Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) diteropong memiliki peluang untuk menggapai level yang lebih tinggi pada 2026. Tak hanya menembus level 9.000, IHSG bahkan diestimasi menggapai level 10.000 dalam skenario bullish.
Pada perdagangan Rabu (3/12/2025), IHSG ditutup terkoreksi 0,06% ke level 8.611,79. Sepanjang tahun berjalan 2025, IHSG menguat 21,64%.
Untuk 2026, sejumlah sekuritas sudah meyampaikan proyeksi dan target IHSG a.l. JP Morgan, Citigroup, dan Mandiri Sekuritas. Teranyar, Mandiri Sekuritas memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) bakal merangkak naik pada 2026 dengan target 9.050 dan skenario bullish menuju level 9.350.
Kresna Hutabarat, Deputi Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, menyampaikan emiten-emiten dalam ulasan perusahaan diestimasi dapat membukukan pertumbuhan laba bersih secara agregat sebesar 14% pada 2026 atau berbalik positif dari estimasi kontraksi 12% pada tahun ini.
“Ini kembali menjadi modal untuk menarik atau mendorong investasi ke pasar saham lebih bergairah ke depannya,” paparnya, Rabu (3/12/2025).
Selain proyeksi pertumbuhan earnings per share (EPS), Kresna juga menjabarkan sejumlah perkembangan ekonomi domestik yang berpotensi menjadi sentimen positif terhadap pasar modal pada tahun depan.
Salah satunya, efektivitas insentif fiskal pemerintah yang dapat untuk meningkatkan kepercayaan investor kepada pasar modal Indonesia dan mendorong performa bisnis emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia.
: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Kamis 4 Desember 2025
Selain itu, Kresna juga menjabarkan bahwa indikator penjualan semen curah di pasar domestik dan volume penjualan motor wholesales mulai kembali positif. Ditambah lagi, jumlah anggota BPJS Ketenagakerjaan yang aktif mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir yang mengindikasikan kenaikan jumlah pekerja di sektor formal.
“Jadi sebenarnya kita sudah melihat ada indikasi-indikasi awal perbaikan yang menjadi pendukung sentimen positif di pasar saham kita ke depannya,” kata Kresna.
Secara keseluruhan, lanjutnya, Mandiri Sekuritas melihat terdapat momentum positif yang dapat dilanjutkan pada 2026 dan menjadi modal kenaikan performa IHSG pada tahun depan.
“Kami mempertahankan rekomendasi overweight untuk pasar saham Indonesia dengan target harga IHSG dengan skenario base case kami 9.050 pada 2026, sementara untuk bull case-nya 9.350,” tuturnya.
Secara sektoral, Kresna menjabarkan bahwa sektor-sektor yang mendorong peringkat overweight IHSG adalah konsumer, perbankan, telekomunikasi, dan retail. Selain itu, Mandiri Sekuritas juga memberikan peringkat overweight untuk sektor alat berat, emas, dan tembaga.
Di sisi lain, peringkat netral disematkan untuk sektor nikel, minyak dan gas, otomotif, dan properti.
: Sinyal Kuat Santa Claus Rally, IHSG Diramal Moncer Jelang Akhir Tahun
Sebelumnya, JP Morgan memperkirakan IHSG dapat menembus hingga 10.000 pada 2026. Sejumlah sektor seperti materials, consumer staples, consumer discretionary, industrial dan properti menjadi sektor pilihan untuk 2026.
Dalam riset terbarunya, JP Morgan memperkirakan prospek yang lebih cerah bagi pasar modal Indonesia usai masa transisi politik 2025. JP Morgan memperkirakan belanja fiskal akan lebih tinggi, baik dari anggaran fiskal maupun Danantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan konsumsi domestik, didukung oleh perbaikan kondisi makro global serta meredanya ketegangan geopolitik.
“Kami menetapkan target IHSG skenario dasar (base case) untuk akhir tahun 2026 di 9.100, dengan target bull case 10.000 dan bear case 7.800,” tulis Tim Riset JP Morgan, dikutip Selasa (2/12/2025).
