
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Di pekan pertama Desember 2025 Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi primadona pasar. Sepanjang pekan pertama Desember 2025, investor institusi asing aktif mengoleksi saham BUMN tersebut.
Aksi pembelian tersebut mengerek harga saham TLKM naik 4,82% ke level Rp 3.700 per saham selama sepekan. Namun di sesi pertama perdagangan Rabu (10/12) harga TLKM berada di Rp 3.620, meningkat 1,4% dibanding sehari sebelumnya.
Analis CGS International Bob Setiadi menjelaskan, rencana TLKM memoles portofolio infrastruktur infrastruktur menjadi kunci kenaikan valuasi. TLKM berencana melakukan spin-off aset serat optik (FiberCo) ke anak usahanya, Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) dan mengundang mitra strategis untuk mengakuisisi 20%-30% saham FiberCo.
“Pemisahan aset fiber ini berpotensi mengerek valuasi keseluruhan TLKM sebesar 6%-14%,” tulis Bob dalam risetnya, pekan ini.
Rencana ini diharapkan meningkatkan kinerja TLKM. Mengingat per September 2025, lebih dari 95% pendapatan FiberCo masih berganting pada Telkomsel. Anak usaha ini memang menjadi andalan TLKM. Di kuartal III 2025, pemakaian rata-rata pelanggan (ARPU) Telkomsel tumbuh 5,2% quarter on quarter (qoq) dari Rp 41.300 menjadi Rp 43.400.
Jumlah pelanggan IndiHome tumbuh 7,5%, dari 10,73 juta pelanggan pada September 2024 menjadi 11,54 juta pada periode yang sama tahun 2025.
Cucu Usaha Telkom Resmikan Pembangunan Data Center Berkapasitas 54 MW di Batam
Bisnis digital Telkomsel juga tumbuh dari Rp 18,17 triliun pada kuartal II 2025 menjadi Rp 19,6 triliun pada kuartal III 2025, atau meningkat 7,9%. Pertumbuhan ini mendorong laba bersih Telkomsel naik 11,5% qoq menjadi Rp 4,71 triliun. Return on equity (ROE) mencapai 83,7%.
Agung Harsoyo, dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB menilai, peningkatan kinerja Telkomsel tak lepas dari pemanfaatan peluang transformasi digital di Indonesia.
Selain itu, peningkatan kinerja keuangan Telkomsel menunjukkan keberhasilan anak usaha Telkom dalam menjalankan bisnis fixed mobile convergence (FMC) serta memperkuat portofolio layanan digital melalui berbagai penawaran bundel layanan OTT di beragam segmen pelanggan.
Menurutnya, langkah Telkomsel menghadirkan berbagai layanan digital tersebut termasuk Telkomsel One, dinilai efektif dalam memaksimalkan pemanfaatan jaringan miliknya.
“Inisiatif ini turut mendorong pertumbuhan bisnis digital Telkomsel secara lebih menyeluruh. Tanpa pengembangan jaringan 4G dan 5G secara masif serta penguatan ekosistem layanan digital, Telkomsel tidak akan memiliki performa sebaik ini pada September 2025,” kata Agung, dalam penjelasannya, Selasa (9/12).
Saat ini, Telkomsel memiliki 288.295 base transceiver station (BTS), terdiri dari 235.627 BTS 4G dan 4.009 BTS 5G. Pembangunan masif BTS 4G dan 5G menyebabkan payload data Telkomsel tumbuh 17,2% yoy menjadi 17,5 juta TB.
“Jika target pembangunan 5.000 BTS 5G di 80 kota/kabupaten pada akhir 2025 tercapai, saya optimistis kinerja keuangan Telkomsel, khususnya di bisnis digital, akan semakin baik. Terlebih lagi, bisnis yang berkaitan kecerdasan buatan,” ungkap Agung.