
Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) siap mengoptimalisasikan energi panas bumi di luar sektor kelistrikan. Salah satu sektor industri strategis yang jadi incaran PGEO adalah data center.
Baru-baru ini, PGEO menggandeng Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) dan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) untuk memulai kajian pengembangan Green Data Center.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy Edwil Suzandi menegaskan, kolaborasi ini menjadi langkah strategis untuk membuka peluang baru industri digital beremisi rendah di Indonesia. Apalagi, saat ini Indonesia tengah memasuki era transformasi digital yang mendorong lonjakan kebutuhan data center.
Gelar RUPSLB, Wijaya Karya (WIKA) Ubah Anggaran Dasar & Perubahan Penggunaan Dana PMN
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat bahwa tren ini ditopang oleh lebih dari 212 juta pengguna internet serta fasilitas data center yang diperkirakan terus bertambah hingga 2029 – 2030. Berdasarkan proyeksi pertumbuhan konsumsi kelistrikan di industri, hampir 26% konsumsi listrik didorong oleh pertumbuhan data center.
Kapasitas data center nasional diproyeksikan naik dari 520 megawatt (MW) pada 2025 menjadi 1,8 gigawatt (GW) pada 2030. Hal ini membuka peluang bagi PGEO untuk terlibat lebih jauh dalam sektor digital rendah karbon.
Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand mengatakan, upaya ekspansi PGEO ke Green Data Center merupakan bagian dari strategi pemanfaatan panas bumi di luar sektor kelistrikan tradisional dan perjanjian jual beli listrik dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ekspansi ini memiliki potensi signifikan terhadap kinerja jangka panjang karena PGEO akan menargetkan pasar yang berkembang pesat.
Dalam hal ini, permintaan data center nasional diproyeksikan melonjak dari 520 MW pada tahun 2025 menjadi 1,8 GW pada tahun 2030, sehingga menjadi sebuah ceruk pasar bagi PGEO yang memiliki aset energi panas bumi yang bersifat baseload atau dapat diandalkan selama 24 jam penuh.
“Namun, tantangan utama bagi PGEO terletak pada aspek kebijakan dan regulasi,” ujar dia, Senin (15/12/2025).
PGEO disebut harus mengatasi risiko di sektor EBT lantaran kebijakan energi nasional masih cenderung memihak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Diperlukan implementasi yang efektif dari regulasi energi terbarukan untuk menarik investasi data center secara langsung.
Ecolab dan PGEO Kolaborasi Teknologi Kembangkan Energi Panas Bumi
Secara umum, prospek kinerja PGEO diperkirakan tetap solid pada 2026. Hal ini didorong oleh kontribusi penuh dari proyek-proyek pembangkit panas bumi terbaru yang telah tuntas, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit II dengan kapasitas 55 MW yang telah beroperasi penuh sejak Juni 2025.
Kontribusi penuh dari penambahan kapasitas panas bumi pada 2026, ditambah dengan ketiadaan pekerjaan pemeliharaan besar (major maintenance), diyakini akan mendorong volume produksi PGEO untuk tumbuh dua digit atau sekitar 11,1%.
“Kenaikan kapasitas terpasang ini mendukung target PGEO untuk mencapai kapasitas mandiri sebesar 1 GW dalam dua tahun ke depan, yang secara fundamental akan mengangkat pendapatan dan profitabilitas perusahaan,” kata Abida.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Edvisor Provina Visindo Praska Putrantyo menyoroti tren penurunan harga saham PGEO akhir-akhir ini.
Sebagaimana diketahui, harga saham PGEO merosot 16,79% dalam tiga bulan terakhir ke level Rp 1.165 per saham pada Senin (15/12/2025). Namun, sejak awal tahun, harga saham anak usaha PT Pertamina (Persero) ini masih tumbuh 24,60% year to date (ytd).
Menurut Praska, para investor tampaknya sudah priced in segala berita positif terkait rencana pengembangan bisnis PGEO, sehingga aksi ambil untung (profit taking) tak terhindarkan.
“Namun, dengan pipeline proyek PGEO dan industri energi terbarukan yang prospektif, saham ini masih cukup menarik untuk dipantau,” imbuh dia, Senin (15/12/2025).
Dari situ, Praska merekomendasikan buy on weakness saham PGEO dengan target harga di level Rp 1.455 per saham.