
Ussindonesia.co.id JAKARTA — PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST), entitas Grup Salim yang dikenal sebagai pengelola jaringan restoran cepat saji KFC di Indonesia, mendadak menjadi pusat perhatian di lantai bursa. Harga saham FAST mencatatkan lonjakan fenomenal, meroket hingga 121,03% hanya dalam kurun waktu sepekan, menarik perhatian serius dari para investor dan otoritas pasar.
Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), perjalanan harga saham FAST pekan lalu sungguh luar biasa. Ditutup pada level Rp328 per lembar pada 22 September 2025, harga saham FAST kemudian melonjak lebih dari dua kali lipat, mencapai Rp725 per lembar pada penutupan perdagangan awal pekan ini, 29 September 2025. Performa ini kian mengesankan dengan kenaikan 119,7% dalam sebulan terakhir dan puncaknya, lonjakan 148,29% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sejak perdagangan perdana 2025.
Lonjakan drastis pada harga saham FAST ini sontak membuat otoritas bursa mengeluarkan pengumuman suspensi saham. BEI mengidentifikasi adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan, mengategorikan pergerakan tersebut sebagai Unusual Market Activity (UMA). Untuk menjaga stabilitas pasar dan memberikan kesempatan bagi investor untuk “mendinginkan kepala”, BEI memutuskan untuk melakukan suspensi sementara saham FAST di pasar reguler dan pasar tunai.
Menyikapi fenomena ini, Direktur Fast Food Indonesia, Wachjudi Martono, menjelaskan bahwa perseroan diminta BEI untuk segera menggelar public expose insidentil. Wachjudi menegaskan bahwa pihak perseroan tidak melakukan aksi korporasi besar apa pun di luar rencana yang telah disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebelumnya, baik RUPS Tahunan maupun RUPS Luar Biasa. “Perseroan juga tidak mempunyai informasi material yang belum disampaikan ke publik,” kata Wachjudi dalam kesempatan public expose insidentil yang berlangsung pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Meskipun demikian, serangkaian aksi korporasi yang telah berjalan sepanjang tahun ini disinyalir menjadi katalisator di balik gairah pasar terhadap saham FAST. Salah satunya adalah penerbitan 533,33 juta saham baru melalui skema private placement dengan harga pelaksanaan Rp150 per lembar. Dari jumlah tersebut, Grup Salim melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET) mengambil porsi signifikan, sebanyak 266,66 juta saham.
Langkah ini secara langsung meningkatkan porsi kepemilikan Indoritel di FAST sebesar 1,67%, dari semula 35,84% menjadi 37,51%. Selain itu, Grup Gelael melalui PT Gelael Pratama juga turut menambah kepemilikannya, melonjak dari 40% menjadi 41,18%. Konsekuensinya, porsi investor lain seperti BBH Luxembourg berkurang dari 7,9% menjadi 6,97%, kepemilikan masyarakat turun dari 16,18% menjadi 14,27%, dan saham treasuri sedikit menyusut dari 0,08% menjadi 0,07%.
Selain dukungan modal dari Grup Salim, FAST juga mendapatkan kucuran investasi dari keluarga taipan Haji Isam. Hal ini terealisasi melalui proses divestasi sebagian kepemilikan anak usaha FAST, PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI). “Mereka [anak dan menantu Haji Isam] memang benar jadi bagian shareholder dari anak usaha FAST. Kami punya anak usaha untuk membangun integrasi peternakan ayam di Banyuwangi. Itu yang kami katakan akan beroperasi penuh di akhir 2026,” jelas Wachjudi.
Lebih lanjut, FAST telah resmi menjual sebanyak 41.877 lembar saham JAI kepada PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN). SFN sendiri merupakan perusahaan yang dimiliki oleh anak Haji Isam, bergerak di bidang perdagangan besar daging ayam dan olahan. Berdasarkan struktur pemegang saham, SFN dikuasai oleh Putra Rizky Bustaman dengan porsi 45%, Liana Saputri (anak Haji Isam) 45%, dan Bani Adityasuny Ismiarso 10%. Dari penjualan saham seri A tersebut, Fast Food berhasil meraup dana segar hingga Rp54,44 miliar. Pasca-divestasi, kepemilikan FAST di Jagonya Ayam mengalami dilusi, dari semula 70% menjadi 55%.
Dengan dorongan dana dari Grup Salim dan investasi strategis dari keluarga Haji Isam ini, FAST kini semakin bergeliat dalam upaya mendongkrak kinerja bisnisnya yang sempat tertekan. Meskipun pada paruh pertama tahun ini (semester I/2025) FAST masih membukukan rugi bersih sebesar Rp138,75 miliar, angka ini menunjukkan perbaikan signifikan. Kerugian tersebut menyusut drastis dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp348,83 miliar. Dari sisi pendapatan, top line FAST tercatat turun tipis 3,12% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp2,4 triliun pada semester I/2025, dari Rp2,48 triliun pada semester I/2024.
—
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Saham PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) mengalami lonjakan harga yang signifikan, mencapai kenaikan hingga 121,03% dalam seminggu, yang kemudian memicu suspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) karena aktivitas pasar yang tidak biasa (UMA). Direktur Fast Food Indonesia menyatakan bahwa perusahaan tidak melakukan aksi korporasi besar di luar rencana RUPS. Kenaikan ini diduga terkait dengan penerbitan saham baru melalui private placement yang sebagian besar diambil oleh Grup Salim, serta investasi dari keluarga Haji Isam melalui divestasi saham anak usaha FAST, PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI).
Investasi dari Grup Salim dan keluarga Haji Isam memberikan dorongan modal bagi FAST untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Walaupun FAST masih mencatatkan rugi bersih pada semester I/2025, kerugian tersebut mengalami penurunan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan saham JAI kepada PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN), yang dimiliki oleh anak Haji Isam, menghasilkan dana segar yang dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan.