Data tenaga kerja AS dorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed Januari 2026

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan Januari 2026 mendatang meningkat setelah data menunjukkan kenaikan tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) pada bulan lalu.

Melansir Reuters pada Rabu (17/12/2025), kontrak berjangka suku bunga AS (U.S. rate futures) menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga pada Januari naik menjadi 31% sesaat setelah rilis laporan ketenagakerjaan nonpertanian (nonfarm payrolls), dibandingkan 22% sebelumnya.

Berdasarkan estimasi LSEG, peluang tersebut terakhir berada pada kisaran 27%, sementara peluang The Fed menahan suku bunga tercatat sekitar 73%.

: The Fed Pangkas Bunga, Ada Peluang BI Rate Ikut Turun?

Meski demikian, pasar masih memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga dua kali masing-masing 25 basis poin pada 2026. Kontrak berjangka saat ini mencerminkan pelonggaran moneter sekitar 57 basis poin tahun depan.

Pemangkasan suku bunga pertama pada 2026 diperkirakan terjadi pada Juni, dengan probabilitas mencapai 83%.

: : Breaking: Bank Indonesia Tahan BI Rate 4,75% di Tengah Tekanan Global

Data yang dirilis pada Selasa waktu setempat menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS kembali meningkat pada November setelah mengalami penurunan pada Oktober akibat pemangkasan belanja pemerintah.

Namun, tingkat pengangguran naik menjadi 4,6%, lebih tinggi dibandingkan 4,4% pada September. Angka pengangguran tersebut berasal dari survei rumah tangga, yang tidak dikumpulkan pada Oktober akibat penutupan sementara pemerintahan (government shutdown).

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics/BLS) melaporkan nonfarm payrolls bertambah 64.000 pekerjaan pada November, setelah ekonomi AS kehilangan sekitar 105.000 pekerjaan pada Oktober 2025.

“Gambaran utamanya adalah stabilitas yang cenderung lunak. Lapangan kerja relatif datar—yang tentu bukan kondisi ideal—tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan tajam seperti yang dikhawatirkan The Fed beberapa bulan lalu,” tulis Managing Director Global Macro TS Lombard, Dario Perkins, dalam catatan risetnya.

Dia menambahkan kenaikan tingkat pengangguran berpotensi menjadi perhatian bagi otoritas moneter, meskipun sebagian disebabkan oleh meningkatnya partisipasi angkatan kerja. Rasio pekerja terhadap populasi, lanjutnya, relatif stabil sejak musim panas.

Secara terpisah, data menunjukkan penjualan ritel AS pada Oktober secara tak terduga stagnan, meskipun belanja konsumen dinilai masih cukup solid memasuki awal kuartal IV/2025.

Laporan tersebut tidak memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan kontrak berjangka suku bunga pada Selasa, namun memperkuat keyakinan bahwa kondisi ekonomi AS lebih stabil dari perkiraan awal.

Kondisi tersebut mendorong pandangan bahwa The Fed perlu bersikap lebih hati-hati dalam memangkas suku bunga. Adapun laporan penjualan ritel tersebut sejatinya dijadwalkan rilis pada pertengahan November, tetapi tertunda akibat penutupan pemerintahan selama 43 hari.