Menguji Taji Danantara Jadi Pemompa Likuiditas di Pasar Saham

Ussindonesia.co.id JAKARTA —Rencana Danantara Indonesia untuk memperkuat likuiditas pasar saham berpotensi menjadi katalis positif bagi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan memperkuat struktur pasar modal Tanah Air.

Memasuki kuartal IV/2025, Danantara ancang-ancang untuk mengalirkan investasi jumbo sekitar US$10 miliar atau setara dengan Rp165,83 triliun. Berdasarkan laporan Reuters, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia Pandu Sjahrir menyampaikan bahwa sekitar 80% dana tersebut akan dialokasikan untuk proyek domestik. Sisanya, sebesar 20% bakal ditempatkan di luar negeri.

Di dalam negeri, Danantara bakal menggenjot proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau waste to energy. Perusahaan yang mengelola setoran dividen BUMN itu berencana untuk meluncurkan 33 proyek PSEL di kabupaten/kota di Indonesia, termasuk 8 proyek pada Oktober 2025. 

Adapun, di mancanegara, Danantara bakal menanamkan modal di proyek pembangunan desa haji di Arab Saudi dan proyek energi hulu bersama PT Pertamina (Persero).

Selain mendanai proyek-proyek di sektor riil, Danantara juga berencana meningkatkan likuiditas pasar saham Indonesia yang saat ini memiliki rerata nilai perdagangan harian di kisaran US$1 miliar, tertinggal dari India yang mencapai US$10 miliar hingga US$11 miliar. 

“Kami membutuhkan pasar modal yang kuat agar private market bisa masuk, karena pasar saham merupakan sarana untuk mengalirkan kembali modal itu,” kata Pandu.

Berdasarkan estimasi Bisnis, jika 5%–10% dari total dana investasi dialokasikan untuk memperkuat pasar saham, maka nilainya bisa mencapai Rp8,3 triliun–Rp16,6 triliun.

: Kenaikan Ganda Harga Emas dan IHSG Diprediksi Berlangsung hingga Akhir 2025

Rencana itu sekaligus menegaskan kembali pernyataan Pandu Sjahrir pada April 2025 yang menyebut Danantara siap menjadi liquidity provider pasar saham Indonesia.

Dalam catatan Bisnis, Bursa Efek Indonesia (BEI) menyambut baik niat Danantara jika ingin menjadi penyedia likuiditas atau liquidity provider. Kendati demikian, saat ini peraturan BEI hanya mengatur Anggota Bursa yang dapat menjadi liquidity provider.

“Namun, BEI menyambut baik Danantara untuk mendorong dan mendukung Anggota Bursa yang merupakan anak dari BUMN untuk turut serta menjadi liquidity provider, tidak hanya untuk perusahaan lighthouse, tetapi juga untuk saham-saham yang masuk ke dalam Daftar Efek Liquidity Provider Saham,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Senin (23/6/2025).  

Manuver Danantara di pasar saham sempat terjadi saat indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami tekanan tajam hingga trading halt. Seperti diketahui, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat memberhentikan sementara perdagangan atau trading halt IHSG setelah turun 5% pada 18 Maret 2025. Tak sampai sebulan, IHSG kembali anjlok hingga lebih dari 8% pada April lalu.

Hal itu diungkapkan oleh Managing Director Stakeholders Management Danantara Indonesia Rohan Hafas. Dia menyebutkan lembaga investasi Indonesia itu meyakini pelaku usaha dan investasi memiliki peran penting dalam transformasi ekonomi.

“Danantara bahkan sempat masuk ke pasar modal saat bursa mengalami tekanan cukup dalam. Seperti kita tahu, likuiditas di bursa masih relatif dangkal sehingga sangat mudah naik dan turun,” ujarnya dalam gelaran Bisnis Indonesia Award 2025. 

IDX COMPOSITE INDEX – TradingView

Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menilai bahwa kehadiran Danantara sebagai penyedia likuiditas atau liquidity provider institusional dapat membantu menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar, khususnya pada saham-saham unggulan yang pergerakannya saat ini relatif stagnan.

“Hal ini akan membuat spread harga lebih sempit, mengurangi volatilitas, dan menciptakan pasar yang lebih efisien sehingga memberi kenyamanan lebih besar bagi investor,” ucap Ekky saat dihubungi Bisnis, Senin (6/10/2025). 

Menurutnya, langkah tersebut akan memberikan dampak positif terhadap persepsi dan sentimen pelaku pasar. Masuknya Danantara ke pasar saham secara aktif juga dinilai menjadi jangkar kepercayaan bagi investor, baik ritel maupun institusi. 

Di samping itu, inisiatif Danantara menjadi liquidity provider dapat memperdalam pasar modal dan menjadi katalis untuk menarik arus modal asing dalam jangka menengah. 

“Secara keseluruhan, langkah ini positif bagi pendalaman pasar modal Indonesia dan bisa menjadi katalis penting untuk menarik capital inflow dalam jangka menengah, terutama di tengah kondisi makro dan fiskal yang sedang dalam transisi,” tuturnya.

: Investasi Jumbo Danantara Dinilai Jadi Katalis Penguatan Ekonomi Nasional

Dihubungi terpisah, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta juga berpandangan serupa. Dia menilai langkah Danantara diyakini menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG dalam jangka menengah.

Pada penutupan perdagangan Senin (6/10/2025), IHSG ditutup menguat 21,59 poin atau 0,27% ke level 8.139,89. Level itu menjadi rekor penutupan tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Di level tersebut, indeks komposit sudah melonjak 14,97% sejak awal 2025. 

Menurut Nafan, fokus Danantara untuk menyalurkan investasi besar ke proyek-proyek strategis nasional berpotensi menciptakan efek berantai terhadap pasar modal. Selain menjadi sumber dana jangka panjang bagi perekonomian, langkah itu turut membuka ruang bagi penguatan kinerja emiten pelat merah untuk jangka panjang.

Secara sentimen, saham BUMN juga berpotensi semakin likuid karena Danantara dapat menjadi penyedia likuiditas melalui Anggota Bursa (AB) yang berstatus pelat merah.

“Dengan demikian, saham-saham emiten BUMN berpotensi menjadi semakin likuid ke depannya. Tentunya, hal ini juga bisa meningkatkan minat investor, baik ritel maupun institusi untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia,” pungkasnya kepada Bisnis.