ITMG Gelar Buyback Jumbo, Analis Phintraco: Sinyal Kuat Kepercayaan Diri Manajemen

Langkah strategis PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimum Rp 2,49 triliun disambut positif pasar. Aksi korporasi ini dinilai sebagai langkah cermat untuk menjaga stabilitas harga saham ITMG di tengah dinamika pasar yang fluktuatif, sekaligus mengukuhkan keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan dan prospek jangka panjang yang menjanjikan.

Menurut Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, buyback saham ITMG ini merupakan strategi defensif yang menunjukkan bahwa valuasi saham ITMG saat ini masih berada di bawah nilai wajarnya. “Harga saham ITMG sempat terkoreksi signifikan dari level tertingginya tahun ini di Rp 24.300,” ungkap Alrich kepada Kontan, Selasa (4/11/2025). Ia menambahkan bahwa dengan posisi kas yang kuat dan utang yang minim, aksi buyback ini adalah momentum yang tepat karena tidak akan mengganggu arus kas operasional perusahaan.

Secara garis besar, pembelian kembali saham ini dirancang untuk meningkatkan nilai bagi para pemegang saham, sekaligus memperkuat persepsi positif pasar terhadap prospek bisnis jangka panjang ITMG. Manajemen melihat bahwa harga saham yang berlaku saat ini belum sepenuhnya mencerminkan potensi dan kinerja perusahaan di masa depan. Dengan keuangan yang solid serta strategi operasional yang berkelanjutan, buyback ini menjadi sinyal kuat akan kepercayaan diri terhadap kinerja ITMG.

Alrich menjelaskan bahwa buyback juga diharapkan mampu memberikan pengembalian yang lebih optimal bagi pemegang saham melalui peningkatan earnings per share (EPS) dan penguatan kepercayaan investor. Lebih dari itu, aksi korporasi ITMG ini juga berfungsi sebagai instrumen vital untuk menstabilkan harga saham di tengah tekanan harga komoditas batubara global. Dengan dukungan kas internal yang memadai, langkah ini tidak akan membebani arus kas maupun profitabilitas perusahaan, sekaligus mengukuhkan komitmen ITMG dalam menjaga nilai dan kredibilitas di mata investor.

Dengan valuasi saham ITMG yang masih tergolong murah dibandingkan rata-rata industri batubara, Alrich menilai bahwa aksi buyback ini berpotensi menjadi katalis positif yang signifikan bagi pergerakan saham ITMG dalam jangka pendek hingga menengah. “Berdasarkan riset kami pada 15 Agustus 2025, saat harga saham di Rp 22.250, ITMG diperdagangkan pada P/E ratio 4,58 kali dan P/B ratio 0,83 kali. Angka ini jauh di bawah rata-rata industri batubara yang berada di P/E 12,62 kali dan P/B 1,27 kali. Artinya, saham ITMG masih undervalued,” terangnya, menegaskan potensi kenaikan.

Meskipun kinerja keuangan ITMG sempat mengalami tekanan pada kuartal II-2025, dengan laba bersih turun 58% secara quarter on quarter akibat penurunan volume produksi dan harga jual rata-rata batubara, prospek jangka menengah ITMG dinilai tetap terbuka lebar. Hal ini didukung oleh langkah progresif perusahaan melakukan diversifikasi ke sektor mineral strategis seperti nikel, melalui akuisisi saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE). Ini merupakan bagian integral dari strategi transisi ITMG menuju energi hijau.

Alrich memproyeksikan kuartal IV-2025 akan menjadi fase moderasi, di mana volume penjualan tetap kuat namun margin dan laba masih terbebani oleh harga batubara yang belum sepenuhnya pulih. “Target penjualan tahun ini sebesar 26,3–27,4 juta ton masih bisa dicapai. Namun, harga batubara yang melemah berpotensi menekan margin, sehingga kuartal IV lebih ke arah stabilisasi dibanding pertumbuhan signifikan,” jelasnya. Untuk tahun 2026, kinerja ITMG akan sangat bergantung pada pergerakan harga batubara global, dengan potensi pertumbuhan solid jika harga menembus atau stabil di kisaran US$110-115 per ton. Selain itu, diversifikasi ke sektor mineral strategis dan energi terbarukan akan menjadi katalis tambahan, meskipun tantangan seperti tren transisi energi global, tekanan ESG, dan biaya logistik tinggi perlu diwaspadai.

Secara keseluruhan, rencana buyback dan valuasi saham ITMG yang masih tergolong murah menjadikan emiten ini menarik untuk jangka menengah. “Untuk jangka panjang, ITMG bisa jadi pilihan strategis jika strategi diversifikasi ke mineral dan energi hijau berjalan sukses,” kata Alrich. Bagi investor berorientasi pendapatan (income oriented), ITMG tetap layak dipertimbangkan. “Dengan dividend yield di atas 12% dan fundamental yang kuat, ITMG masih menawarkan kombinasi antara stabilitas dan potensi imbal hasil menarik,” tutupnya, menegaskan daya tarik saham ITMG bagi segmen investor tertentu.