JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini, Selasa (4/11/2025), dengan performa lesu, terperosok ke level 8.241,91. Sejumlah saham berkapitalisasi besar atau blue chip, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), turut menyeret indeks dengan pelemahan signifikan.
Berdasarkan data resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan penurunan sebesar 0,40% menuju level 8.241,91. Indeks kebanggaan pasar modal Indonesia ini sebelumnya dibuka di posisi 8.275,95, menunjukkan adanya tekanan jual sejak awal perdagangan. Sepanjang hari, IHSG bergerak fluktuatif, mencapai titik terendah di 8.225,91 dan sempat menyentuh level tertinggi di 8.317,08.
Total nilai transaksi yang diperdagangkan pada hari ini mencapai Rp19,42 triliun, didukung oleh volume transaksi sebesar 27,59 miliar lembar saham, dan frekuensi transaksi mencapai 2,32 juta kali. Dengan pergerakan ini, kapitalisasi pasar modal Indonesia (market cap) tercatat sebesar Rp14.998 triliun.
Tren pelemahan mendominasi lantai bursa, di mana sebanyak 460 saham mengalami koreksi harga. Sementara itu, 220 saham berhasil menguat, dan 275 saham lainnya terpantau stagnan atau tidak bergerak dari posisi penutupan sebelumnya.
: BEI dan Menkeu Purbaya Sepakat IHSG Bisa Tembus 9.000, Apa Saja Motor Pendorongnya?
Deretan saham dengan nilai transaksi tertinggi turut terpukul pada perdagangan hari ini. Saham-saham perbankan raksasa ikut melemah, seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang turun 1,73% dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) merosot 0,63%. Beberapa saham dari sektor lain yang memiliki transaksi besar juga bergerak di zona merah. Di antaranya, harga saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) anjlok 4,62%, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) kehilangan 4,63%, dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) terkoreksi 4,82%.
: : IHSG Dibuka Menguat ke 8.280, Saham TLKM, BREN, hingga TPIA Kompak Hijau
Sementara itu, daftar saham dengan kinerja paling buruk atau top losers hari ini meliputi PT First Media Tbk. (KLBV) yang terpuruk 14,92%, PT Jaya Sukses Makmur Tbk. (RISE) turun 14,8%, dan PT Puri Sentul Permai Tbk. (KDTN) merosot 12,71%.
Di sisi lain, terdapat sejumlah saham yang berhasil mencatatkan kinerja paling cemerlang atau top gainers. Saham PT Chitose International Tbk. (CINT) melonjak fantastis 33,77%, diikuti PT Lotte Chemical Titan Tbk. (FPNI) dengan kenaikan 25%, dan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk. (PTSP) yang terapresiasi 24,86%.
: : IHSG Hari Ini Diramal Menguat, Cermati Saham AKRA, PTRO hingga ASII
Pelemahan IHSG hari ini berbanding terbalik dengan performa pada perdagangan hari sebelumnya, Senin, di mana indeks berhasil menguat sebesar 1,36% dan ditutup di level 8.275,08.
Tim Riset Phintraco Sekuritas mencermati sejumlah sentimen positif yang menyertai pergerakan pasar modal Indonesia belakangan ini. Terdapat optimisme kuat terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik yang lebih baik.
Salah satu indikasi pemulihan konsumsi masyarakat tercermin dari tren kenaikan inflasi. Pada Oktober 2025, inflasi tercatat sebesar 2,86% secara tahunan (year on year/YoY), mendekati target tengah asumsi APBN di angka 3% YoY. Inflasi ini diperkirakan akan terus meningkat secara terkendali hingga Desember 2025, sejalan dengan kecenderungan peningkatan konsumsi rumah tangga menjelang akhir tahun.
Selain itu, Indeks PMI Manufaktur Indonesia menunjukkan peningkatan positif, mencapai level 51,2 pada Oktober 2025 dari 50,4 di September 2025. Kenaikan ini menandai pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut, mengindikasikan ekspansi sektor manufaktur yang stabil.
Dari sektor perdagangan luar negeri, neraca perdagangan Indonesia kembali membukukan surplus sebesar US$4,34 miliar pada September 2025. Meskipun turun dari surplus US$5,49 miliar di Agustus 2025, angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan US$3,18 miliar pada September 2024. Ekspor tercatat tumbuh 11,41% YoY di September 2025, menjadi pertumbuhan tertinggi sejak Februari 2025, didorong oleh peningkatan permintaan dari Tiongkok sebesar 12,79% dan Amerika Serikat sebesar 9,08%.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.