Pemangkasan Suku Bunga Dorong Optimisme The Fed Hadapi 2026

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Presiden The Fed New York John Williams menilai kebijakan moneter Amerika Serikat kini berada di posisi yang tepat untuk menghadapi 2026, menyusul pemangkasan suku bunga terbaru di tengah risiko pasar tenaga kerja yang meningkat.

Dalam pernyataan tertulis pada acara di Jersey City, Williams menyampaikan bahwa kebijakan moneter saat ini difokuskan untuk menyeimbangkan berbagai risiko, sehingga Federal Open Market Committee (FOMC) menggeser sikap kebijakan yang sebelumnya sedikit restriktif ke arah netral. 

“Dengan langkah ini, kebijakan moneter berada pada posisi yang baik saat memasuki 2026,” jelas Williams, dikutip dari Bloomberg pada Selasa (16/12/2025).

: Dua Calon Ketua The Fed Pilihan Trump: Kevin Hassett dan Kevin Warsh

Perbedaan pandangan di kalangan pembuat kebijakan semakin terlihat sejak para pejabat The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pekan lalu. 

Pemangkasan ketiga sepanjang tahun ini membawa suku bunga acuan The Fed ke kisaran target 3,5%—3,75%.

: : Harga Emas Naik Lagi, Terdorong Ketidakpastian Arah Kebijakan The Fed

Keputusan tersebut diambil di tengah tiga suara penolakan (dissent), termasuk dua dari presiden bank sentral regional yang memilih menahan suku bunga, serta satu dari Gubernur The Fed Stephen Miran yang justru menginginkan pemangkasan lebih besar sebesar 50 basis poin.

Williams memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan meningkat menjadi sekitar 2,25% pada tahun depan, dari estimasi 1,5% pada 2025, ditopang oleh kebijakan fiskal, kondisi keuangan yang kondusif, serta investasi di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). 

Dia juga memproyeksikan inflasi turun ke sedikit di bawah 2,5% pada 2026, sebelum mencapai target The Fed sebesar 2% pada 2027.

Menjawab pertanyaan usai pidatonya, Williams menegaskan kebijakan moneter kini telah dikalibrasi untuk menghadapi dua risiko utama terhadap mandat bank sentral, yakni inflasi yang terlalu tinggi atau pasar tenaga kerja yang melemah.

Menurut Williams, Pada tahun ini Fed telah menyesuaikan suku bunga ke level yang diyakini mampu menjaga keseimbangan antara dua risiko yang saling bersaing tersebut. Keputusan tersebut, lanjutnya, juga diambil berdasarkan data dan prospek. 

“Kami tidak bisa memastikan apa yang akan terjadi dengan kebijakan perdagangan, inflasi, atau ekonomi tahun depan, tetapi kami berada pada posisi yang baik untuk menghadapinya,” ujar Williams.

Pernyataan Williams disampaikan sehari sebelum rilis data ketenagakerjaan utama, dengan Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) dijadwalkan merilis data untuk dua bulan terakhir. Publikasi data tersebut sebelumnya tertunda akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) yang berlangsung sepanjang Oktober dan sebagian besar November 2025.

Williams mengatakan kepada wartawan bahwa laporan tersebut diperkirakan secara umum konsisten dengan tren sebelumnya, yakni pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat dan indikasi pasar tenaga kerja yang secara bertahap mulai mendingin.

Dia menambahkan masih terlalu dini untuk membahas opsi kebijakan pada pertemuan The Fed berikutnya pada Januari, meskipun dia mengaku sangat mendukung pemangkasan suku bunga yang dilakukan pekan lalu.

Pada kesempatan terpisah, Presiden Federal Reserve Bank of Boston Susan Collins mengatakan keputusannya mendukung pemangkasan suku bunga pada Desember merupakan keputusan yang cukup sulit.

“Meski analisis saya pada November cenderung mendukung penahanan suku bunga, menjelang pertemuan Desember, informasi yang tersedia menunjukkan keseimbangan risiko telah sedikit bergeser,” ujar Collins dalam unggahan di LinkedIn pada Senin (15/12/2025).

Sementara itu, Gubernur The Fed Stephen Miran kembali menegaskan pandangannya bahwa kebijakan moneter saat ini masih terlalu ketat. Dalam wawancara dengan CNBC, dia juga mengungkapkan kemungkinan akan tetap bertugas di bank sentral setelah masa jabatannya berakhir, hingga pengganti resminya dikonfirmasi.

Masa jabatan Miran akan berakhir pada 31 Januari, namun dia berhak tetap menjabat hingga penggantinya disetujui oleh Senat AS.

Presiden AS Donald Trump diperkirakan akan menunjuk pengganti Miran di Dewan Gubernur, yang juga akan menjadi bagian dari proses penunjukan ketua The Fed berikutnya untuk menggantikan Jerome Powell, yang masa jabatannya sebagai ketua berakhir pada Mei.