
Ussindonesia.co.id , SURABAYA — Kementerian Perdagangan atau Kemendag meminta Bank Indonesia (Bank Indonesia) memasifkan penggunaan transaksi lokal antarnegara melalui skema Local Currency Transaction (LCT), khususnya dengan menjangkau para pekerja migran (PMI) Indonesia yang melimpah jumlahnya di sejumlah negara.
Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri (Ditjen Daglu) Kemendag, Bayu Nugroho mengungkapkan, penggunaan LCT maupun Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dapat diprioritaskan terhadap negara-negara mitra, yang memiliki PMI dalam jumlah banyak. Sehingga hal itu dapat membantu untuk mengurangi ketergantungan dan resiko eksposur mata uang lokal terhadap dolar Amerika Serikat.
Bayu pun membeberkan bahwa di Taiwan, terdapat sebanyak kurang lebih 350.000 PMI. Pusaran transaksi antarnegara pun menurutnya pasti terjalin secara masif karena para PMI tersebut dapat dipastikan mengirimkan sejumlah uang kepada anggota keluarganya di tanah air.
: BI Ajak Pengusaha Jatim Implementasikan Local Currency Transaction (LCT) dalam Ekspor Impor
“Para pekerja migran Indonesia ini sangat memperhatikan kesejahteraan keluarganya di dalam negeri, sehingga banyak transaksi-transaksi yang terjadi. Bahkan transfer uang Indonesia, dari Taiwan ke Indonesia, sebulannya tidak mungkin nilainya di bawah Rp1 triliun,” ungkap Bayu di Surabaya, dikutip pada Selasa (7/10/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, Bayu menyebut bahwa para PMI tersebut sangat aktif untuk membelikan, membelanjakan, serta memberikan sesuatu kepada segenap anggota keluarganya yang berada di tanah air. Dengan begitu, dirinya pun berharap penggunaan LCT maupun QRIS di negara-negara mitra dagang Indonesia dapat semakin dimasifkan.
: : Transaksi LCT Indonesia dan Negara Mitra Tembus US$4,7 Miliar pada Semester I/2024
“Salah satunya di Jeddah, Timur Tengah yang jumlah PMI-nya tiga kali lipat dari Taiwan. Bahkan, di Malaysia itu, jumlah PMI yang legal sekitar 1,2 juta orang, bahkan lebih,” ungkapnya.
Dengan jumlah PMI yang melimpah di sejumlah negara mitra dagang tersebut, Bayu menyebut bahwa hal tersebut seharusnya dapat menjadi pondasi yang berharga bagi aktivitas ekspor Indonesia serta kehadiran mereka secara serta-merta dapat menjadi duta promosi bagi produk lokal milik anak bangsa.
Dirinya pun mencontohkan bahwa salah satu produk mi instan terbesar di tanah air, Indomie, bisa mendapatkan hati dari masyarakat Taiwan karena produk milik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) tersebut juga dikonsumsi oleh para PMI yang bekerja di sana.
“Indomie terkenal di Taiwan itu karena ada PMI. Jadi PMI kita menjadi caregiver di Taiwan, menjaga opa-oma. Lalu, opa-omanya melihat [PMI] lagi masak Indomie. Lalu ditanyalah ini oleh opa omanya, ‘kamu masak apa?’ Kamu masak Indomie. Akhirnya mereka coba. Nah, itu mengapa Indomie diterima di Taiwan,” bebernya.
Dengan nilai transaksi LCT hingga Agustus 2025 yang telah berada pada level setara dengan US$ 16,38 Miliar, Bayu pun berharap kehadiran para diaspora yang tergolong sebagai PMI di luar negeri dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh BI untuk dapat menambah kerjasama dengan negara-negara di belahan dunia lainnya dalam penggunaan LCT maupun QRIS.
“Oleh sebab itu, saya melihat peran PMI atau pekerja migran Indonesia ini cukup besar. Nah, ini mungkin bisa diprioritaskan untuk penerapan LCT,” pungkasnya. (245)