PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) kembali menegaskan langkah strategisnya dengan berencana menerbitkan obligasi dan sukuk senilai total Rp 5,26 triliun. Upaya penghimpunan dana ini dinilai positif oleh para analis, berpotensi menjadi katalis pendorong kinerja keuangan emiten kertas tersebut di masa mendatang.
Penawaran surat utang ini terbagi menjadi tiga instrumen berbeda. Pertama, Obligasi Berkelanjutan V Indah Kiat Pulp and Paper Tahap V Tahun 2025 dengan jumlah pokok mencapai Rp 3,94 triliun. Obligasi ini dibagi lagi menjadi dua seri: Seri A bertenor tiga tahun senilai Rp 849,54 miliar dengan tingkat bunga 9%, serta Seri B bertenor lima tahun senilai Rp 3,09 triliun yang menawarkan bunga 9,50%.
Kedua, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Indah Kiat Pulp and Paper Tahap V Tahun 2025, dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 1,10 triliun. Berdasarkan nisbah pemegang sukuk mudharabah, bagi hasil untuk sukuk bertenor lima tahun ini ditetapkan sebesar 73,42%, yang ekuivalen dengan imbal hasil 9,50%.
Selain itu, INKP juga menghadirkan Obligasi USD Berkelanjutan II Indah Kiat Pulp and Paper Tahap IV Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar US$ 12,51 juta, atau setara dengan Rp 209,70 miliar jika menggunakan asumsi kurs US$ 1 sama dengan Rp 16.753. Obligasi dolar AS ini terpecah menjadi tiga seri: Seri A bertenor 370 hari dengan jumlah pokok US$ 5,82 juta dan imbal hasil 5,50%; Seri B jatuh tempo tiga tahun sejak tanggal emisi dengan pokok US$ 2,63 juta dan bunga 6,75%; serta Seri C berjangka waktu lima tahun dengan pokok US$ 4,06 juta yang menawarkan bunga 7,75%.
Dana yang berhasil dihimpun dari obligasi rupiah sekitar Rp 1,57 triliun akan digunakan INKP untuk membayar sebagian utang dalam mata uang Rupiah, mencakup pelunasan angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga bank. Sisanya dialokasikan untuk modal kerja Perseroan, yang meliputi pembelian bahan baku, bahan pembantu produksi, energi dan bahan bakar, barang kemasan, serta biaya overhead. Tujuan penggunaan dana ini juga berlaku sama untuk penghimpunan dana melalui sukuk.
Sementara itu, sekitar US$ 7,51 juta dari penawaran obligasi USD akan dimanfaatkan INKP untuk melunasi sebagian utang dalam mata uang dolar AS, yaitu untuk pembayaran angsuran pokok pinjaman dan/atau bunga bank. Sisa dana yang diperoleh dari obligasi USD juga akan digunakan untuk keperluan modal kerja, serupa dengan tujuan dana dari obligasi dan sukuk rupiah.
Langkah penerbitan surat utang ini tidak lepas dari kondisi keuangan perusahaan. Hingga akhir Juni 2025, INKP mencatat total liabilitas sebesar US$ 5,77 miliar. Pada periode yang sama, laba bersih perusahaan tercatat merosot 41,28% secara tahunan (YoY), dari US$ 278,75 juta menjadi US$ 163,69 juta. Penjualan juga mengalami kontraksi tipis 2,44% YoY, dari US$ 1,60 miliar menjadi US$ 1,56 miliar.
Meskipun demikian, Muhammad Wafi, Kepala Riset Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), menilai bahwa Indah Kiat Pulp and Paper (INKP) masih memiliki prospek kinerja yang stabil hingga akhir tahun. Ia melihat penerbitan obligasi dan sukuk ini secara fundamental bertujuan untuk refinancing utang dan mendukung modal kerja. “Dampaknya, struktur permodalan bisa lebih sehat, beban bunga terkendali, dan likuiditas perusahaan terjaga,” jelas Wafi saat dihubungi Kontan pada Kamis (25/9/2025).
Menilik lebih jauh, dengan asumsi harga pulp global yang stabil di kisaran US$ 700–US$ 750 per ton dan permintaan kertas domestik yang tetap kuat, pendapatan INKP berpotensi tumbuh moderat di rentang 5%–7% YoY pada akhir tahun. Faktor pendorongnya adalah stabilitas harga pulp, permintaan kertas domestik dan kemasan yang solid, serta aksi refinancing melalui penerbitan obligasi yang akan menyehatkan kembali struktur keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja INKP juga akan ditopang oleh tren diversifikasi produk turunan kertas, seperti tisu dan kemasan ramah lingkungan, yang kian diminati pasar.
Namun, prospek cerah ini bukannya tanpa tantangan. Volatilitas harga pulp global, biaya energi yang tinggi, dan potensi pelemahan permintaan ekspor dapat menjadi penahan laju kinerja Indah Kiat ke depan. Kenaikan mendadak harga bahan baku dan biaya energi yang mahal berpotensi mengerek biaya produksi, sehingga dapat menekan margin keuntungan dan laba perusahaan. Situasi ini bisa diperparah jika pasar ekspor utama produk pulp and paper, seperti Tiongkok dan Eropa, mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan.
Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen ini, Muhammad Wafi dari KISI merekomendasikan trading buy untuk saham INKP, dengan target harga Rp 8.200 per saham.