
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih menunjukkan pergerakan yang terbatas meski menawarkan imbal hasil dividen yang relatif stabil.
Hingga penutupan perdagangan Senin (22/12/2025), harga saham BBCA berada di level Rp8.175 per saham, naik 1,55% secara harian, tetapi secara tahun berjalan (year to date/YtD) masih terkoreksi 17,42%. Data pergerakan juga mencatat bahwa dalam lima hari perdagangan terakhir, saham BBCA tercatat turun 2,39%.
Data perdagangan menunjukkan penguatan harian BBCA belum cukup untuk membalikkan tren pelemahan sepanjang 2025. Saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia itu masih bergerak di kisaran bawah rentang tahunannya, dengan 52-week range di Rp7.225 sampai dengan Rp9.925 per saham.
Dari sisi imbal hasil, BBCA tercatat memiliki dividend yield sekitar 3,73% dengan nilai dividen kuartalan sebesar Rp76,23 per saham. Namun, tingkat dividen tersebut dinilai belum cukup menarik untuk mendorong minat investor terhadap kenaikan harga saham, terutama di tengah ekspektasi pasar terhadap return yang lebih agresif.
Di sisi fundamental, kinerja keuangan BCA relatif solid. Pada kuartal III 2025, pendapatan perseroan mencapai Rp27,65 triliun atau tumbuh 2,78% secara tahunan (year on year/yoy). Meski demikian, pertumbuhan yang moderat tersebut belum menjadi katalis kuat bagi pergerakan harga saham.
Dengan rasio harga terhadap laba (price to earnings ratio/PER) di level 17,63 kali, valuasi BBCA masih mencerminkan posisi sebagai saham defensif dengan kualitas aset yang kuat.
: : Saham ANTM, INCO, hingga ADMR Pacu Indeks Bisnis-27 Ditutup Menguat
Adapun, BCA beserta entitas anak mencatat raihan laba bersih pada kuartal III/2025 senilai Rp43,4 triliun. Nilai itu tumbuh 5,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp41,1 triliun.
Presiden Direktur BCA Hendra Lembong mengatakan pada periode yang sama perseroan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,6% year-on-year (YoY) menjadi Rp944 triliun.
: : Dana Asing Mengalir Deras, Saham BBCA, BUMI, hingga BRPT Justru Banyak Dilego
“Kinerja ini ditopang oleh ekspansi kredit yang berkualitas dan terjaganya likuiditas perseroan,” ujarnya dalam paparan kinerja pada Senin (20/10/2025).
Dari sisi himpunan dana pihak ketiga (DPK) per akhir September 2025, terdapat pertumbuhan sebesar 7% secara tahunan yang ditopang utamanya oleh pendanaan murah atau current account saving account (CASA).
Terkait penyaluran kredit, sektor korporasi menjadi yang tertinggi dibanding segmen lain, tumbuh 10,4% YoY mencapai Rp436,9 triliun per September 2025.
Kredit komersial naik 5,7% YoY menjadi Rp142,9 triliun, dan kredit UKM tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp129,3 triliun. Pertumbuhan kredit konsumer menyentuh 3,3% YoY menjadi Rp223,6 triliun, didorong kenaikan KPR sebesar 6,4% YoY menjadi Rp138,8 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.