Industri asuransi jiwa berpeluang tingkatkan investasi saham di 2026

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melihat peluang perubahan strategi perusahaan asuransi jiwa dalam menempatkan instrumen investasi pada 2026. 

Ketua Bidang Operational of Excellence AAJI, Yurivano Gani menilai pada tahun depan kemungkinan akan lebih banyak alokasi ke saham, tetapi tetap bergantung pada risk appetite masing-masing perusahaan.

Menanggapi hal tersebut, PT Asuransi Jiwa BCA atau BCA Life membeberkan strategi investasi yang dilakukan perusahan pada tahun depan adalah tetap menyeimbangkan dan mengoptimalkan tingkat imbal hasil terhadap risiko investasi. 

“Yang dihadapi berdasarkan prinsip pengelolaan aset dan liabilitas, di mana strategi pengelolaan investasi ditetapkan sesuai dengan profil liabilitas asuransi yang dimiliki oleh BCA Life,” kata Presiden Direktur & CEO BCA Life Eva Agrayani kepada Bisnis, dikutip Minggu (14/12/2025).

Eva menilai biasanya faktor yang mendorong asuransi jiwa meningkatkan alokasi dana ke saham adalah karena didorong tujuan investasi jangka panjang.

“Dan atau atas permintaan nasabah produk asuransi yang dikaitkan investasi [PAYDI], misalnya memilih jenis aset investasi saham yang sesuai dengan profil risikonya,” ujarnya.

Sebagai gambaran, saat ini portofolio investasi BCA Life sebagian besar dialokasikan kepada aset dengan jenis pendapatan tetap, terutama pada Obligasi Pemerintah. 

Adapun, PT Asuransi Ciputra Indonesia atau Ciputra Life menilai ada dua faktor utama yang memengaruhi keputusan perusahaan asuransi dalam menaruh dananya di instrumen investasi tertentu.

Faktor pertama, yakni internal seperti profil liability atau kewajiban, risk appetite, dan kebijakan investasi dari perusahaan. Faktor kedua, yakni faktor eksternal.

“Seperti kondisi makro ekonomi, risk vs. return profile dari saham dibandingkan dengan aset investasi yang lain, maupun regulasi yang mengatur batasan investasi,” ucap Direktur Utama Ciputra Life Hengky Djojosantoso.

Hengky menjelaskan, di perusahaannya sendiri sampai saat ini mayoritas penempatan investasi ada pada obligasi negara, diikuti oleh obligasi korporasi. Kendati demikian, pihaknya juga tetap mengevaluasi kemungkinan penambahan porsi investasi di saham.

“Kami terus melakukan evaluasi terhadap kemungkinan penambahan porsi investasi dalam saham, terutama saham-saham yang mempunyai fundamental baik tetapi saat ini valuasinya masih rendah,” tuturnya.

: Saatnya Asuransi Jiwa Perkuat Tata Kelola di Tengah Penyusunan RPOJK Kesehatan

Adapun, pengamat asuransi Wahyudin Rahman memandang strategi investasi perusahaan asuransi di tahun depan akan lebih opportunities, tetapi tetap berhati-hati. Menurut dia, porsi utama masih berada pada instrumen pendapatan tetap karena kebutuhan menjaga stabilitas hasil dan kecocokan dengan liabilitas jangka panjang. 

“Namun, dengan valuasi saham yang mulai menarik setelah koreksi tahun ini, eksposur ke pasar saham berpeluang ditingkatkan secara selektif pada sektor-sektor berfundamental kuat,” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, diversifikasi ke aset alternatif seperti infrastruktur dan instrumen berbasis ESG akan makin diperkuat untuk menambah sumber imbal hasil yang stabil.

“Tentunya, seluruh keputusan investasi akan tetap berada dalam kerangka asset liability matching yang ketat dan penguatan tata kelola risiko,” jelasnya.

Sebagai gambaran, data AAJI per kuartal III/2025 menunjukkan bahwa investasi saham di industri asuransi jiwa turun 14% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp124,57 triliun. Penurunan ini melanjutkan tren pelemahan dari 2023–2024 yang juga turun 7,5% YoY.

Ketua Bidang Operational of Excellence AAJI, Yurivano Gani menjelaskan penurunan porsi saham bukan karena buruknya prospek ekuitas, tetapi faktor teknis pengelolaan aset. 

Namun, dirinya melihat di 2026 mendatang ada peluang perubahan strategi karena indikator pasar yang membaik dan kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah dinilai meningkat.

“Saya melihat 2026 akan lebih banyak alokasi ke saham, tentu bergantung pada risk appetite masing-masing perusahaan,” tuturnya.