
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai menunjukkan sinyal pemulihan pada kuartal III 2025, meski secara kumulatif kinerja hingga September masih tertekan.
Rebound ini ditopang percepatan konstruksi serta pengakuan awal penjualan lahan (revenue recognition) di kawasan Subang Smartpolitan, sekaligus membuka prospek pertumbuhan SSIA ke depan seiring masuknya Grup Djarum dan Grup Barito.
Untuk diketahui SSIA membukukan laba bersih sebesar Rp 6,5 miliar pada periode sembilan bulan pertama di tahun 2025 atau turun drastis 97,2% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 228,4 miliar.
IHSG Berpotensi Melemah pada Rabu (24/12/2025), Cek Saham Rekomendasi Analis Berikut
Pun hingga September 2025 pendapatan konsolidasi SSIA sebesar Rp 3,32 triliun juga menyusut 14,2% secara tahunan dari sebelumnya Rp 3,86 triliun.
Namun penurunan ini sedikit terkompensasi oleh kinerja perusahaan di kuartal III 2025 yang mencatat kenaikan pendapatan sebesar 15,3% secara kuartalan (QoQ) mencapai Rp 1,2 triliun dari sebelumnya Rp 1,04 triliun. Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan kinerja di segmen properti, konstruksi, dan perhotelan.
Dicatat pendapatan segmen properti naik 18% QoQ menjadi Rp 206,3 miliar. Sementara konstruksi tumbuh 16,7% kuartalan menjadi Rp 948,7 miliar, dan perhotelan meningkat 17,5% kuartalan menjadi Rp 136,3 miliar.
Muhammad Wafi Head of Research KISI Sekuritas menyampaikan kinerja SSIA sejatinya bergantung terhadap momen serah terima lahan. Katanya, kenaikan kinerja SSIA pada kuartal III 2025 disebabkan oleh percepatan konstruksi dan pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan.
“Penurunan pada sembilan bulan di tahun 2025 wajar karena efek high-based tahun lalu. Rebound di kuartal III bisa jadi sinyal pertumbuhan ke depan,” ujar Wafi kepada Kontan, Selasa (23/12/2025).
James Stanley Widjaja Equity Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas mencatat pada tahun 2025 ada dua konglomerasi besar masuk ke SSIA, yakni Grup Djarum dan Grup Barito.
Surya Semesta (SSIA) Inbreng Aset Rp 1,66 Triliun, Intip Rekomendasi Sahamnya
Grup Djarum telah berperan aktif dalam bisnis SSIA, termasuk membangun infrastruktur serat optik di Subang Smartpolitan serta memberikan masukan strategis bagi manajemen. Sementara itu, Grup Barito sejauh ini masih bersikap pasif.
James bilang, SSIA punya potensi kerja sama yang lebih dalam dengan kedua konglomerasi tersebut, khususnya dalam pengembangan utilitas infrastruktur di Subang Smartpolitan.
“Kolaborasi lanjutan ini dapat membantu SSIA membuka nilai, mengingat pengalaman Grup Barito di sektor energi dan utilitas listrik serta dukungan finansial kuat dari Grup Djarum,” terang James dalam riset 28 November 2025.
Wafi mengamini, adanya kerja sama dengan dua entitas tersebut bisa jadi bukan hanya suntikan modal, tetapi juga validasi ekosistem. Sehingga, Wafi memproyeksi dampak dari kerja sama ini bisa cukup signifikan menyokong kinerja SSIA pada 2026 yang mana bisa mempercepat closing deal dengan tennant asing yang membutuhkan kepastian utilitas.
Kemudian Research Team Ina Sekuritas juga membidik prospek SSIA pada pada priode sepanjang 2026 masih akan baik, didorong oleh momentum kuat Subang Smartpolitan sebagai pusat kendaraan listrik (EV) dan ekspor yang tengah berkembang.
Pertumbuhan akan ditopang oleh penjualan lahan, peningkatan infrastruktur, serta kemitraan strategis. Penyelesaian jalan tol Patimban dan ekspansi pelabuhan akan meningkatkan konektivitas dan nilai lahan.
Pengalihan Aset Rp 1,66 Triliun, Surya Semesta (SSIA) Optimalkan Bisnis Perhotelan
“Didukung oleh kepemilikan Djarum Group, struktur biaya yang disiplin, serta basis pendapatan berulang, SSIA menargetkan pemulihan laba yang berkelanjutan,” ujar Research Team Ina Sekuritas dalam riset 11 November 2025.
Dengan begitu, Ina Sekuritas memproyeksikan laba bersih SSIA pada full year 2025 meningkat signifikan menjadi Rp 311 miliar atau naik 32,9% YoY, lalu bisa melonjak ke Rp 465 miliar pada 2026 atau tumbuh 49,5% secara tahunan.
Sedangkan dari sisi top line-nya, pendapatan SSIA diperkirakan relatif stabil di level Rp 6,25 triliun atau naik tipis 0,1% secara tahunan, sebelum kembali menguat menjadi Rp 6,87 triliun pada 2026 atau tumbuh 9,9% secara tahunan.
Dari berbagai sentimen dan katalis di atas, Ina Sekuritas memberikan rekomendasi untuk buy saham SSIA dengan target harga Rp 2.130 per saham. James juga merekomendasikan investor untuk buy saham SSIA dengan target harga Rp 2.200 per saham.
Pun juga Wafi bilang jika valuasi harga saham SSIA kini masih undervalued jika memperhitungkan potensi aset Subang. Maka dia merekomendasikan untuk buy saham SSIA dengan target harga Rp 1.750 per saham.