Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Sejumlah saham berpeluang menguat seiring terbukanya potensi Santa Claus Rally menjelang akhir 2025, didorong kombinasi sentimen global dan stimulus domestik.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, menilai bahwa peluang terjadinya Santa Claus Rally pada akhir 2025 cukup besar. Salah satu hal yang mendorong prediksi itu adalah ekspektasi aksi pelonggaran moneter oleh The Fed pada 2025.
“Misalnya dinamika government shutdown, juga pelonggaran moneter yang akan diterapkan The Fed pada Desember 2025, ataupun kalau diundur, setidaknya masih ada kepastian bahwa The Fed berpeluang melakukan kebijakan pelonggaran moneter di bulan Januari 2026,” kata Nafan saat dihubungi Bisnis, dikutip Minggu (16/11/2025).
: Peluang Santa Claus Rally Terbuka, tapi IHSG Masih Dibayangi Risiko Global
Sementara itu, dari dalam negeri, sejumlah stimulus yang disuntikkan oleh pemerintah belakangan juga diprediksi bakal menggairahkan perekonomian masyarakat menjelang akhir tahun, terutama pada momentum Natal dan tahun baru (Nataru).
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga lanjutan oleh Bank Indonesia (BI) pada Desember mendatang, juga dinilai bakal turut menjadi penopang Santa Claus Rally pada akhir 2025.
: : Peluang Besar Santa Claus Rally di Pasar Saham Jelang Akhir Tahun
Di tengah kondisi ini, sejumlah saham perbankan dan peritel direkomendasikan oleh Nafan, salah satunya adalah BBCA yang dinilai memiliki harga yang berada di bawah harga wajarnya. BBCA direkomendasikan add oleh Nafan, dengan target harga Rp8.700 dan support berada di level Rp6.150 dan Rp5.950.
Selain itu, BBNI direkomendasikan accumulative buy dengan target harga Rp4.710 per lembar, BBRI direkomendasikan buy dengan target harga Rp4.030, BMRI dengan target harga Rp4.770–Rp6.200, BBTN dengan target harga Rp1.245, dan BNGA direkomendasikan add dengan target harga Rp1.790. Saham-saham tersebut dinilai masih dalam valuasi yang murah dengan potensi dividen yang tinggi.
: : Katalis Santa Claus Rally ke Saham Emiten Peritel AMRT, MAPI Cs
Sementara itu, pada saham-saham peritel, Nafan merekomendasikan ERAA dan ACES dengan target harga masing-masing Rp436 dan Rp450.
Sementara itu, Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi, turut menilai peluang terjadinya Santa Claus Rally pada akhir 2025 cukup besar. Dibandingkan realisasi pada 2024 yang cenderung lesu, katalis dari stimulus fiskal dan sinyal The Fed untuk menghentikan quantitative tightening dinilai bakal memberikan dorongan bagi IHSG.

Adapun pada 2024, sentimen Santa Claus Rally tidak begitu tercermin dalam kinerja IHSG. Berdasarkan data Bursa, memasuki Desember 2024, IHSG sempat menguat 5,92% ke level 7.464,75 pada 10 Desember 2024. Namun, tidak lama berselang, IHSG justru lesu dan menutup tahun pada level yang terkoreksi di level 7.079,91.
“Kombinasi stimulus fiskal domestik dan sinyal The Fed untuk stop QT bikin risk-on sentimen lebih kuat dibandingkan tahun lalu yang waktu itu dibebani high rate dan geopolitik,” kata Wafi.
Di tengah kondisi ini, sejumlah saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, dan BBRI direkomendasikan Wafi, dengan ekspektasi masuknya dana asing dan valuasi saham-saham perbankan yang masih relatif murah.
Selain itu, Wafi juga merekomendasikan saham konsumer dan peritel, seperti AMRT, ICBP, MYOR, hingga MAPI, dengan ekspektasi dorongan volume penjualan yang naik akibat permintaan akhir tahun dan stimulus fiskal.
“Saham infrastruktur dan konstruksi karena sensitif window dressing dan teknologi seperti GOTO dan BELI karena beta tinggi, kena manfaat risk-on global,” tegas Wafi.
Sementara itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia, menilai bahwa dalam momentum Santa Claus Rally, sejumlah saham perbankan besar layak diperhatikan, seperti BBRI, BMRI, BBCA, hingga BBNI. Menurutnya, saham-saham perbankan akan jadi penerima manfaat utama dari likuiditas pasar yang membaik dan momentum kredit akhir tahun.
“Sektor konsumer staples dan ritel menjelang akhir tahun, serta telekomunikasi dan infrastruktur digital yang defensif. Properti pilihan yang didukung PPN DTP juga menarik, sementara komoditas tetap selektif,” kata Liza, Minggu (16/11/2025).
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.