minat konsumen yang terus berkembang dan mampu mendukung pertumbuhan pendapatan meskipun daya saing di segmen ini cukup menantang.
Di tengah kondisi saat ini, Vita menilai bahwa saham ICBP masih menarik untuk dikoleksi. Namun, dia memprediksi prospek penjualan yang lebih lambat dan daya beli masyarakat yang kian menantang di sisa 2025.
Dengan begitu, Vita merevisi target pendapatan ICBP pada 2025 menjadi 4% year on year (YoY). Namun, laba bersih ICBP diprediksi bakal mencapai 15% di akhir 2025, terutama didorong oleh asumsi pendapatan keuangan yang lebih tinggi.
“Meskipun penjualan relatif lesu tahun ini, kami memperkirakan adanya perbaikan moderat pada semester II/2025, didukung oleh pemulihan bertahap dalam permintaan domestik dan kontribusi luar negeri yang berkelanjutan,” katanya.
Alhasil, Vita merekomendasikan add terhadap saham ICBP dengan target Rp10.200 per saham. Risiko terhadap rekomendasi ini meliputi pemulihan daya beli yang kian lambat, tekanan biaya bahan baku, dan volatilitas mata uang.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. – TradingView
Sementara itu, kinerja INDF sepanjang paruh pertama 2025 dinilai telah sesuai dengan ekspektasi para analis. Adapun INDF membukukan kenaikan penjualan bersih 4,45% yoy menjadi Rp59,84 triliun pada semester I/2025. Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turut naik 51,83% menjadi Rp5,83 triliun dari Rp3,85 triliun pada semester pertama tahun lalu.
Vita menerangkan, kinerja solid INDF sepanjang paruh pertama 2025 didorong oleh pemulihan kuat pada segmen agribisnis yang mampu mengimbangi pelemahan penjualan ICBP. Menguatnya kinerja segmen agribisnis disebut ditopang oleh harga CPO yang lebih tinggi, serta peningkatan produksi.
Namun, menyusul melemahnya pendapatan ICBP, Vita merevisi pendapatan INDF sebesar 2% hingga 2025, tetapi menaikkan proyeksi laba bersih perseroan sebesar 6% hingga tahun penuh 2025.
“Kami memperkirakan margin akan tetap stabil hingga akhir tahun, didukung oleh harga CPO yang memberikan keuntungan dan biaya gandum yang stabil,” katanya.
Dalam kondisi ini, Vita merekomendasikan beli terhadap saham INDF dengan target Rp8.800 per lembar. Target harga tersebut mencerminkan potensi kenaikan 23,07% dari harga INDF saat ini Rp7.150 per lembar.
—
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.