Begini Rekomendasi Saham Raharja Energi (RATU) yang Rajin Ekspansi Group dari Samuel

Ussindonesia.co.id  JAKARTA. PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) semakin menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam investasi hulu migas. Strategi akuisisi bertahap yang dirancang untuk ekspansi jangka panjang menjadi salah satu kunci bisnisnya. 

Perusahaan ini menargetkan tujuh akuisisi blok dalam tiga tahun ke depan, termasuk dua blok yang ditargetkan rampung pada kuartal IV 2025 hingga semester I 2026. Emiten berkode saham RATU ini mengadopsi pendekatan multi-horizon untuk ekspansinya di sektor hulu migas. 

Pertama untuk investasi jangka pendek yakni satu hingga tiga tahun maka akan fokus pada investasi non-operasional dengan mengakuisisi participating interest di kontrak kerja sama (PSC) berskala besar yang masih dirahasiakan. Pada fase ini, RATU tidak akan terlibat dalam operasi, melainkan memanfaatkan kekuatan modal untuk mengambil porsi strategis.

Archi Indonesia (ARCI) Tebar Dividen Interim Rp 499 Miliar, Cek Jadwalnya

Kedua dalam jangka menengah yakni tiga hingga lima tahun, perusahaan ini mulai beralih ke investasi operasional, menargetkan PSC dengan skala produksi lebih kecil sebagai ajang membangun kapabilitas operasional internal.

Ketiga, jangka panjang dalam masa enam –10 tahun. RATU menargetkan ekspansi operasional ke PSC besar di Indonesia, dengan prioritas pada aset yang menawarkan IRR di atas 10% dan struktur pendanaan 80:20 antara utang dan ekuitas.

Manajemen RATU mengungkapkan tujuh rencana akuisisi saat ini memiliki nilai potensial antara US$ 10 juta hingga US$ 150 juta per transaksi.

Masuknya manajemen baru dengan latar belakang kuat dari Barito Group membawa angin segar bagi RATU. Dalam RUPS April 2025, sejumlah tokoh kunci seperti Merly yang juga menjabat di BREN, Star Energy Geothermal, dan Chandra Daya Investasi (CDIA) serta Adrian Hartadi, eks CDIA dan Chandra Asri, resmi bergabung.

CDIA juga memperlihatkan dukungan nyata melalui investasi langsung senilai US$ 9,4 juta atau sekitar Rp 158 miliar, setara 5% kepemilikan di RATU. Selain itu, hubungan silang kepemilikan antara grup PTRO dan Happy Hapsoro pemilik RATU dan RAJA menciptakan sinergi strategis yang dinilai akan memperkuat operasi perusahaan.

Melihat rekam jejak saham terkait Barito Group yang sering diperdagangkan dengan valuasi premium seperti BREN, CUAN, PTRO, dan CDIA, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap dalam riset 2 Desember 2025 memperkirakan sentimen positif serupa dapat mengalir ke RATU.

Karena itu Juan memberi rekomendasi spekulasi beli dengan target harga Rp 20.000 per saham. “RATU mendapatkan rekomendasi Speculative Buy dengan target harga Rp 20.000 per saham, mencerminkan potensi kenaikan hingga 75% dari harga penutupan Rp 11.400,” pendapat dia dalam riset. 

IHSG Cetak All Time High, Investor Domestik Jadi Kekuatan Utama

Prospek ini didukung oleh akuisisi blok yang diharapkan mendorong pertumbuhan laba bertahun-tahun.

Inklusi RATU dalam MSCI Indonesia Small Cap Index pada rebalancing Agustus 2025 juga menjadi katalis positif. Sejak Agustus hingga November 2025, investor asing tercatat melakukan net buy senilai Rp 208 miliar. Dengan bobot 0,2% dalam indeks tersebut, RATU berpotensi menarik aliran dana pasif hingga US$ 34 juta atau sekitar Rp 573 miliar.

Meski begitu, prospek RATU memiliki faktor risiko yang perlu diwaspadai. Dua faktor utama yang dapat menekan proyeksi ini meliputi harga minyak yang lebih rendah dari ekspektasi dan potensi keterlambatan penyelesaian akuisisi blok baru.

Hingga akhir 2025, pendapatan RATU diperkirakan mencapai US$ 52 juta dengan laba bersih US$ 16 juta. Sedangkan pada tahun 2026 pendapatan RATU akan mencapai US$ 59 juta dan laba bersih US$ 17 juta.