
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Harga emas hari ini terpantau menguat di tengah pernyataan yang saling bertentangan dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang mendorong pelaku pasar menahan ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan tahun depan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (15/12/2025), harga emas di pasar spot terpantau menguat 0,37% pada level US$4.315,72 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,36% pada kisaran US$4.343,90 per troy ounce.
Harga emas batangan (bullion) diperdagangkan di kisaran US$4.305 per troy ounce, setelah menguat lebih dari 2% sepanjang pekan lalu. Meskipun The Fed memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya secara berturut-turut pada Rabu (10/12/2025), tiga pembuat kebijakan memilih menentang keputusan tersebut dan pandangan internal masih terbelah mengenai sejauh mana pelonggaran lanjutan akan dilakukan pada 2026.
: Investasi Terbaik 2026: Adu Cuan Harga Emas vs Prospek Saham-Obligasi
Dua pejabat yang menyatakan dissent, yakni Presiden Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee dan Presiden Federal Reserve Kansas City Jeff Schmid, merilis pernyataan yang menjelaskan alasan penolakan mereka pada Jumat (12/12/2025).
Goolsbee menilai akan lebih bijaksana menunggu data tambahan sebelum kembali memangkas suku bunga, terutama setelah penutupan sebagian pemerintahan AS menunda rilis sejumlah indikator ekonomi penting. Sementara itu, Schmid menegaskan inflasi masih terlalu tinggi.
: : Ramalan Harga Emas Tembus Rp2,7 Juta per Gram Akhir 2025 Dibayangi Arah Kebijakan Moneter The Fed
Perbedaan pandangan tersebut meningkatkan ketidakpastian terkait kelanjutan siklus pelonggaran moneter The Fed, kebijakan yang selama ini menopang harga logam mulia seperti emas dan perak, yang cenderung diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah karena tidak memberikan imbal hasil bunga.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 60%, sementara perak menguat lebih dari dua kali lipat. Keduanya berpeluang mencatatkan kinerja tahunan terbaik sejak 1979. Reli tajam tersebut ditopang oleh tingginya pembelian bank sentral serta pergeseran minat investor dari obligasi dan mata uang negara maju.
Berdasarkan data World Gold Council, kepemilikan exchange-traded fund (ETF) berbasis emas meningkat setiap bulan sepanjang tahun ini, kecuali pada Mei.
Di sisi lain, harga perak dalam beberapa pekan terakhir turut terdorong oleh spekulasi ketatnya pasokan, menyusul fenomena short squeeze bersejarah pada Oktober 2025. Harga perak tercatat menguat 0,1% ke US$62,03 per troy ounce, setelah terkoreksi 2,5% pada Jumat
Adapun, logam putih itu mencetak rekor harga US$64,6573 per troy ounce pada Jumat pekan lalu.