Bursa Asia Rebound Tersulut Optimisme Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Bursa Asia menguat pada perdagangan Rabu (15/10/2025) setelah terkoreksi selama tiga hari beruntun, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang menahan tekanan dari memanasnya kembali tensi dagang AS–China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang terpantau naik 1,09% ke level 3.168,01. Indeks S&P/ASX 200 Australia terpantau menguat 0,60% pada level 8.952,80. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan terpantau naik 1,29% ke level 3.607,76. 

Kontrak berjangka indeks S&P 500 bergerak mendatar setelah indeks utama turun 0,2% semalam, seiring dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang membuka kemungkinan untuk menghentikan perdagangan minyak goreng dengan China.

: Pergerakan Bursa Asia Hari Ini Rabu 15 Oktober, Dibayangi Ketegangan AS-China

Di kawasan Asia, perhatian investor tertuju pada Jepang menjelang lelang obligasi pemerintah tenor 20 tahun pada Rabu. Ketidakpastian politik meningkat setelah koalisi partai berkuasa terpecah, menyusul kemenangan mengejutkan Sanae Takaichi dalam pemilihan pimpinan Partai Demokrat Liberal awal bulan ini.

Imbal hasil obligasi jangka panjang Jepang sempat melonjak setelah kemenangan Takaichi, namun peluangnya menjadi perdana menteri disebut menurun setelah koalisi berusia 26 tahun tersebut bubar pekan lalu.

Sejak aksi jual global pada April akibat ketegangan tarif, pasar saham dunia sempat bangkit tajam berkat optimisme terhadap perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan pasca-penurunan suku bunga The Fed pada September. Namun, reli tersebut kini menghadapi tekanan baru seiring meningkatnya kembali tensi dagang antara AS dan China.

“Kondisi pasar tampaknya melihat retorika dari kedua pihak sebagai langkah negosiasi sebelum pembicaraan resmi dilanjutkan di Korea Selatan dalam beberapa pekan ke depan,” tulis Analis Senior Pasar Capital.com, Kyle Rodda, di Melbourne.

Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral masih berada di jalur untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada akhir bulan ini, meskipun penutupan pemerintahan (government shutdown) membatasi pembacaan terhadap kondisi ekonomi.

: : Makin Panas, Trump Ancam Hentikan Perdagangan Minyak Goreng dengan China

Kontrak swap kini memperkirakan total pemangkasan suku bunga sebesar 125 basis poin hingga akhir 2026, dari kisaran saat ini 4%–4,25%.

Powell menilai prospek ekonomi AS belum banyak berubah sejak pertemuan September, ketika The Fed menurunkan suku bunga dan memproyeksikan dua kali pemangkasan tambahan tahun ini. Presiden The Fed Boston, Susan Collins, juga menyatakan dukungannya agar pelonggaran moneter dilanjutkan guna menopang pasar tenaga kerja.

Komentar Powell disebut sebagai konfirmasi kuat atas taruhan pasar terhadap penurunan suku bunga berikutnya, kata Michael Feroli, Ekonom JPMorgan Chase & Co.

Sementara itu, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer memperkirakan ketegangan terkait kontrol ekspor dengan China akan mereda setelah pertemuan antara pejabat kedua negara. Hal ini menyusul keputusan Beijing menjatuhkan sanksi terhadap unit perusahaan pelayaran asal Korea Selatan yang berbasis di AS, dalam sengketa dominasi maritim.

Trump juga menyampaikan nada optimistis terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan.

“Kami memiliki hubungan yang cukup baik dengan China, dan saya pikir semuanya akan baik-baik saja. Kalau pun tidak, itu juga tak masalah,” ujarnya.

Di sisi lain, Uni Eropa tengah mempertimbangkan kebijakan baru yang dapat memaksa perusahaan China berbagi teknologi dengan perusahaan Eropa jika ingin beroperasi di wilayah blok tersebut, sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing industri lokal.

“Karena isu tarif dan perdagangan adalah faktor utama yang mengguncang pasar saham tahun ini, semua pelaku pasar akan sangat mencermati perkembangannya,” ujar Analis Miller Tabak, Matt Maley.