
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (24/9), meski nilai transaksi harian melonjak menjadi salah satu yang tertinggi dalam sebulan terakhir.
Mengutip Reuters, Investor melakukan aksi ambil untung setelah indeks utama sempat mencetak rekor baru, sementara komentar Ketua The Fed Jerome Powell tentang valuasi aset yang ‘cukup tinggi’ memicu kehati-hatian pasar.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 18,04 miliar saham, melampaui rata-rata 20 hari terakhir sebesar 17,75 miliar saham. Lonjakan ini terjadi di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter, terutama soal kecepatan dan besaran pemangkasan suku bunga.
Powell sehari sebelumnya mengatakan harga aset saat ini terlihat ‘cukup tinggi’, mengingatkan kembali ucapan Alan Greenspan pada 1996 tentang “irrational exuberance” yang mendorong valuasi melambung. Komentar ini membuat sebagian investor melepas saham setelah reli panjang mengangkat indeks Dow Jones, S&P 500, Nasdaq, dan Russell 2000 ke rekor tertinggi.
Pada penutupan, Dow Jones turun 171,50 poin (0,37 persen) ke 46.121,28. S&P 500 melemah 18,94 poin (0,28 persen) ke 6.637,98, sedangkan Nasdaq terkoreksi 75,62 poin (0,33 persen) ke 22.497,86.
Sektor material jadi pemberat setelah saham Freeport-McMoRan anjlok 17 persen akibat force majeure di tambang Grasberg, Indonesia.
Di sisi lain, sektor energi naik 1,2 persen seiring harga minyak yang mencapai level tertinggi tujuh minggu terakhir setelah data menunjukkan penurunan besar pada persediaan minyak mentah AS.
Beberapa saham mencatat pergerakan signifikan. Lithium Americas melonjak hampir dua kali lipat ke USD 6,01 setelah Reuters melaporkan pemerintah AS mempertimbangkan mengambil porsi 10 persen saham perusahaan itu. General Motors juga naik 2,3 persen setelah mendapat rekomendasi kenaikan peringkat dari UBS.
Sebaliknya, Micron Technology turun 2,8 persen usai laporan kinerja kuartalan, dan Oracle melemah 1,7 persen terkait rencana penerbitan obligasi USD 15 miliar.
Dari sisi makroekonomi, penjualan rumah baru di AS melonjak 20,5 persen pada Agustus, jauh di atas ekspektasi. Namun, perhatian investor kini tertuju pada rilis indeks personal consumption expenditures (PCE) akhir pekan ini, indikator inflasi utama The Fed yang akan menentukan arah suku bunga ke depan.