Valas Asia bergerak bervariasi, geopolitik dan bank sentral jadi penentu

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Pergerakan mata uang Asia (valuta asing/valas) terhadap dolar AS terpantau bergerak bervariasi. Sejumlah mata uang berhasil mencatatkan penguatan pada perdagangan terakhir, sementara lainnya masih berada di bawah tekanan dolar AS.

Melansir data Bloomberg, Kamis (25/12), Rupiah menguat 0,14% ke level Rp 16.741 per dolar AS. Penguatan juga dialami ringgit Malaysia (MYR) yang naik 0,42% ke 4,047 per dolar AS.

Yuan China onshore (CNY) menguat 0,13% ke 7,006 per dolar AS, sementara yuan offshore (CNH) naik 0,09% ke 7,001 per dolar AS. Dolar Hong Kong (HKD) turut menguat tipis 0,01% ke 7,774 per dolar AS.

Di sisi lain, sejumlah mata uang Asia melemah. Won Korea Selatan (KRW) turun 0,19% ke 1.446,7 per dolar AS, peso Filipina (PHP) melemah 0,16% ke 58,83 per dolar AS.

Penertiban Tambang Ilegal Jadi Titik Balik, Prospek TINS Cerah pada 2026

Lalu rupee India (INR) terkoreksi 0,14% ke 89,78, baht Thailand (THB) turun 0,08% ke 31,10, dan yen Jepang (JPY) melemah 0,03% ke 155,98 per dolar AS. Dolar Singapura (SGD) juga melemah 0,02% jadi 1,2837 per dolar AS.

Mengenai proyeksi valas Asia pada Jumat (26/12), Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pergerakan valas Asia hingga awal 2026 masih akan dipengaruhi kebijakan bank sentral utama dan faktor geopolitik.

Katanya, setiap mata uang memiliki fundamental berbeda, mulai dari harapan permintaan semikonduktor di Korea Selatan, tarik ulur kebijakan moneter Jepang, prospek suku bunga BI di Indonesia, hingga inflasi Singapura yang berpotensi mendorong langkah Otoritas Moneter Singapura (MAS).

Pun Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyebut normalisasi kebijakan The Fed dan arah kebijakan Bank of Japan, serta isu perdagangan global, akan menjadi faktor kunci.

Dari sisi Rupiah sendiri, Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh proyeksi ketahanan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 yang akan tetap terjaga. Hal itu ditopang segmen konsumsi rumah tangga hingga investasi.

“Pergeseran ini menandai transisi ekonomi Indonesia dari sekadar menjaga momentum pertumbuhan menuju penguatan kualitas dan keberlanjutan pertumbuhan dalam jangka menengah hingga panjang,” ujar Ibrahim, Rabu (24/12/2025).

Untuk proyeksi hingga awal 2026, Lukman memperkirakan USD/JPY bergerak di kisaran 150–160, USD/KRW 1.500–1.550, USD/SGD 1,2800–1,2950, dan USD/IDR Rp 16.300 – Rp 17.300.

Adapun Sutopo memproyeksikan USD/JPY di kisaran 150–152, USD/SGD 1,2800–1,3100, USD/KRW 1.410–1.430, serta USD/IDR di rentang Rp 16.600 – Rp 16.900.

Proyeksi IHSG Pekan Depan: Minim Katalis, Investor Diminta Selektif