Peluang rebound saham perbankan saat BI longgarkan moneter 2026

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Sinarmas Sekuritas memprediksi rotasi investor menuju saham-saham perbankan Tanah Air niscaya terjadi pada awal 2026. Sikap pelonggaran moneter Bank Indonesia dinilai menjadi salah satu pemicunya.

Economist and Strategist Sinarmas Sekuritas Isfhan Helmy memprediksi dengan suku bunga Bank Indonesia yang telah turun signifikan pada tahun ini, hal itu mampu menurunkan cost of fund emiten perbankan.

Di saat yang bersamaan, penurunan suku bunga acuan sebesar 125 bps tidak diikuti dengan menurunnya suku bunga kredit secara signifikan. BI mencatat penurunan suku bunga kredit hanya sebesar 24 bps sejak awal tahun hingga November 2025.

: Waspada Efek Samping Pemangkasan Suku Bunga BI terhadap Pasar Saham dan IHSG

Aksi rotasi investasi dinilai bakal terjadi dari saham-saham yang erat dengan komoditas batu bara ke saham perbankan. Hal itu terjadi lantaran net interest margin (NIM) perbankan kian membesar pada kuartal pertama tahun mendatang.

Namun, rotasi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar NIM yang dibukukan oleh perbankan pada kuartal awal 2026.

“Jadi kami rasa mungkin itu akan memicu rotasi balik ke sektor finansial dan kami lihat memang saham-sahamnya sudah cukup murah dari sisi perbankan finansial,” katanya, Kamis (18/12/2025).

Hanya saja, Isfhan menilai bahwa tidak semua saham komoditas akan ditinggalkan oleh investor pada tahun mendatang. Beberapa saham yang berkaitan dengan logam mulia hingga mineral dinilai akan tetap mencatatkan kenaikan sejalan dengan naiknya harga emas.

Meskipun begitu, peluang penguatan lanjutan saham perbankan akibat pemangkasan suku bunga sepanjang 2025, dinilai baru akan terjadi secara maksimal pada paruh kedua 2026.

“Jadi kami lihat mungkin dampak secara menyeluruh mungkin baru akan terasa di paruh kedua tahun depan,” katanya.

Di tengah kondisi ini, sejumlah saham perbankan yang dinilai telah memiliki valuasi yang murah antara lain BBRI, BBCA, hingga BBNI.

Senada, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia turut menyoroti peluang menguatnya saham-saham perbankan besar pada tahun mendatang. Menurutnya, lesunya kinerja saham perbankan belakangan lantaran upaya menyalurkan kredit yang kian sulit.

Di satu sisi, emiten perbankan besar mendapatkan kucuran likuiditas yang tinggi oleh pemerintah. Namun, lesunya permintaan kredit justru membebani perbankan karena kesulitan menyalurkan uangnya.

“Walaupun likuiditas sudah banyak dikucurkan, tapi apakah akan terserap? Apakah akan menekan NII dan malah memperbesar NPL?” kata Liza saat ditemui di Jakarta, Kamis (18/12/2025).

Dengan posisi yang tertekan, saham perbankan dinilai tidak mampu memberikan daya tarik terhadap investor asing. Liza menilai saham-saham blue chip ini masih layak dibeli untuk trading.

Dengan begitu, Liza menyebut bahwa IHSG pada 2026 akan cenderung digerakkan oleh emiten-emiten yang mampu menampilkan rencana kerja yang jelas atau emiten yang mendapatkan investor anyar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.