
Ussindonesia.co.id JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang berlangsung selama tujuh hari berturut-turut akhirnya terhenti pada perdagangan Rabu (24/12/2025), sehari menjelang libur Natal.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot dibuka menguat tipis 0,08% ke level Rp 16.773 per dolar AS, dibandingkan posisi penutupan Selasa (23/12/2025) di Rp 16.787 per dolar AS.
Harga Emas Antam Melonjak Rp 29.000 ke Rp 2.590.000 Per Gram Hari Ini (24/12)
Penguatan rupiah terjadi seiring tekanan pada dolar AS yang bergerak melemah dan berada di jalur menuju kinerja tahunan terburuknya dalam lebih dari dua dekade.
Pelemahan dolar dipicu oleh keyakinan investor bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), masih memiliki ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut pada tahun depan.
Pada perdagangan Asia, Rabu (24/12), dolar AS masih berada di bawah tekanan. Bahkan, data pertumbuhan ekonomi AS yang solid belum mampu mengubah ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter.
Investor kini memperkirakan The Fed akan melakukan sekitar dua kali pemangkasan suku bunga pada 2026.
Bursa Asia Bergerak Variatif Rabu (24/12) Pagi, Saat Perdagangan Tipis Jelang Natal
“Kami memperkirakan FOMC akan mengambil kompromi berupa dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin ke kisaran 3%–3,25%, dengan risiko yang condong ke arah penurunan,” ujar Kepala Ekonom AS Goldman Sachs, David Mericle, seraya menyoroti tren perlambatan inflasi.
Terhadap sekeranjang mata uang utama, indeks dolar sempat turun ke level terendah dalam dua setengah bulan di posisi 97,767.
Sepanjang tahun ini, dolar tercatat melemah sekitar 9,9%, yang berpotensi menjadi penurunan tahunan terdalam sejak 2003.
Tekanan terhadap dolar juga dipengaruhi dinamika kebijakan Presiden AS Donald Trump, termasuk penerapan tarif yang agresif serta meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap independensi The Fed akibat pengaruh politik yang menguat.
Merger Belum Berhasil Bangkitkan Harga Saham MORA, Apakah Masih Layak Investasi?
“Premi risiko dolar AS melebar pada Desember, yang menunjukkan bahwa pelemahan dolar tidak hanya mencerminkan prospek kebijakan moneter, tetapi juga meningkatnya kekhawatiran terhadap independensi The Fed,” tulis analis HSBC dalam laporan prospek mata uang dilansir dari Reuters.