Merdeka Battery (MBMA) ditunjang prospek proyek ekspansi hilir, cek rekomendasi saham

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) masih tertekan hingga kuartal III-2025.  

Kendati demikian, prospek jangka panjang MBMA masih terbuka seiring percepatan ekspansi hilir, khususnya proyek high pressure acid leach (HPAL) dan acid iron metal (AIM) yang menunjukkan kemajuan signifikan. 

Pendapatan belum diaudit tercatat sebesar US$ 935 juta selama sembilan bulan 2025, turun 32% secara tahunan (yoy). Penyebab utamanya, penurunan kontribusi dari segmen nickel pig iron (NPI) yang minus US$ 102,3 juta dan high-grade nickel matte (GNM) yang minus US$ 418,8 juta. 

Namun, sebagian kemerosotan ini dikompensasi oleh peningkatan pendapatan dari limonit dan segmen lain,

Laba Bersih Melonjak, Saham Folago (IRSX) Naik 185% Dalam Sebulan

Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer, menyampaikan kemerosotan kinerja MBMA hingga kuartal III salah satunya dipicu oleh melemahnya kontribusi produksi dari fasilitas pemrosesan nikel konvensional akibat pemeliharaan dan penyesuaian produksi.

“Sehingga pendapatan hilir akhirnya ikut tertekan,” terang Mifta kepada Kontan, Selasa (9/12/2025).

Padahal, lanjutnya, dari sisi hulu volume bijih nikel perusahaan sebenarnya sempat naik signifikan pada enam bulan pertama tahun ini. Tetapi hal tersebut belum mampu menutupi penurunan pendapatan dari segmen pengolahan. 

Tak hanya itu saja, dalam kondisi ini, Mifta menilai market juga masih merespons moderat di tengah harga nikel global yang belum stabil akibat tekanan oversupply dari produsen besar di kawasan Asia. 

“Meski begitu, kami kira prospek 2026 bisa lebih konstruktif dengan mulai beroperasinya proyek HPAL MBMA secara bertahap di pertengahan 2026,” lanjutnya.

Asal tahu saja, MBMA terus memperkuat strategi pertumbuhan terintegrasi melalui pengembangan HPAL dan AIM, sehingga menempatkan MBMA sebagai pemain penting dalam rantai pasok global bahan baku baterai.

Proyek HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) diketahui telah mencapai 54% progres pembangunan pabrik dan 29% untuk fasilitas Feed Preparation Plant (FPP), dengan commissioning tahap pertama ditargetkan pertengahan 2026.

  MBMA Chart by TradingView  

Di fasilitas AIM yang dikelola PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), produksi asam sulfat perseroan stabil di level 251.715 ton.

Pabrik klorida dan katoda tembaga juga masuk tahap commissioning dengan produksi awal pelat tembaga katoda memenuhi standar London Metal Exchange (LME).

Bidik Mifta, jika volume MHP bisa sesuai rencana, ke depan bakal ada momentum kinerja bisa kembali membaik terutama jika permintaan EV global kembali tumbuh. 

Dengan demikian, Mifta merekomendasikan investor untuk trading buy saham MBMA dengan target harga Rp 660 per saham.