
Ussindonesia.co.id , Jakarta — Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kembali tertekan hingga menembus level terendahnya dalam tiga tahun terakhir.
Merujuk data Stockbit, hingga pukul 10.00 WIB, Kamis (9/10/2025), saham BBCA terkoreksi 1,02% atau turun 75 poin ke level Rp7.300 per saham. Ini menjadi pertama kalinya sejak 2022 saham bank swasta terbesar di Indonesia itu menyentuh kisaran Rp7.000-an per lembar.
Penurunan hari ini menambah panjang rentetan pelemahan saham BCA. Dalam sepekan terakhir, harga sahamnya sudah terkikis 2,67% atau 300 poin. Jika ditarik dalam sebulan, koreksinya mencapai 4,87% atau setara 375 poin. Tekanan lebih dalam terlihat pada periode tiga bulan terakhir, di mana saham BBCA sudah anjlok 13,82% atau 1.175 poin.
: Saham BCA (BBCA) Hingga Mandiri (BMRI) Diobral Broker, Indeks Bisnis-27 ke Zona Merah
Secara tahunan, performa BBCA terus menunjukkan tren melemah. Sejak awal tahun, saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia ini sudah terperosok 24,55% (year to date/YtD) atau 2.375 poin. Adapun dalam setahun terakhir, penurunannya mencapai 29,57% atau 3.075 poin.
Pelemahan ini juga sejalan dengan aliran dana asing yang terus keluar dari saham-saham perbankan papan atas. Data menunjukkan, sepanjang tahun berjalan investor asing sudah mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp31,19 triliun di saham BCA.
: : Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah, Saham Bank Jumbo BBCA-BMRI Lesu
Meski tekanan masih kuat, valuasi saham BCA mulai menunjukkan posisi yang relatif menarik dibandingkan beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan data Stockbit, rasio harga terhadap laba atau price to earnings ratio (P/E ratio) BCA saat ini berada di kisaran 15,85 kali, sedangkan proyeksi ke depan (forward P/E ratio) sebesar 14,81 kali.
: : IHSG Hari Ini dan Rekomendasi Saham Pilihan 9 Oktober 2025
Artinya, harga saham BCA saat ini setara sekitar 15 kali laba bersih tahunannya, lebih rendah dari rerata historisnya, yang menunjukkan valuasi mulai masuk zona wajar.
Sementara itu, rasio harga terhadap nilai buku (price to book value atau PBV) BCA kini berada di level 3,45 kali. Angka ini menggambarkan bahwa harga saham BCA masih diperdagangkan tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya.
Dari sisi arus kas, rasio harga terhadap arus kas (price to cashflow) berada di level 18,85 kali, sementara rasio harga terhadap arus kas bebas (price to free cashflow) tercatat 20,33 kali.
Bank Central Asia Tbk. – TradingView Kinerja Bank BCA
Seiring dengan hal ini, BCA dan entitas anak mencatatkan raihan laba bersih konsolidasi senilai Rp29 triliun pada semester I/2025. Laba tersebut tumbuh 8% secara tahunan (year on year/YoY). Pada semester I tahun lalu, bank swasta terbesar di Indonesia itu membukukan laba bersih senilai Rp26,9 triliun.
“Kredit tumbuh 12,9% YoY menjadi Rp959 triliun per Juni 2025 didukung pertumbuhan penyaluran di berbagai segmen dan terjaganya kondisi likuiditas perseroan,” ujar Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam konferensi pers kinerja keuangan pada Rabu (30/7/2025).
Secara rinci, kredit korporasi BCA tumbuh 16,1% YoY mencapai Rp451,8 triliun per Juni 2025. Kredit komersial naik 12,6% YoY menjadi Rp143,6 triliun, dan kredit UKM meningkat 11,1% YoY hingga Rp127 triliun.
Ditopang pertumbuhan KPR sebesar 8,4% menjadi Rp137,6 triliun, dan kredit kendaraan bermotor (KKB) 5,2% mencapai Rp65,4 triliun, total pertumbuhan kredit konsumer mencapai 7,6% YoY hingga Rp226,4 triliun.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit, rasio loan at risk (LAR) BCA terjaga pada level 5,7% sepanjang semester I/2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) terkelola pada level 2,2%. Pencadangan NPL dan LAR memadai, masing-masing 167,2% dan 68,7%.