Investor asing kembali menunjukkan geliatnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), mencatatkan pembelian masif atas sejumlah saham unggulan pada sesi I perdagangan Rabu (22/10). Data dari Stockbit Sekuritas mengungkapkan, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil mendominasi daftar top 20 net foreign buy hingga siang ini, menjadi magnet utama bagi para penanam modal global.
Di antara deretan saham incaran, PWON tampil sebagai primadona dengan pencatatan net foreign buy tertinggi mencapai 42,08 juta lembar saham. Saham emiten properti terkemuka ini kian memikat, terbukti dari total pembelian asing yang menyentuh angka 44,04 juta saham, jauh melampaui penjualan yang hanya 2,31 juta saham. Ini menunjukkan kepercayaan besar investor asing terhadap prospek sektor properti.
Tidak kalah bersinar, BBCA menempati posisi kedua dengan net foreign buy sebesar 37,68 juta saham. Volume pembelian fantastis mencapai 157,9 juta saham berbanding 120,2 juta saham penjualan, mengukuhkan posisinya sebagai incaran utama investor asing. Kepercayaan ini didasari oleh prospek yang cerah di sektor keuangan, menjadikan saham perbankan raksasa ini pilihan strategis.
Melengkapi dominasi tiga besar, saham ritel PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) menduduki peringkat ketiga dengan pembelian bersih asing mencapai 20,77 juta saham. Selanjutnya, performa kuat juga ditunjukkan oleh PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dengan 19,96 juta saham, serta PT Astra International Tbk (ASII) yang mencatatkan 19,6 juta saham, menunjukkan diversifikasi minat investor asing di berbagai sektor.
Selain jajaran lima besar yang mendominasi, gairah investor asing turut merambah saham-saham lain. Tercatat, HRTA dengan 17,9 juta saham, BULL dengan 15,17 juta saham, LEAD dengan 14,76 juta saham, AYAM dengan 13,65 juta saham, dan PSAB dengan 11,81 juta saham, semuanya mencatatkan pembelian bersih signifikan yang menambah deretan panjang minat pasar.
Secara keseluruhan, gelombang aksi beli asing ini tersebar luas di berbagai sektor, meliputi properti, perbankan, komoditas, hingga ritel. Lonjakan aktivitas pembelian ini merupakan indikator kuat sentimen positif dari investor global terhadap prospek pasar saham Indonesia. Momentum ini, yang terjadi menjelang akhir Oktober 2025, menandakan kepercayaan yang tumbuh dan potensi pertumbuhan yang menarik di masa depan.