Kemlu pantau peningkatan ketegangan kelompok didukung UEA vs Arab Saudi di Yaman

Kementerian Luar Negeri atau Kemlu Indonesia mengatakan pemerintah mengikuti dengan seksama perkembangan situasi di Republik Yaman menyusul eskalasi ketegangan antara kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab atau UEA dengan yang didukung Arab Saudi.

Dewan Transisi Selatan atau Southern Transitional Council (STC) Yaman yang didukung UEA, dilaporkan melancarkan serangan untuk menguasai Hadhramaut, setelah bentrok dengan faksi-faksi yang bersekutu dengan pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi. STC juga menguasai provinsi al-Mahra di tenggara, yang berbatasan dengan Oman.

Pada Sabtu (27/12), STC mengatakan ada serangan udara yang menyasar pasukan elit mereka di provinsi Hadhramaut, Yaman tengah, pada Jumat (26/12), yang berbatasan dengan Arab Saudi. Mereka menduga Arab Saudi berada di balik serangan ini, serta memberikan peringatan tentang potensi peningkatan ketegangan.

Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman tidak berkomentar mengenai tuduhan itu. Namun ia mengatakan pada Sabtu (27/12), bahwa sudah saatnya pasukan STC untuk mundur dari Hadhramaut dan al-Mahra.

Kemlu mengatakan Pemerintah Indonesia mengikuti dengan seksama perkembangan situasi di Republik Yaman. Kemlu juga prihatin terhadap meningkatnya ketegangan yang berpotensi memperburuk kondisi keamanan dan menambah penderitaan rakyat Yaman.

“Indonesia menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri, menghentikan eskalasi, serta menghindari tindakan sepihak yang dapat mengganggu stabilitas,” kata Kemlu melalui akun resmi di X, @Kemlu_RI, Sabtu (27/12).

“Dalam kaitan ini, Indonesia mencatat dan mengapresiasi upaya Kerajaan Arab Saudi serta negara-negara terkait, bersama para pemangku kepentingan di Yaman untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas,” Kemlu menambahkan.

Indonesia menegaskan pentingnya penyelesaian damai melalui dialog politik yang inklusif dan komprehensif, di bawah koordinasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, serta selaras dengan prinsip penghormatan terhadap kedaulatan, persatuan, dan integritas teritorial Yaman.

Meningkatnya Ketegangan Antara Kelompok yang Didukung UEA vs Arab Saudi di Yaman

STC melancarkan serangan ke kelompok yang didukung Arab Saudi di Hadhramaut dan al-Mahra, tiga minggu setelah Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menyampaikan kekhawatiran tentang perang saudara di Sudan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama kunjungan ke Gedung Putih.

Hadhramaut yang diambil alih oleh STC, merupakan wilayah terbesar dan terkaya di Yaman, serta memiliki hubungan erat dengan Arab Saudi.

Dikutip dari Financial Times, beberapa analis menduga serangan STC dan pernyataan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman berkaitan.

UEA disebut kesal karena Pangeran Mohammed telah mengangkat peran Pasukan Pendukung Cepat atau Rapid Support Forces (RSF) paramiliter dalam konflik Sudan.

Peran UEA di Sudan semakin menjadi sorotan, karena diduga telah memasok senjata kepada RSF, yang menghadapi tuduhan genosida. Namun Abu Dhabi membantah mempersenjatai RSF.

Arab Saudi dianggap sebagai pendukung Angkatan Bersenjata Sudan, saingan utama RSF.

Pendiri Basha Report, sebuah kelompok penasihat risiko yang berbasis di AS, Mohammed Albasha mengatakan Arab Saudi menganggap Sudan sangat penting bagi keamanan nasional, karena memiliki perbatasan panjang dengan Laut Merah.

Sementara itu, UEA memandang hal itu sebagai strategis bagi kepentingannya dan khawatir Angkatan Bersenjata Sudan telah disusupi oleh kelompok Islamis.

Oleh karena itu, upaya STC menguasai Hadhramaut disebut sebagai ancaman langsung terhadap kepentingan keamanan nasional kerajaan Arab Saudi, serta peran Riyadh di Yaman, di mana mereka mendukung pemerintah yang diakui secara internasional.

“Perkembangan di Yaman timur menunjukkan adanya persaingan Riyadh-Abu Dhabi yang tenang namun berdampak besar, yang efek limpahannya berisiko meningkatkan kekerasan proksi di seluruh Yaman, Sudan, dan wilayah lainnya,” kata Mohammed Albasha dikutip dari Financial Times, Sabtu (27/12).

Sejarah Kelompok yang Didukung UEA vs Arab Saudi di Yaman

Di Yaman, Arab Saudi memimpin koalisi Arab yang turun tangan dalam perang saudara di negara itu pada 2015, untuk melawan Houthi yang didukung Iran setelah pemberontak merebut Sana’a, ibu kota, dan menggulingkan pemerintah.

UEA adalah mitra utama dalam koalisi itu. Akan tetapi, UEA dan Arab Saudi mendukung faksi anti-Houthi yang berbeda dan terkadang saling bertikai.

Abu Dhabi mulai menarik pasukan dari Yaman pada 2019, seiring dengan perubahan kebijakan. Pada tahun itu, pemerintah Yaman menuduh Abu Dhabi membom pasukannya.

UEA terus mendukung STC, yang merupakan kelompok selatan paling berpengaruh. STC secara resmi merupakan bagian dari pemerintah Yaman, tetapi mereka menginginkan Yaman selatan menjadi negara merdeka, seperti sebelum penyatuan Yaman pada 1990.

Arab Saudi pada Kamis (25/12) mengutuk kemajuan militer STC. Serangan STC dinilai dilakukan secara sepihak tanpa persetujuan pemerintah Yaman atau dalam koordinasi dengan koalisi pimpinan Saudi.

“Dengan demikian, pergerakan-pergerakan ini mengakibatkan eskalasi yang tidak beralasan yang merugikan kepentingan rakyat Yaman,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi pada Kamis (25/12).

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan telah bekerja sama dengan UEA dan Pemerintah Yaman untuk mengendalikan situasi. “Kami berharap kepentingan publik akan menang dengan mengakhiri eskalasi oleh STC dan penarikan pasukan dari Hadramaut dan al-Mahra,” kata instansi.

Menteri Pertahanan Saudi Pangeran Khalid bin Salman mengunggah surat terbuka di X kepada yang ia sebut ‘rakyat kami di Yaman’. Ia mengatakan bahwa kerajaan selalu menganggap perjuangan Yaman selatan sebagai perjuangan politik yang adil yang tidak dapat diabaikan.

Ia mendesak STC untuk bertindak secara rasional. “Sudah saatnya bagi STC dalam periode sensitif ini untuk memprioritaskan suara akal sehat, kebijaksanaan, kepentingan publik, dan persatuan dengan menanggapi upaya mediasi Saudi-Emirat untuk mengakhiri eskalasi, menarik pasukan mereka dari kamp-kamp di dua provinsi itu, dan menyerahkannya secara damai kepada pasukan Perisai Nasional dan otoritas setempat,” katanya.

UEA menyatakan bahwa posisi Abu Dhabi sejalan dengan Arab Saudi dalam mendukung proses politik untuk mengakhiri perang.

STC menanggapi soal serangan. Kelompok ini mengatakan serangan dilakukan setelah faksi-faksi lokal menghentikan produksi minyak mentah di Hadhramaut, sumber utama pendapatan minyak bagi pemerintah selatan.

“Serangan itu juga bertujuan memerangi ekstremis Islam dan mencegah penyelundupan senjata ke Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara yang padat penduduk,” kata STC.