Menguat 35% sepanjang 2025, intip prospek saham Astra (ASII) di tahun Kuda Api 2026

Ussindonesia.co.id JAKARTA — Saham PT Astra International Tbk. (ASII) kinclong pada 2025 di tengah kinerja lesu industry otomotif. Bagaimana kemudian nasib saham ASII pada tahun depan atau dalam kalender China dikenal dengan tahun Kuda Api 2026?

Kinerja saham Astra menunjukkan penguatan signifikan sepanjang 2025, meskipun industri otomotif nasional masih menghadapi tekanan. Berdasarkan data Bloomberg, harga saham ASII menguat 35,2% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sejak awal perdagangan 2025 hingga mencapai level Rp6.625 per lembar pada perdagangan Senin (15/12/2025) pukul 14.00 WIB.

Penguatan saham tersebut terjadi di tengah tantangan yang dihadapi perseroan, terutama pelemahan penjualan kendaraan bermotor. Data Astra menunjukkan penjualan mobil Astra pada periode Januari–November 2025 tercatat sebanyak 368.426 unit, turun 16,41% secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 440.806 unit.

: Bank Mandiri (BMRI) Lelang Ulang Jaminan Sevel Indonesia Milik MDRN

Head of Corporate Communications Astra Windy Riswantyo menjelaskan pasar otomotif nasional masih mengalami tekanan akibat melemahnya daya beli masyarakat serta meningkatnya intensitas persaingan. Meski demikian, Astra tetap berupaya menjaga kinerja melalui peluncuran unit kendaraan baru dan beragam penawaran dalam pameran otomotif.

“Kami berharap kondisi pasar dapat berangsur membaik pada tahun depan,” ujar Windy dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

: : IHSG Sesi I Hari Ini (15/12) ke Zona Hijau: Asing Borong BKSL-CDIA, Jual BUMI-GOTO

Pelemahan penjualan juga terjadi secara nasional. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil secara wholesales sepanjang Januari–November 2025 turun 9,6 persen year on year menjadi 710.084 unit, dari sebelumnya 785.917 unit pada periode yang sama 2024. Penjualan ritel pun melemah 8,4 persen menjadi 739.977 unit, dibandingkan 807.586 unit pada 11 bulan pertama 2024.

Astra International Tbk. – TradingView

Dari sisi kinerja keuangan, Astra membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp24,47 triliun. Angka tersebut turun 5,34 persen year on year dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp25,85 triliun.

: : Kepemilikan Asing di Obligasi Indonesia Anjlok ke Titik Terendah Dua Dekade

Analis Phillip Sekuritas Helen menilai, meskipun laba ASII mengalami tekanan, saham perseroan masih memiliki prospek positif. Faktor pendorongnya antara lain kekuatan merek, ekspansi berkelanjutan, serta portofolio bisnis yang terdiversifikasi.

Target Saham ASII

 

“Kami merekomendasikan peringkat buy untuk ASII dengan harga target Rp7.100, yang menyiratkan potensi kenaikan sebesar 10,5 persen,” ujar Helen dalam riset terbarunya. Meski demikian, ia menyoroti sejumlah risiko, seperti volatilitas harga komoditas, permintaan yang lebih lemah, serta persaingan yang semakin ketat.

Senada, analis Maybank Sekuritas Paulina Margareta juga merekomendasikan buy untuk saham ASII dengan target harga Rp6.700 per lembar. Menurutnya, proyeksi tersebut mencerminkan arah penyebaran modal yang lebih jelas serta dukungan manajemen untuk memaksimalkan total shareholder return (TSR).

Paulina menambahkan, ASII memperoleh dukungan dari sejumlah lini bisnis. Di sektor otomotif, Toyota dinilai semakin agresif meluncurkan model baru, khususnya kendaraan listrik berbasis baterai. Selain itu, pemulihan harga batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan berdampak positif terhadap permintaan alat berat dan kinerja divisi perkebunan.

“Penurunan suku bunga yang menyebabkan suku bunga pembiayaan otomotif lebih rendah, dan akan mendorong permintaan,” tulis Paulina dalam risetnya.

Diversifikasi ke sektor infrastruktur dan properti juga dinilai mampu mengimbangi potensi penurunan kontribusi pendapatan dari bisnis alat berat dan perkebunan. Namun, sejumlah tantangan masih membayangi, antara lain permintaan otomotif yang lebih lemah dari perkiraan, potensi penurunan tajam harga komoditas, serta peningkatan risiko kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL).

Adapun berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis menunjukkan sebanyak 25 sekuritas merekomendasikan beli untuk saham ASII, sementara sembilan sekuritas memberikan rekomendasi hold. Target harga konsensus saham ASII berada di level Rp6.916 per lembar untuk 12 bulan ke depan.