Proyek Baru Topang Harum Energy (HRUM), Simak Rekomendasi Sahamnya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) menghadapi periode yang menantang pada kuartal II-2025 dengan penurunan laba. Meskipun demikian, para analis pasar memproyeksikan adanya titik balik krusial bagi saham HRUM pada kuartal IV-2025, menandai potensi pemulihan yang signifikan.

Laporan keuangan menunjukkan bahwa laba bersih HRUM merosot 61% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 24 juta pada kuartal II-2025. Pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh harga jual rata-rata (ASP) batubara yang lesu, yang terkoreksi 13,7% secara kuartalan (QoQ). Meskipun demikian, laba bersih perusahaan secara kuartalan justru melonjak 334,3% QoQ. Peningkatan kuat ini, seperti dicermati analis UOB Kay Hian Sekuritas, Benyamin Mikael, utamanya berkat tidak adanya lagi beban penurunan nilai sebesar US$ 13,7 juta akibat divestasi Nickel Mines Limited pada kuartal I-2025.

Terlepas dari performa yang kurang memuaskan di semester I-2025, prospek Harum Energy (HRUM) di paruh kedua tahun ini dinilai akan membaik. Benyamin memperkirakan laba HRUM berpotensi pulih, didukung oleh penguatan harga ASP batubara. Selain itu, biaya nikel diperkirakan akan lebih rendah berkat penjualan awal PT Position yang dimulai Juli 2025, yang akan memasok smelter NPI dan nickel matte milik HRUM.

Produksi batubara perusahaan juga diprediksi akan lebih rendah pada semester II-2025, mengingat 54% dari kuota tahunan telah tercapai pada paruh pertama tahun ini. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, Benyamin memproyeksikan laba bersih HRUM untuk keseluruhan tahun 2025 dapat mencapai US$ 60 juta, dengan kontribusi laba semester II-2025 sekitar US$ 30,4 juta, atau naik 2,3% dari capaian semester I-2025.

Harum Energy (HRUM) Raih Pendapatan US$ 645,3 Juta pada Semester I-2025

Penjualan Bijih Nikel menjadi salah satu katalis utama yang akan menopang titik balik HRUM. Menurut analis Indo Premier Sekuritas, Ryan Winipta, dalam risetnya pada 22 September 2025, penjualan bijih nikel dari PT Position akan menjadi pendorong signifikan pada kuartal IV-2025. Mengingat seluruh bijih nikel dari PT Position akan digunakan untuk smelter internal, pendapatan konsolidasi tidak akan langsung tercatat.

Namun demikian, dampak penjualan bijih ini akan terlihat sebagai penghematan biaya tunai pada produksi NPI/matte, diperkirakan sekitar US$ 350 per ton pada kuartal IV-2025. Ryan menambahkan, jika 100% bijih nikel dapat dikirim dan digunakan sesuai jadwal, potensi penghematan biaya bahkan bisa mencapai sekitar US$ 1.000 per ton, memberikan dorongan substansial bagi margin perusahaan.

Harum Energy (HRUM) Anggarkan Capex US$ 315 Juta di Tahun 2025

Selain itu, kinerja Harum Energy juga akan diperkuat oleh proyek Blue Sparking Energy (BSE) HPAL. Proyek ini dijadwalkan akan mulai beroperasi pada kuartal I-2026, dengan fokus memproduksi mixed hydroxide precipitate (MHP) dan kobalt. Kapasitas terpasang BSE mencapai 67.000 ton MHP dan 7.500 ton kobalt. Benyamin mengungkapkan, per semester I-2025, proyek BSE telah mencapai 85% penyelesaian, dengan seluruh peralatan utama terpasang. Fokus saat ini adalah finalisasi konstruksi fasilitas utama.

Dengan beroperasinya BSE, Benyamin memperkirakan kontribusi EBIT dari segmen nikel akan meningkat drastis, dari 16,9% pada 2024 menjadi 90,4% pada 2027. Hal ini sejalan dengan proyeksi kenaikan produksi nikel dan penurunan produksi batubara secara bertahap. Berkat prospek positif ini, Benyamin merekomendasikan “buy” untuk saham HRUM dengan target harga Rp 1.260 per saham. Senada, Ryan juga merekomendasikan “buy” dengan target harga yang dinaikkan menjadi Rp 1.150 dari sebelumnya Rp 1.050 per saham.

  HRUM Chart by TradingView