
Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Pasar obligasi korporasi diproyeksikan tetap menunjukkan daya tarik yang kuat setelah Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) melakukan pemangkasan suku bunga. Langkah kebijakan moneter ini diyakini akan menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi instrumen investasi ini.
Menurut Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, penurunan suku bunga memiliki dampak positif signifikan terhadap obligasi korporasi. Hal ini terjadi karena yield benchmark cenderung menurun, menjadikan obligasi korporasi lebih kompetitif. Ekspektasi akan pemotongan suku bunga lanjutan juga menjadi katalis kuat yang berpotensi meningkatkan penawaran dan permintaan obligasi korporasi di masa mendatang. “Obligasi korporasi masih menarik dengan yield yang ditawarkan cukup tinggi, harga stabil, dan potensi capital gain yang signifikan dalam siklus penurunan suku bunga,” ungkap David kepada Kontan pada Selasa, 23 September 2025.
Bank Victoria Terbitkan Obligasi Rp 750 Miliar, Dengan Bunga 8,25% per Tahun
David menyoroti pertumbuhan minat terhadap obligasi korporasi berdenominasi rupiah yang tercatat impresif. Pada tahun 2024, instrumen ini tumbuh 11,2% secara tahunan (YoY), dan per semester I-2025, peningkatannya mencapai 48,31% YoY. Data ini dengan jelas menunjukkan tingginya animo investor terhadap obligasi korporasi, bahkan di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi.
Melihat ke depan, David memaparkan beberapa sentimen positif yang akan menopang kinerja obligasi korporasi. Ini meliputi tingginya kebutuhan refinancing dari korporasi, pemangkasan suku bunga oleh BI dan The Fed yang akan menurunkan biaya penerbitan serta premi risiko, pelonggaran moneter yang mendorong leverage korporasi, dan stabilitas pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, sentimen negatif patut diwaspadai, terutama dari belum pulihnya ekonomi dan perdagangan global yang bisa memengaruhi ekspektasi kinerja perusahaan penerbit.
Lebih lanjut, David memproyeksikan rata-rata kupon obligasi korporasi untuk tenor 3 tahun dengan peringkat AAA dapat mencapai 6,6%, sementara untuk peringkat BBB sekitar 10,5%. Angka ini dinilai lebih menarik dibandingkan obligasi pemerintah (SUN), ditambah lagi adanya peluang capital gain dari kenaikan harga obligasi seiring dengan penurunan suku bunga. “Prospek return obligasi korporasi masih sangat menjanjikan,” tegas David.
Pefindo Beri Peringkat idAA untuk Bumi Serpong Damai (BSDE) dan Obligasi
Senada, Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menjelaskan bahwa obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon yang lebih tinggi dibandingkan SUN. Namun, penting untuk diingat bahwa risiko investasi ini sangat bergantung pada kualitas kredit penerbit. Oleh karena itu, investor disarankan untuk selalu mencermati rating obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat kredit.
Imam menambahkan, obligasi dapat menjadi instrumen investasi yang fleksibel untuk berbagai horizon waktu, namun strategi yang diterapkan harus disesuaikan. Bagi investor dengan horizon jangka pendek, instrumen yang relatif aman adalah obligasi negara tenor pendek atau obligasi korporasi tenor pendek yang dibeli di pasar perdana. Dengan strategi buy and hold hingga jatuh tempo, investor dapat mengurangi risiko volatilitas harga di pasar sekunder, asalkan penerbit obligasi korporasi memiliki kualitas kredit yang solid dan berada pada level investment grade.
Sementara itu, bagi investor jangka panjang yang aktif bertransaksi di pasar sekunder, posisi harga obligasi menjadi faktor krusial untuk diperhatikan, apakah berada pada level discount, par, atau premium. “Pembelian di level discount atau par akan memberikan peluang yield yang lebih menarik dan potensi keuntungan yang optimal,” terang Imam.