Dalam dunia investasi, anggapan umum yang seringkali menyesatkan adalah bahwa saham murah merupakan tiket emas menuju keuntungan besar. Namun, Warren Buffett, investor legendaris sekaligus CEO Berkshire Hathaway, justru memiliki pandangan yang radikal dan bertolak belakang. Bagi The Oracle of Omaha, harga saham yang rendah seringkali bukan pertanda peluang, melainkan sinyal bahaya yang patut diwaspadai.
Mengutip dari Investopedia, Buffett dengan tegas menyatakan bahwa harga saham yang rendah bukanlah jaminan keuntungan. Sebaliknya, saham yang terlihat “murah” acap kali mengisyaratkan adanya masalah fundamental serius dalam bisnis perusahaan tersebut. Kesalahan fatal yang sering dilakukan investor, menurutnya, adalah menganggap saham yang harganya turun secara otomatis menjadi lebih “aman” atau “menarik”. Padahal, dalam banyak kasus, penurunan harga justru mencerminkan peningkatan risiko kerugian permanen yang mungkin tidak bisa dihindari.
BI Bakal Luncurkan Program Inovasi Industri Anak Muda, Dorong Kewirausahaan Syariah
Risiko Sesungguhnya Bukan Sekadar Fluktuasi Harga
Buffett menolak pandangan konvensional di dunia keuangan yang seringkali mengukur risiko investasi hanya berdasarkan volatilitas harga. Dalam teori akademik, volatilitas atau naik turunnya harga memang sering digunakan untuk menilai seberapa berisiko sebuah saham. Namun, bagi Buffett, ukuran tersebut menyesatkan dan gagal menangkap esensi risiko yang sesungguhnya.
Ia menegaskan bahwa risiko sejati adalah kemungkinan kehilangan nilai secara permanen, bukan sekadar pergerakan naik turun harga di pasar. “Risk is not the possibility of price fluctuations — it’s the possibility of permanent loss.” Artinya, fluktuasi harga dalam jangka pendek bukanlah masalah besar selama fundamental bisnis perusahaan tetap sehat dan prospeknya cerah. Namun, jika penurunan harga terjadi akibat memburuknya kinerja perusahaan atau masalah internal yang mendalam, di situlah risiko sebenarnya mulai mengancam.
Harga Murah Belum Tentu Bernilai Tinggi
Buffett terkenal dengan prinsip investasinya yang abadi: “Price is what you pay; value is what you get.” Prinsip ini menekankan perbedaan krusial antara harga yang dibayar investor dengan nilai intrinsik yang sebenarnya diperoleh. Harga saham hanyalah angka yang diperdagangkan di pasar, sementara nilai sejati terletak pada fundamental perusahaan yang solid, mulai dari arus kas yang sehat, kekuatan kompetitif yang berkelanjutan, hingga kualitas manajemen yang unggul.
Sebuah saham bisa saja tampak “murah” dari sisi harga, tetapi jika bisnisnya tidak memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan, maka harga rendah tersebut tidak berarti apa-apa. Buffett mengingatkan, harga diskon hanya menguntungkan bila nilai bisnis perusahaan tetap kuat dan tidak tergerus. Jika tidak, saham yang terlihat murah justru bisa berubah menjadi perangkap berisiko tinggi yang dapat menguras modal investor.
Tiga Alasan Utama Saham Murah Berpotensi Berbahaya
Buffett menyoroti tiga kondisi utama yang membuat saham berharga rendah berpotensi sangat berisiko dan harus dihindari oleh para investor:
- Masalah keuangan serius
Penurunan harga saham seringkali menjadi tanda peringatan bahwa perusahaan sedang berjuang menghadapi utang yang membengkak, penurunan pendapatan yang drastis, atau bahkan ancaman kebangkrutan. Ketika fundamental melemah secara signifikan, peluang pemulihan menjadi sangat kecil, dan investor berisiko kehilangan seluruh investasinya. - Likuiditas rendah
Saham murah, terutama saham-saham “pinggiran”, umumnya kurang diminati oleh investor institusional maupun ritel yang besar. Akibatnya, sulit untuk menjual kembali saham tersebut tanpa memengaruhi harganya. Spread antara harga beli dan jual (bid-ask spread) bisa melebar secara signifikan, membuat investor kehilangan nilai lebih banyak saat mencoba keluar dari posisi tersebut. - Spiral kepercayaan negatif
Ketika harga saham terus menurun tanpa henti, kepercayaan pasar juga ikut terkikis habis. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan yang memicu lebih banyak penjualan (panic selling) dan memperparah kejatuhan harga. Saham “murah” bisa terjebak dalam spiral menurun tanpa akhir, di mana setiap penjualan memicu penjualan berikutnya.
Buffett bahkan menyebut bahwa penny stock, saham dengan harga yang sangat rendah, seringkali menjadi contoh ekstrem dari fenomena berbahaya ini. Saham seperti itu rentan terhadap spekulasi liar, manipulasi harga, dan umumnya tidak didukung oleh model bisnis yang sehat atau prospek pertumbuhan yang realistis.
Saat Harga Turun Justru Menjadi Peluang Emas
Meskipun demikian, Buffett tidak menolak sepenuhnya semua saham yang harganya sedang turun. Ia menegaskan, penurunan harga bisa menjadi peluang yang sangat berharga, asalkan bisnis perusahaan tetap kuat dan fundamentalnya solid.
Jika penurunan harga hanya disebabkan oleh kondisi pasar yang bersifat sementara, sentimen negatif sesaat, atau faktor makroekonomi yang tidak terkait langsung dengan kinerja inti perusahaan, maka harga yang jatuh bisa menjadi momen emas untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon. Ini adalah strategi yang dikenal sebagai “membeli saat diskon”. Namun, jika penurunan harga disebabkan oleh masalah struktural seperti utang besar, manajemen yang buruk, atau bisnis yang tidak efisien, maka harga rendah bukanlah kesempatan, melainkan peringatan keras bagi setiap investor yang bijak.
Tonton: Tembus Rp 9.138 Triliun, Purbaya Bakal Kurangi Penambahan Utang RI
Pelajaran Berharga dari Warren Buffett untuk Investor
Dari pandangan mendalam Buffett, investor dapat mengambil beberapa prinsip penting dalam menghadapi saham berharga rendah dan membangun strategi investasi yang tangguh:
- Fokus pada nilai intrinsik, bukan harga pasar.
Prioritaskan analisis laporan keuangan, prospek bisnis jangka panjang, dan keunggulan kompetitif perusahaan sebelum membuat keputusan pembelian. Jangan hanya terpaku pada angka harga di layar. - Jangan takut volatilitas.
Pergerakan harga jangka pendek atau fluktuasi pasar bukanlah ancaman bagi investor jangka panjang yang telah berinvestasi pada bisnis berkualitas tinggi dengan fundamental yang kokoh. - Hindari utang berlebihan dan saham spekulatif.
Risiko terbesar muncul ketika investor membeli saham murah dengan harapan cepat untung, tanpa memahami secara mendalam kondisi bisnis yang sebenarnya di balik saham tersebut. - Gunakan volatilitas sebagai peluang.
Jika perusahaan tetap sehat, memiliki arus kas yang kuat, dan manajemen yang kompeten, penurunan harga yang tidak beralasan bisa menjadi kesempatan emas untuk membeli lebih banyak saham berkualitas dengan harga yang lebih baik.