Adam Back kritik VC Bitcoiner soal isu risiko komputasi kuantum

Ussindonesia.co.id  CEO Blockstream Adam Back mengkritik keras salah satu modal ventura (VC) yang fokus pada Bitcoin terkait narasi ancaman komputasi kuantum terhadap keamanan Bitcoin.

Melansir Cointelegraph Sabtu (20/12/2025), Back menilai pernyataan tersebut justru menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu di pasar.

Kritik itu ditujukan kepada pendiri Castle Island Ventures, Nic Carter, yang belakangan menjelaskan alasan perusahaannya berinvestasi di Project Eleven, sebuah startup yang mengembangkan perlindungan aset kripto dari potensi ancaman komputasi kuantum.

Gelar RUPSLB, Geoprima Solusi (GPSO) Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

“Pernyataan seperti ini hanya menimbulkan kebisingan yang tidak berdasarkan informasi yang utuh. Anda tidak membantu,” tulis Back dalam unggahan di platform X, Jumat (waktu setempat).

Menurut Back, komunitas Bitcoin tidak menutup mata terhadap potensi ancaman komputasi kuantum.

Namun, riset dan pengembangan solusi disebutnya sedang dilakukan secara serius dan tenang, tanpa perlu membangun narasi yang berlebihan di ruang publik.

Nic Carter membantah kritik tersebut dan menilai justru masih banyak pengembang Bitcoin yang berada dalam kondisi “penyangkalan total” terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi komputasi kuantum.

Carter menegaskan bahwa investasinya di Project Eleven bukan keputusan tersembunyi.

Ia mengaku telah mengungkapkan kepemilikan tersebut sejak Oktober lalu melalui tulisan di Substack.

“Saya sudah menyampaikannya secara terbuka sejak awal. Tidak ada yang disembunyikan,” ujarnya.

Beda Pandangan Fundstrat vs Tom Lee: Nasib Kripto di 2026

Carter Mengaku ‘Quantum Pilled’

Carter menjelaskan, kekhawatirannya terhadap risiko komputasi kuantum muncul setelah berdiskusi dengan CEO Project Eleven, Alex Pruden.

Sejak saat itu, ia mengaku semakin yakin bahwa teknologi kuantum berpotensi menjadi ancaman serius bagi sistem kriptografi blockchain.

“Saya menjadi sangat khawatir terhadap ancaman kuantum terhadap blockchain. Karena itu, saya menempatkan modal sesuai dengan keyakinan saya,” kata Carter.

Ia juga menilai Bitcoin berpotensi menjadi target utama dalam perlombaan supremasi kuantum, mengingat nilai ekonominya yang besar.

Selain itu, Carter menyoroti langkah sejumlah pemerintah yang mulai mempersiapkan sistem keamanan pasca-kuantum, serta derasnya investasi global ke perusahaan teknologi kuantum.

IHSG Melemah, Asing Justru Borong 10 Saham Ini Selama Sepekan

Ancaman Kuantum Masih Diperdebatkan

Isu ancaman komputasi kuantum terhadap Bitcoin bukan hanya diangkat Carter.

Pendiri Capriole Investments, Charles Edwards, sebelumnya memperingatkan bahwa teknologi kuantum bisa menjadi ancaman nyata bagi Bitcoin dalam dua hingga sembilan tahun ke depan, jika jaringan tidak segera mengadopsi kriptografi yang tahan kuantum.

Namun, pandangan tersebut tidak sepenuhnya disepakati. Pengusaha Kevin O’Leary menilai penggunaan komputasi kuantum untuk membobol keamanan Bitcoin bukanlah pemanfaatan paling efektif dari teknologi tersebut.

Saham Dua Putra (DPUM) Dapat Diperdagangkan Lagi (22/12) Setelah Disuspend

Ia berpendapat, potensi terbesar komputasi kuantum justru ada pada riset medis berbasis kecerdasan buatan dan sektor ilmiah lainnya.

Adam Back sendiri menyatakan bahwa kesiapan Bitcoin menghadapi era kuantum tetap penting. Meski demikian, ia menilai ancaman nyata dari komputasi kuantum masih jauh.

“Teknologinya masih sangat dini dan menghadapi banyak tantangan riset dan pengembangan,” ujar Back.