Menakar Peluang January Effect Angkat IHSG Awal 2026

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Kendati telah mengalami kenaikan yang signifikan sepanjang 2025, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal kembali menguat seiring dengan momentum January Effect pada awal 2026.

Kalangan analis menilai, secara historis, reli indeks  akhir tahun kerap kali berlanjut hingga awal tahun. Hal itu tampak dari kinerja IHSG pada Januari 2025 lalu yang masih bertenaga untuk menguat 2,57% hingga pertengahan bulan.

Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Chory Agung Ramdhani, menilai sejumlah katalis seperti realokasi investasi dari investor institusi hingga optimisme pasar terhadap laporan keuangan tahunan, bakal memperbesar peluang menguatnya indeks pada awal tahun.

“Meskipun pasar sudah ‘berlari’ kencang di 2025, January Effect diperkirakan tetap relevan. Katalis utamanya adalah penurunan suku bunga The Fed yang diprediksi berlanjut ke bawah 4% di 2026 dan stabilitas inflasi domestik menjadi ‘bahan bakar’ tambahan,” katanya kepada Bisnis, Senin (29/12/2025).

Adapun sepanjang tahun berjalan 2025 (year-to-date/YtD), IHSG telah mengalami kenaikan hingga lebih dari 20%. Setelah sempat tertekan pada pertengahan tahun, indeks bahkan tercatat sempat menyentuh sebanyak 23 level tertinggi baru sepanjang tahun ini.

Meskipun begitu, potensi menguatnya pasar lewat momentum January Effect bukan tanpa risiko. Dari global, risiko resesi AS dan potensi kebijakan tarif perdagangan yang kian agresif, bakal membatasi penguatan indeks pada awal tahun.

“Dari domestik, likuiditas perbankan yang masih ketat dan transisi acuan suku bunga pasar uang dari JIBOR ke IndONIA per 1 Januari 2026 yang mungkin menimbulkan penyesuaian teknis di pasar keuangan,” katanya.

Senada, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menilai peluang terjadinya January Effect pada tahun mendatang cukup besar, terutama jika kondisi makroekonomi dan sentimen pasar turut mendukung hal tersebut.

Menurut Nafan, pada awal 2026 pertumbuhan ekonomi akan cenderung meningkat dan penurunan tingkat suku bunga secara bertahap akan terjadi. Hal itu yang membuat potensi terjadinya January Effect kian besar.

: : Membidik Saham Prospektif Momentum Santa Claus Rally: dari BMRI, ASII, hingga ANTM

“Secara teori bisa, terutama jika kondisi ekonomi dan sentimen mendukung, meski kejadian January Effect tidak bisa dijamin. Dengan demikian, khususnya untuk January Effect 2026, lebih bijak untuk melihatnya sebagai peluang potensial, bukan strategi andalan,” kata Nafan saat dihubungi, Senin (29/12/2025).

Secara khusus, dia menilai peluang terjadinya January Effect pada 2026 besar terjadi lantaran berbagai faktor musiman seperti Imlek, Idul Fitri, atau perayaan tahun baru yang biasanya mendorong konsumsi rumah tangga.

Nafan merekomendasikan saham-saham berkapitalisasi kecil–sedang yang masih dalam posisi undervalued lantaran saham dengan spesifikasi tersebut dinilai rawan mengalami kenaikan saat rebalancing awal tahun terjadi.

“Performa positif pada IHSG diperkirakan berlanjut khususnya pada Desember 2025 hingga Januari 2026 berdasarkan rata-rata 25 tahun terakhir, sehingga peluang January Effect pada 2026 terbuka lebar,” katanya.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.