Rupiah Melemah Tipis pada Rabu (26/11), Ini Faktor yang Mempengaruhi

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/11).

Mengutip data Bloomberg, rupiah pasar spot ditutup turun 0,04% ke Rp16.664 per dolar AS. Senada, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga terkoreksi 0,04% ke level Rp16.673 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.667 per dolar AS pada Selasa (25/11).

Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan pelemahan rupiah hari ini utamanya dipicu oleh tekanan eksternal. Ia menyoroti pelemahan indeks dolar AS yang terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pasar terhadap peluang penurunan suku bunga The Fed pada Desember. Dari sisi data ekonomi AS, rilis indikator yang sempat tertunda juga memberi tambahan tekanan.

Indeks Harga Produsen (IHP) Inti hanya naik 0,2% MoM, di bawah ekspektasi, sementara penjualan ritel hanya ke 0,2% MoM menunjukkan belanja konsumen turun.

Aset Kripto Masih Hadapi Tekanan, Jumlah Investor Institusi Masih Tetap Tumbuh

Menurut CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga The Fed hingga sekitar 80% untuk pertemuan Desember. Sinyal dovish sejumlah pejabat The Fed seperti Mary Daly dan Christopher Waller turut menambah tekanan pada dolar AS andil terhadap pergerakan rupiah.

“Sinyal dovish The Fed dalam beberapa hari terakhir telah mendorong para pedagang untuk meningkatkan taruhan penurunan suku bunga,” ujar Ibrahim pada Kontan, Rabu (26/11).

Ia juga menambahkan bahwa sentimen geopolitik seperti perkembangan pembicaraan damai Rusia–Ukraina masih membebani pasar, sehingga pelemahan rupiah terjadi meski pergerakannya relatif terbatas. Untuk perdagangan Kamis (27/11), Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.660–Rp16.700 per dolar AS.

Sementara itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan pelemahan tipis rupiah hari ini lebih disebabkan faktor teknikal. “Rupiah ditutup melemah tipis oleh aksi profit taking setelah penguatan beberapa sesi terakhir,” ujar Lukman. Ia mencatat bahwa indeks dolar AS justru terpantau tertekan oleh berita soal kemungkinan pergantian pimpinan The Fed pada Desember.

Untuk perdagangan Kamis (27/11), Lukman memproyeksikan minimnya rilis data domestik membuat rupiah lebih banyak dipengaruhi sentimen dari Amerika Serikat. Ia menyebut data penjualan barang tahan lama AS akan menjadi fokus pasar.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Lukman memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat terbatas dengan rentang pergerakan Rp16.600–Rp16.700 per dolar AS.

PP Presisi (PPRE) Dapat Kontrak Baru Operasi Tambang di Halmahera