
Ussindonesia.co.id , BATUSANGKAR — Pemerintah Kabupaten Tanah Datar terus memperkuat fondasi ketahanan pangan melalui program Intan Pengasih, sebuah inisiatif strategis yang menjadi tulang punggung pengendalian inflasi daerah. Program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan petani dari sisi biaya produksi, ritme tanam, hingga akses perlindungan risiko.
Bupati Kabupaten Tanah Datar Eka Putra menegaskan bahwa Intan Pengasih bukan hanya program bantuan, tetapi mekanisme untuk memastikan pasokan pangan tetap terjaga sepanjang tahun.
Dari kunjungan lapangan yang dilakukan Eka Putra di berbagai nagari, ia menemukan bahwa biaya pengolahan lahan masih menjadi hambatan utama petani. Di sinilah layanan bajak sawah gratis hadir sebagai solusi. Program ini menurunkan beban petani secara signifikan, karena biaya membajak lahan bisa mencapai 30–35% dari total biaya produksi.
“Inilah yang diambil alih oleh Pemkab Tanah Datar melalui layanan bajak gratis,” ujarnya.
Efektivitas program ini juga dirasakan langsung oleh petani. Ketua Kelompok Tani Budi Luhur, Revinandus, mengatakan bahwa layanan bajak gratis membuat petani dapat menanam secara serentak, sebuah metode yang terbukti mengurangi serangan hama tikus dan hama lain yang sebelumnya menjadi tantangan besar.
“Kami merasakan betul kalau program bajak sawah gratis ini sangat baik, petani merasa keuntungannya. Kami berharap program ini akan terus ada di Tanah Datar,” ujar Revinandus.
Selain untuk sawah, layanan bajak gratis juga mencakup lahan kering. Program ini dijalankan melalui Brigade Alsintan, yang mengelola traktor milik kelompok tani dan swasta.
Setiap unit alsintan tetap beroperasi di nagari masing-masing sehingga distribusinya efisien dan tidak mengganggu rotasi lahan. Pengadaan alsintan baru hanya dilakukan jika rasio alat dan lahan tidak seimbang.
“Program Bajak Gratis ini kami launching pada bulan Februari 2022. Namun, baru efektif dilaksanakan pada bulan Juni,” jelas Eka.
Intan Pengasih juga mencakup perlindungan usaha melalui asuransi padi dan ternak. Mekanisme ini menjadi penting ketika petani menghadapi risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem atau serangan hama.
“Kami berharap program ini tidak hanya bicara soal pengendalian inflasi atau memastikan ketersediaan pangan saja, tapi juga bisa mewujudkan kesejahteraan keluarga petani,” kata Eka.
Tak berhenti pada pengolahan lahan, program ini juga menyentuh aspek hilirisasi melalui dukungan pembiayaan, penguatan akses pasar, dan subsidi margin bagi UMKM pengolah pangan. Seluruh rangkaian program dibiayai melalui APBD dengan total alokasi lebih dari Rp11 miliar.
Dari perspektif pemerintah daerah, Intan Pengasih bukan hanya mendukung peningkatan produksi, tetapi membangun ritme tanam yang terkendali agar pasokan pangan tidak mengalami kekosongan di periode tertentu. Ritme tanam yang lebih rapi juga memberi ruang untuk intervensi manajemen risiko secara lebih efektif.
Dukungan eksternal memperkuat implementasi program. Bank Indonesia Sumatra Barat menjadi mitra strategis dalam mendorong efisiensi alat dan teknologi pertanian.
Kepala Perwakilan BI Sumbar, M. Abdul Majid Ikram, menyebut Tanah Datar sebagai salah satu contoh daerah yang mampu mengelola inflasi dari hulu.
“Daerah lain di Sumbar dapat menjadikan Tanah Datar sebagai contoh dalam pengendalian inflasi, terutama karena berhasil menyeimbangkan harga di tingkat petani dan konsumen,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, BI menyalurkan alat pertanian seperti motor roda tiga, quick cultivator, mesin pompa, alat perontok padi, dan pengolah kompos. Alat-alat tersebut mempercepat proses produksi dan menekan biaya petani, sehingga selaras dengan tujuan Intan Pengasih.
Dengan sinergi antara pemerintah daerah, kelompok tani, dan Bank Indonesia, Tanah Datar kini menjadi model pengendalian inflasi berbasis ketahanan pangan yang komprehensif. Program Intan Pengasih membuktikan bahwa penguatan sektor pangan tidak hanya menahan gejolak harga, tetapi juga menjadi jalan bagi petani menuju kesejahteraan.