
Ussindonesia.co.id JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat tersisa sembilan perusahaan yang masih berminat melanjutkan melepas saham melalui pasar modal Indonesia alias initial public offering (IPO) per 19 Desember 2025.
Minat ini terpantau turun, pasalnya dalam rilis awal Desember 2025 disebutkan ada 13 perusahaan yang ada dalam daftar. Setelahnya tercatat dua emiten telah merealisasikan aksi pencatatan saham yakni PT Abadi Lestari Indonesia Tbk. (RLCO) dan PT Super Bank Indonesia Tbk. (SUPA) artinya tersisa 11 perusahaan.
“Hingga saat ini (19/12), terdapat sembilan perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ulas Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna dalam rilisnya.
: Kalender Libur Bursa Efek Indonesia (BEI) Desember 2025, Perdagangan Saham Libur Panjang
Berdasarkan klasifikasi aset mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 53/POJK.04/2017, mayoritas perusahaan dalam pipeline merupakan emiten beraset besar.
Dari sembilan perusahaan tersebut, enam perusahaan tergolong memiliki aset di atas Rp250 miliar, satu perusahaan berada pada kategori aset menengah dengan aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, serta dua perusahaan termasuk dalam kategori aset skala kecil dengan aset di bawah Rp50 miliar.
: : Jadwal Libur Bursa Saham 2026, Cek Kalender Cuti Sekarang!
Dari sisi sektor usaha, pipeline IPO BEI saat ini didominasi oleh sektor keuangan dengan tiga perusahaan. Sektor bahan baku (basic materials) menyumbang dua perusahaan, disusul masing-masing satu perusahaan dari sektor energi, industri, teknologi, serta transportasi dan logistik.
Selain rencana IPO, BEI mencatat sebanyak 26 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di pasar modal hingga 19 Desember 2025.
: : Memahami Right Issue, Merugikan atau Menguntungkan bagi Investor Saham?
Dari aksi penawaran umum perdana saham (IPO) tersebut, total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp18,11 triliun.
Super Bank- TradingView Obligasi dan Right Issue
Dalam periode yang sama, pasar modal Indonesia telah menerbitkan sebanyak 178 emisi dari 79 penerbit Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp209,4 triliun.
Sementara itu, hingga 19 Desember 2025, tercatat 22 emisi dari 15 penerbit EBUS yang masih berada dalam pipeline. Berdasarkan klasifikasi sektor usaha, pipeline penerbitan EBUS tersebut didominasi oleh sektor keuangan dengan lima emisi, diikuti sektor energi yang menyumbang empat emisi.
Adapun sektor lainnya masing-masing terdiri atas satu emisi dari sektor bahan baku (basic materials), satu emisi dari sektor consumer non-cyclicals, satu emisi dari sektor industri, dua emisi dari sektor infrastruktur, serta satu emisi dari sektor properti dan real estat. Hingga saat ini, belum terdapat emisi dari sektor consumer cyclicals, kesehatan, teknologi, serta transportasi dan logistik dalam pipeline penerbitan EBUS tersebut.
Kemudian untuk rights issue, Nyoman memaparkan telah diselesaikan aksi korporasi jaring modal ini oleh 14 perusahaan tercatat dengan total nilai Rp28.11 Triliun. Saat inimasih terdapat satu perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI.