
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Indeks saham sektor teknologi IDXTECHNO yang dihuni PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) hingga PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) berkinerja moncer pada 2025. Bagaimana kemudian prospeknya pada 2026?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IDXTECHNO melesat 159,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 ke level 10.365,98 pada perdagangan kemarin, Kamis (4/12/2025). IDXTECHNO pun menjadi indeks sektoral paling kinclong tahun ini.
Terbangnya IDXTECHNO sejalan dengan catatan moncer sejumlah konstituennya, bahkan multibagger atau tumbuh dengan return berkali-kali lipat. Saham WIFI misalnya melonjak 831,71% ytd. Lalu, saham DCII melesat 503,33% ytd.
: Peluang Saham Konglomerat DSSA, DCII Cs Multibagger pada 2026
Selain itu, saham PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) naik 291,35% ytd dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) naik 170,33% ytd.
Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan mengatakan pada 2026 bisa saja terjadi rotasi, dengan penguatan mengarah ke saham sektor lainnya. Akan tetapi, IDXTECHNO masih mempunyai tenaga untuk tetap bertumbuh didorong oleh sejumlah sentimen.
: : Gandeng KAI, Surge (WIFI) Ekspansi Fiber Optik di Sumatra
“Kalau teknologi, key yang harus dilihat pada 2026 adalah isu merger GOTO [PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk.] dan Grab,” katanya.
Menurutnya, saham GOTO mempunyai bobot yang kuat di IDXTECHNO. Alhasil, kabar adanya aksi korporasi di GOTO akan memengaruhi kinerja indeks saham teknologi itu.
: : IHSG Diproyeksi Naik Lagi, Cermati Saham Konglomerat ADRO, PANI, WIFI
“Apabila isu merger berlanjut, bakal menjadi gambaran lanskap investasi teknologi ke depan,” ujarnya.
Isu merger sejatinya bukan baru sekali beredar. Pada 2024, misalnya, GOTO sempat dikabarkan tengah mengkaji kemungkinan merger dengan Grab.
Lalu pada November 2025, dinamika mengenai isu merger ini kembali menguat setelah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa Peraturan Presiden (Perpres) tentang ojek online tengah memasuki tahap penyempurnaan akhir.
Akan tetapi, menurut Farras yang perlu diperhatikan dalam lintasan saham teknologi adalah profitabilitas dan sustainability.
Sebelumnya, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah Budiman mengatakan, saham teknologi memang mengalami penguatan cukup besar dengan DCII yang masih menjadi kontributor terbesar.
“Secara cerita memang kenaikan tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di negara lain seperti China juga mengalami hal yang sama,” kata Fath.
Dia mengatakan rotasi dari kenaikan yang sudah signifikan di saham-saham teknologi AS pindah ke negara-negara berkembang. Hanya saja, pilihan saham teknologi yang memiliki kapitalisasi yang besar dan likuid masih terbatas di Indonesia.
Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan sejumlah saham teknologi mengalami kenaikan sejak awal tahun ini. Namun untuk prospek jangka panjang, lanjut Nico, investor perlu memperhatikan fundamental perusahaan dan menghitung potensi valuasi di masa yang akan datang.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.