Fokus pada 3 Pilar, Simak Rencana Divestasi Wijaya Karya (WIKA) Hingga 2027

JAKARTA – PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) secara aktif menggalakkan penyehatan keuangan melalui serangkaian strategi transformasi, termasuk langkah penting divestasi aset. Upaya ini ditegaskan oleh Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, yang menyatakan bahwa perseroan berfokus pada implementasi tiga pilar utama transformasi hingga tahun 2026.

Pilar pertama dalam strategi WIKA adalah pemilihan kontrak yang lebih selektif. Perseroan memprioritaskan proyek dengan margin berkelanjutan dan termin pembayaran yang menguntungkan arus kas, khususnya proyek dengan sistem pembayaran bulanan. Langkah ini krusial untuk menjaga stabilitas arus kas dan mengurangi tekanan finansial. Selain itu, WIKA juga berupaya memperkuat efisiensi Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan meningkatkan penerapan metode lean construction. “Kami memang mulai selektif dalam memilih proyek. Untuk memperbaiki cash flow, kami harus mencari proyek-proyek yang monthly payment, sehingga cash flow tidak tertekan,” ungkap Agung dalam Public Expose WIKA, Rabu (12/11).

Selanjutnya, pilar kedua berfokus pada kelanjutan rencana divestasi atas anak usaha dan perusahaan asosiasi yang tergolong non-core bagi bisnis utama WIKA. Bersamaan dengan itu, perseroan juga akan menggenjot perbaikan kinerja anak usaha dan perusahaan asosiasi yang tersisa. Tujuan utamanya adalah untuk mempercepat pemulihan kinerja dan mendongkrak dividen bagi perseroan. Adapun pilar ketiga mencakup renegosiasi tenor pinjaman dan penurunan tingkat bunga yang disesuaikan dengan Cash Flow Available for Debt Service (CFADS) atau arus kas yang tersedia untuk layanan utang. Strategi ini juga bertujuan untuk meminimalkan potensi kerugian dengan melepas kendali WIKA pada aset-aset non-core, sehingga eksposur risiko dapat ditekan secara signifikan. “Kami fokus kepada tiga pilar transformasi utama yang akan kami implementasikan di akhir 2025 maupun di 2026,” imbuh Agung.

Terkait strategi divestasi aset, Agung menjelaskan bahwa saat ini WIKA memiliki empat ruas jalan tol. Salah satunya adalah Tol Serang-Panimban, di mana WIKA memegang kepemilikan mayoritas sekitar 85%. Ruas tol ini belum akan didivestasikan dalam waktu dekat karena proses pengerjaan konstruksinya masih terus berjalan.

Saat ini, Tol Serang-Panimban baru mengoperasikan Seksi I sepanjang 20 kilometer (km) dari Serang menuju Rangkasbitung. Seksi II ditargetkan beroperasi pada pertengahan tahun 2026, sementara Seksi III diharapkan rampung pada tahun 2027. Mengingat progres pembangunan yang sedang berjalan dan target operasional tersebut, WIKA tidak memiliki rencana untuk mendivestasikan ruas tol dengan kepemilikan mayoritas ini hingga setidaknya tahun 2027. “Belum ada rencana (divestasi tol) dalam dua tahun ke depan,” tegas Agung.

Berbeda halnya dengan tiga proyek tol lainnya yang dimiliki WIKA dengan porsi kepemilikan minoritas. Rencana pelepasan saham di ruas-ruas ini didasari oleh lalu lintas harian (LHR) yang masih di bawah target yang diharapkan. Ruas tol yang dimaksud meliputi Tol Balikpapan-Samarinda, Tol Manado-Bitung, dan satu ruas tol di Jawa Barat. Khusus untuk tol yang berlokasi di Jawa Barat, proses divestasi sedang berjalan. “Untuk yang tol di Jawa Barat ini sedang berproses (didivestasikan), tapi kami belum bisa menyampaikan kira-kira siapa yang akan membeli,” pungkasnya.