Penyebab Saham Konglomerat BRPT, PGUN Cs Rontok Bareng IHSG Hari Ini (17/10)

JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan signifikan pada akhir pekan ini, Jumat (17/10/2025). Sentimen negatif pasar tak terhindarkan, membuat saham-saham milik konglomerat terjun bebas dan menyeret IHSG ambrol hingga 2,6% ke level 7.911. Penurunan tajam ini dipicu oleh sejumlah faktor yang memengaruhi dinamika pasar modal.

Menyikapi gejolak ini, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, menyatakan bahwa penurunan IHSG yang terjadi saat ini lebih merupakan bagian dari dinamika pasar yang selalu ada. “Dinamika pasar selalu terjadi. Pendalaman pasar akan terus kami lakukan, baik dari sisi supply maupun demand,” ucap Jeffrey, di Gedung BEI, Jakarta.

Pandangan serupa namun dengan analisis lebih mendalam turut disampaikan oleh VP of Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi Kasmarandana. Menurutnya, selama dua tahun terakhir, kinerja IHSG memang sangat bergantung pada performa saham-saham konglomerasi. Audi menjelaskan, dominasi saham-saham konglomerasi dalam menggerakkan pasar akan terus berlanjut hingga batas free float dinaikkan. Ia juga mempertanyakan, “Karena pengendali masih sangat besar kan di konglomerasi. Kalau free float dinaikkan, siapa yang mau menyerap?”

Audi menuturkan bahwa aturan free float sejatinya cukup positif bagi pasar, mengingat sejumlah indeks global telah memiliki regulasi free float tersendiri. Meski demikian, penambahan batas free float, menurut Audi, idealnya dilakukan secara bertahap atau melalui skema tiering untuk meminimalkan guncangan pasar.

Di sisi lain, Audi mengamati bahwa kenaikan signifikan saham-saham konglomerasi sebelumnya banyak didorong oleh spekulasi investor yang menantikan realisasi dari berbagai rencana strategis konglomerasi tersebut. Namun, pelemahan yang terjadi saat ini bukan hanya karena isu free float dan spekulasi semata, melainkan juga akibat aksi profit taking yang masif dilakukan investor.

Aksi ambil untung investor pada saham-saham konglomerasi ini menjadi salah satu pemicu utama ambrolnya IHSG. “Dengan PE yang sudah kemahalan, atau valuasi yang sudah kemahalan, biasanya akan profit taking, seperti itu,” tambah Audi, menjelaskan bahwa valuasi yang terlampau tinggi seringkali memicu investor untuk merealisasikan keuntungan mereka.

Dampak pelemahan ini terlihat jelas pada portofolio sejumlah konglomerat ternama. Berdasarkan data Ajaib Sekuritas, saham-saham milik konglomerat Hapsoro Sukmonohadi atau Happy Hapsoro, misalnya, terpantau turun hingga 8,68% pada pukul 15.30 WIB. Tak hanya itu, saham-saham afiliasi Prajogo Pangestu juga terkoreksi tajam 4,79% hari ini, diikuti oleh saham-saham milik Aburizal Bakrie yang merosot 3,89%.

Lebih rinci, pada penutupan perdagangan sesi I, saham-saham emiten afiliasi Prajogo Pangestu menunjukkan koreksi yang dalam: PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) anjlok 7,89%, PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) jeblok 7,49%, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) merosot 9,66%, PT Petrosea Tbk. (PTRO) turun 5,36%, dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) terkoreksi 4,85%. Sementara itu, saham emiten afiliasi Hashim Djojohadikusumo, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), juga merosot 9,57%. Pelemahan signifikan juga dialami emiten Haji Isam, di mana saham PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) menyentuh batas auto reject bawah (ARB) dengan penurunan 14,99%, senada dengan PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) yang ikut jeblok 14,85%.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.