PEKANBARU – Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, menggandeng Harian Bisnis Indonesia, meluncurkan program strategis bertajuk Jelajah Ketahanan Pangan Riau 2025. Inisiatif kolaboratif ini dirancang khusus untuk memetakan secara komprehensif ketersediaan pasokan dan menjaga stabilitas harga komoditas pangan esensial di Bumi Lancang Kuning. Program ini menjadi langkah proaktif untuk menjamin kecukupan pangan bagi masyarakat Riau.
Kepala BI Riau, Panji Achmad, menjelaskan signifikansi kolaborasi ini. Menurutnya, memilih Bisnis Indonesia sebagai mitra strategis adalah keputusan tepat karena media tersebut memiliki jangkauan pembaca yang luas, termasuk para peneliti dan pelaku ekonomi di tingkat nasional. Kemitraan ini diharapkan mampu menyajikan gambaran yang independen dan kredibel mengenai kondisi ketahanan pangan di Riau, sehingga informasi yang disampaikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
“Kami ingin masyarakat memahami secara transparan bagaimana ketahanan pangan Riau dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka,” ungkap Panji pada Senin (22/9/2025). Ia menyoroti pengalaman pada Ramadan tahun 2024 lalu, di mana harga beras dan cabai melonjak signifikan, secara langsung menggerus daya beli masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh fakta bahwa kemampuan produksi beras di Riau sangat minim, hanya sekitar 30% dari total kebutuhan. Demikian pula dengan cabai, pasokan sangat bergantung pada daerah tetangga seperti Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), dan Jambi, menciptakan kerentanan terhadap gejolak harga dan distribusi.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus mengintensifkan upaya untuk memastikan pasokan, harga, dan distribusi pangan tetap terjaga. Berbagai langkah strategis ditempuh, mulai dari mendorong kerja sama business to business (B to B) dan government to government (G to G) dengan daerah-daerah pemasok utama, hingga melibatkan peran aktif TNI dan Polri dalam menjaga stabilitas harga di pasar. Pendekatan komprehensif ini bertujuan untuk meminimalisir lonjakan harga dan menjamin ketersediaan barang.
“Harapan kami, beras, cabai, dan bawang sebagai komoditas utama dapat tetap aman pasokannya selama Ramadan mendatang,” tambah Panji. Ia menekankan bahwa dari sisi inflasi, upaya ini sangat krusial. Riau memiliki ambisi besar untuk bersaing dan menjadi salah satu provinsi terbaik dalam pencapaian pengendalian inflasi nasional, sebuah indikator penting bagi stabilitas ekonomi regional dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak hanya fokus pada harga dan pasokan, BI juga aktif mendorong transformasi pertanian berkelanjutan di Riau. Panji Achmad menggarisbawahi pentingnya antisipasi dini terhadap dampak musim hujan terhadap kelancaran distribusi pangan. Secara khusus, ia menyoroti akses jalan dari Sumatera Barat menuju Riau yang kerap terdampak longsor, berpotensi besar menghambat pengiriman komoditas vital dan memperburuk situasi pasokan.
“Menjelang musim hujan, kami berharap jalur distribusi dapat tetap lancar tanpa hambatan,” tegasnya. Ia menambahkan, “Jangan sampai jalur logistik terputus karena hal tersebut akan berpengaruh besar pada ketersediaan suplai pangan di Riau, yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat.”
Lebih lanjut, Panji menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi bukan semata tanggung jawab pemerintah daerah. Melainkan, diperlukan sinergi yang kuat dan berkesinambungan dari lintas pihak, mulai dari dunia usaha, aparat keamanan, hingga seluruh elemen masyarakat. Kolaborasi ini menjadi kunci utama untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil dan berkelanjutan di Riau.