JP Morgan juga memperkirakan tren pelonggaran moneter akan berlanjut, dengan tambahan penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 50 bps tahun depan seiring membaiknya likuiditas sistem, defisit transaksi berjalan (CA) diperkirakan tetap berada pada level yang dapat dikelola, yakni di bawah 1% dari PDB.
Sementara itu, menurut JP Morgan, risiko utama berada pada volatilitas rupiah, yang dapat melemahkan kepercayaan pelaku usaha atau konsumen. dan memicu arus keluar jika depresiasi berlanjut.
Adapun sejumlah saham yang menjadi pilihan dari JP Morgan untuk tahun 2026 adalah BBCA, ASII, ICBP, ANTM, GOTO, dan ANTM untuk saham berkapitalisasi pasar besar. Sementara itu, untuk saham-saham jagoan yang berkapitalisasi small and medium cap adalah ISAT, EMTK, JSMR, MAPI, dan PWON.
Dalam riset terpisah, Analis Citigroup Inc. memperkirakan IHSG bakal melaju sekitar 10% dan menyentuh rekor tertinggi baru pada 2026. Dorongan terhadap harga saham di Indonesia disebut berasal dari belanja pemerintah dan penurunan suku bunga.

Analis Citi yang termasuk Helmi Arman dan Rohit Garg menuliskan dalam riset IHSG berpeluang naik ke level 9.250 dari level saat ini sekitar 8.363.
“Seiring rencana belanja pemerintah yang diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi,” tulis para analis Citi seperti dikutip Bloomberg, Selasa (11/11/2025).
Adapun, likuiditas yang membaik dan biaya pendanaan yang lebih murah disebut akan memicu pemulihan sektor perbankan melalui pertumbuhan kredit yang lebih kuat dan margin yang lebih sehat.
Citi melanjutkan percepatan realisasi belanja dan peningkatan subsidi sosial pemerintah diperkirakan akan mendorong konsumsi rumah tangga. Hal ini akan menguntungkan emiten konsumer dan ritel seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR).
Sementara itu, bank-bank seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) juga berpotensi diuntungkan oleh lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
“Meskipun tantangan struktural masih ada, kombinasi dari likuiditas yang membaik, efek pengganda fiskal yang lebih tinggi, serta permintaan domestik yang tangguh akan menciptakan kondisi yang mendukung bagi saham-saham Indonesia,” tulis Analis Citigroup.
: OJK Beberkan Rancangan Revisi Aturan Free Float Mengacu Kapitalisasi Pasar
Secara teknikal MNC Sekuritas memproyeksikan IHSG akan mencapai level bull case di 9.000 pada 2026, dengan skenario dasar di 8.350 dan bear case pada level 7.600.
Head of Research MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan bahwa proyeksi tersebut disusun berdasarkan beberapa skenario dan didukung oleh asumsi bahwa dinamika moneter akan sedikit mereda.
Menurutnya, masih akan ada pemangkasan suku bunga acuan ke depan yang secara fundamental dapat mendukung aktivitas pasar saham. Selain faktor moneter, proyeksi IHSG juga mempertimbangkan sisi fundamental ekonomi makro.
Herditya menyebutkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah di sekitar 5,3% akan menjadi salah satu motor penggerak. Realisasi target ini dinilai krusial untuk menjaga kinerja emiten di berbagai sektor.
“Untuk pasar saham sendiri kami perkirakan akan dipengaruhi dari sisi regulasi pemerintah ke depannya, di mana bisa jadi akan mempengaruhi iklim investasi sehingga akan berpengaruh ke inflow asing,” ucapnya.
Namun demikian, faktor risiko yang perlu diwaspadai oleh pelaku pasar adalah kecenderungan pergerakan nilai tukar rupiah yang dinilai akan tetap volatile di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga tersebut.
Risiko fiskal juga masuk dalam kalkulasi proyeksi, sebab beberapa program prioritas pemerintah memerlukan alokasi anggaran besar. Jika pengelolaan risiko fiskal tidak optimal, hal ini dapat membebani sentimen investasi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.