JAKARTA, ussindonesia.co.id – Bank Indonesia (BI) optimis dengan masa depan cerah pembayaran digital di Indonesia. Seiring dengan adopsi yang semakin meluas, BI terus berupaya memperkuat ekosistem pendukung untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Berdasarkan laporan Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025, tercatat lonjakan signifikan dalam volume pembayaran digital di tahun 2024, mencapai 36,6 miliar transaksi dengan nilai total Rp 70.890,4 triliun. Angka ini mencerminkan pertumbuhan yang mengesankan, dengan volume meningkat 40,7% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan nilai transaksi tumbuh 19,3% YoY.
Namun, BI memproyeksikan laju pertumbuhan yang lebih moderat untuk tahun 2025. Volume transaksi diperkirakan akan mencapai 49,2 miliar transaksi, tumbuh 34,1% YoY, sementara nilai transaksi diprediksi mencapai Rp 78.563,1 triliun, tumbuh 10,8% YoY.
Tren positif diprediksi akan berlanjut dalam dua tahun mendatang. Pada tahun 2026, pertumbuhan volume transaksi diperkirakan meningkat menjadi 30,0% YoY atau 63,9 miliar transaksi, dengan nilai transaksi tumbuh 12,4% YoY menjadi Rp 88.310,7 triliun.
Perkembangan di tahun 2027 menunjukkan dinamika yang menarik. Meskipun pertumbuhan volume transaksi sedikit melambat menjadi 23,9% YoY sebanyak 79,2 miliar transaksi, nilai transaksi justru diproyeksikan tumbuh lebih pesat, mencapai 14,8% YoY atau sebesar Rp 101.410,3 triliun.
Bank Indonesia (BI) melihat bahwa peningkatan akses dan preferensi masyarakat terhadap layanan pembayaran digital terus meningkat, didorong oleh kebutuhan akan transaksi yang cepat, mudah, dan terjangkau.
Guna memfasilitasi kemudahan tersebut dan memperkuat struktur industri sistem pembayaran, BI terus memperluas implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan interkoneksi layanan digital antara bank dan perusahaan fintech.
Setelah sukses dengan implementasi SNAP untuk first movers dan second movers pada periode 2022-2023, BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mendorong perluasan integrasi SNAP ke segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta lembaga nirlaba di tahun 2025.
Adopsi SNAP menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, dengan tingkat interkoneksi layanan pembayaran yang telah mencapai sekitar 96% dari total volume transaksi.
Untuk menjaga kesehatan, efisiensi, dan stabilitas industri penyelenggara jasa pembayaran (PJP/PSP), BI memperkuat fungsi surveilans sistem pembayaran, mencakup peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), manajemen risiko, dan keandalan teknologi.
Hasil surveilans ini menjadi dasar penilaian kesehatan PSP, yang selanjutnya memengaruhi keikutsertaan mereka dalam sistem BI-FAST, proses perizinan, serta pengembangan layanan pembayaran bagi masyarakat.
BI Proyeksi Pertumbuhan Transaksi Ritel BI-Fast Melambat hingga 2027
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) optimis terhadap pertumbuhan pembayaran digital di Indonesia, dengan proyeksi volume dan nilai transaksi yang terus meningkat hingga tahun 2027. Meskipun pertumbuhan volume transaksi diprediksi melambat, nilai transaksi justru diperkirakan akan tumbuh lebih pesat, mencapai Rp 101.410,3 triliun pada tahun 2027.
Untuk mendukung pertumbuhan ini, BI terus memperluas implementasi Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) hingga ke segmen UMKM dan lembaga nirlaba. Selain itu, BI juga memperkuat fungsi surveilans sistem pembayaran untuk menjaga kesehatan dan stabilitas industri, yang hasilnya memengaruhi keikutsertaan PSP dalam sistem BI-FAST.