
Ussindonesia.co.id , JAKARTA —Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) jelang akhir tahun ini dibayangi oleh sentimen BI Rate yang ditahan di level 4,75% dan aliran dividen jumbo dari emiten big caps.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG ditutup melemah 0,11% atau 9,13 poin ke 8.677,34. Sebanyak 409 saham ditutup menguat, 291 melemah dan 258 saham tidak berubah.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di rentang 8.660,75 sampai 8.729,47. Pasar mencatat transaksi 51,92 miliar saham dengan nilai transaksi Rp37,69 triliun.
Sejumlah saham market-cap besar yang ditutup turun dan menjadi beban laju IHSG antara lain PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang ditutup turun 1,50% ke Rp6.550, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 0,62% ke Rp8.025, dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 0,68% ke Rp4.370.
Selanjutnya, ada saham PT Barito Renewables EnergyTbk. (BREN) turun 0,77% ke Rp9.725, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) ditutup turun 3,57% ke Rp3.510, saham PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) turun 0,54% ke Rp1.830, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) turun 3,72% ke Rp2.330, dan saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) turun 0,65% ke Rp106.300.
Sementara itu, saham yang ditutup menguat hari ini antara lain adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 1,63% ke Rp3.750, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 0,50% ke Rp5.025, dan saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) yang ditutup naik 0,89% ke Rp16.975.
Seperti diberitakan Bisnis, Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 4,75% dalam rapat dewan gubernur (RDG) pada 17—18 Desember 2025. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan keputusan suku bunga ini sejalan dengan perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah, serta tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%.
Selain itu, keputusan BI Rate Desember 2025 juga sejalan dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global, serta memperkuat pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut dengan perkiraan inflasi 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta perlunya untuk terus turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” jelas Perry.
Katalis Dividen Interim BBRI & ADRO
Di sisi lain, sentimen pasar juga datang dari keputusan dividen interim jumbo BBRI dan ADRO. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) akan membagikan dividen interim tahun buku 2025 sebesar Rp137 per saham, dengan total nilai Rp20,63 triliun. Keputusan pembagian dividen ini telah memperoleh persetujuan Dewan Komisaris dan mengacu pada laporan keuangan perseroan per 30 September 2025.
Dalam keterbukaan informasi, manajemen BRI menyampaikan bahwa cum dividen di pasar reguler dan negosiasi jatuh pada 29 Desember 2025, sedangkan di pasar tunai pada 2 Januari 2026. Adapun, pembayaran dividen interim BRI dijadwalkan akan dilakukan pada 15 Januari 2026.
Sementara itu, emiten terafiliasi Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), mengumumkan pembagian dividen interim sebesar US$250 juta yang bersumber dari laba bersih tahun buku 2025 yang berakhir pada 30 September 2025.
Corporate Secretary ADRO, Maharani Cindy Opssedha, menjelaskan bahwa pembagian dividen interim tersebut telah sesuai dengan keputusan direksi yang disetujui dewan komisaris pada 17 Desember 2025.
“Dividen interim akan dibagikan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 2 Januari 2026 hingga pukul 16.00 WIB,” ujar Maharani dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (18/12/2025).
IDX COMPOSITE INDEX – TradingView
Secara teknikal, Tim Riset Phintraco Sekuritas mencatat IHSG bergerak sideways dalam kisaran sempit sebelum akhirnya ditutup koreksi. Secara teknikal, level IHSG saat ini masih dalam posisi uptrend dalam jangka menengah panjang.
“Namun, dalam jangka pendek IHSG masih cenderung bergerak konsolidasi. IHSG masih di atas level MA5, MA20, MA50 dan MA200, sehingga masih dalam area bullish, namun saat ini momentumnya melambat,” tulis riset sekuritas, Rabu (17/12/2025).
Sekuritas menjabarkan sejumlah data keuangan yang menjadi sorotan pasar. Pertumbuhan kredit pada November 2025 meningkat 7,74% year on year (YoY), dibandingkan 7,36% pada Oktober 2025. Sekuritas mencatat capaian ini menjadi pertumbuhan tercepat sejak Juni lalu, di tengah adanya paket stimulus dari pemerintah untuk mendorong daya beli masyarakat.
Sementara itu, jumlah undisbursed loan atau kredit menganganggur masih relatif tinggi, mencapai Rp2,509.4 triliun pada November 2025, atau setara dengan 23,18% dari total kredit yang disetujui.
“Meskipun BI Rate telah turun sebesar 125 basis poin (bps) pada 2025, namun penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat, yaitu sebesar 24 bps dari 9,2% pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96% di November 2025,” tulis sekuritas.
Adapun untuk proyeksi IHSG pada perdagangan Kamis (18/12/2025), Phintraco Sekuritas menjelaskan bahwa secara teknikal Stochastic RSI yang membentuk Golden Cross di dekat area oversold membuka peluang rebound jangka pendek. Dengan demikian, IHSG pada perdagangan Kamis diperkirakan masih akan berkonsolidasi di kisaran 8.600-8.750, selama ditutup di bawah level 8.750.
Menilik kinerja IHSG dalam sebulan terakhir, level indeks komposit saat ini mencerminkan pertumbuhan 3,09%. Bahkan, beberapa kali IHSG memecahkan rekor all time high (ATH) penutupan baru. Saat ini, rekor ATH penutupan baru berada di level 8.710,69, yakni pada penutupan pasar Senin (8/12/2025).
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.