
Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Aksi jual (sell off) di bursa saham global terjadi karena meningkatnya kekhawatiran atas valuasi yang terlalu tinggi (lofty valuations) di sektor kecerdasan buatan (AI).
Di tengah kondisi yang masih cenderung volatile ini, perencana keuangan merekomendasikan beberapa langkah bagi investor yang bisa diambil di tengah kondisi pasar global saat ini. Investor bisa mulai mencermati aset save haven tertentu.
Asal tahu saja, meskipun euforia terasa di pasar saham global sempat mereda, kinerja positif Nvidia dinilai belum cukup meredakan kekhawatiran bahwa saham-saham teknologi berharga tinggi bisa kembali “mendarat” di bumi, terutama di tengah keraguan apakah belanja besar-besaran untuk AI benar-benar akan memberikan imbal hasil.
Saham global telah melemah hampir 3% sepanjang bulan ini berpotensi menjadi penurunan bulanan terbesar sejak Maret sebagian akibat kekhawatiran bahwa reli saham teknologi terjadi terlalu cepat dan terlalu tinggi.
Rupiah Diprediksi Rawan Tertekan dan Cenderung Bergerak Terbatas pada Pekan Depan
Financial Planner sekaligus CEO and Founder Finansialku Melvin Mumpuni menyebut, dalam kondisi ini, investor ritel di Indonesia masih tertarik dengan komoditas emas. Meski beberapa waktu lalu, emas sempat mengalami koreksi (penurunan Harga) dan sekarang ini emas masih melanjutkan konsolidasi.
Selain itu, dia bilang, investor ritel juga bisa mencermati Obligasi negara Indonesia. Menurutnya aset dana kelolaan ini termasuk aman karena secara UU disebutkan pokok dan bunganya (kupon) dilindungi oleh negara.
Meskipun aksi sell-off adalah isu global, namun fenomena ini mempunyai implikasi bagi pasar Indonesia. Kata Melvin, ketika investor global menjadi risk-averse, aliran modal biasanya keluar dari pasar negara berkembang (emerging markets) termasuk Indonesia.
Meski Terkoreksi di Akhir Pekan, IHSG Masih dalam Tren Menguat
“Ini dapat menekan indeks saham, meningkatkan volatilitas, menekan nilai rupiah,” terang Melvin kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).
Selain itu, sektor saham dengan eksposur besar ke teknologi global atau orientasi ekspor bisa lebih terkena dampak karena penurunan sentimen global. Namun, dampak bisa berbeda antar sektor dan Perusahaan. Seperti misalnya perusahaan yang berorientasi domestik (domestic-oriented) yang kurang terpapar global, bisa saja lebih tahan.
Dengan begitu, Melvin menyarankan investor untuk melakukan diversifikasi portofolio, yakni dengan tidak menempatkan seluruh dana di pasar modal. Investor perlu melakukan alokasi aset ke yang lebih defensif.
“Perkuat alokasi ke safe-haven, seperti yang dibahas, bisa mempertimbangkan porsi emas. Namun jangan berlebihan, tetap harus sesuai rencana investasi,” pungkas Melvin.