Purbaya Respons IHSG Merosot, Anggap Sesuatu yang Wajar

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru-baru ini angkat bicara menanggapi tren pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi selama beberapa hari terakhir. Tercatat, IHSG mengalami penurunan dua hari berturut-turut di pekan ini, yaitu sebesar 1,95 persen pada penutupan perdagangan Selasa (14/10) dan diikuti pelemahan 0,19 persen pada Rabu (15/10).

Kondisi ini berlanjut pada sesi I perdagangan Jumat (17/10), di mana IHSG ditutup merosot tajam 180,46 poin atau setara 2,22 persen, mencapai level 7.944,287. Meski demikian, Purbaya menilai pergerakan tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Ia memandang pelemahan ini sebagai bagian inheren dari dinamika pasar yang wajar.

Dalam sebuah diskusi di Kantor Kementerian Keuangan pada Jumat (17/10), Purbaya menjelaskan bahwa pergerakan pasar modal sering kali dipengaruhi oleh sentimen global. Ia menambahkan, bagi pelaku pasar seperti pialang atau broker, fluktuasi indeks, baik naik maupun turun, justru membuka peluang trading dan profit. “Jika indeks naik terus, mereka malah rugi karena tidak bisa trading. Yang ideal itu ada pergerakan naik-turun, di sela-sela itulah mereka bisa mengambil keuntungan,” ujarnya, menguraikan perspektif para investor.

Purbaya lebih lanjut menegaskan bahwa fluktuasi IHSG adalah fenomena yang lumrah terjadi. Baginya, poin krusial yang harus diperhatikan bukanlah kenaikan atau penurunan IHSG dalam jangka pendek, melainkan pada keberlanjutan langkah perbaikan ekonomi yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah.

Ia menekankan komitmen serius pemerintah dalam upaya memperbaiki ekonomi nasional. “Yang terpenting adalah apakah perbaikan yang sedang kita jalankan ini betul-betul berkelanjutan. Nanti mereka akan menyadari, bahwa kami serius. Jika ekonomi membaik, pertumbuhan perusahaan akan positif, profitabilitas meningkat, dan secara otomatis nilai saham juga akan ikut terangkat,” jelas Purbaya dengan optimis.

Menyoroti perilaku pasar, Purbaya juga mengemukakan siklus yang biasa terjadi. “Kemarin ada euforia, orang merasa betul-betul kaya, lalu masuk beramai-ramai ke pasar. Setelah itu, muncul persepsi bahwa harga sudah terlalu tinggi, sehingga mereka memutuskan untuk mengambil keuntungan (profit taking) dengan menjual saham, berharap bisa membeli kembali di harga yang lebih rendah dan kembali naik. Begitulah dinamika yang lumrah di kalangan para pelaku pasar,” pungkasnya, memberikan gambaran tentang strategi dan psikologi investor.