Dana Asing Masuk Rp5,54 Triliun, BBCA hingga ASII Jadi Incaran saat IHSG Tembus ATH

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Pasar saham Indonesia mulai mencatatkan aliran dana asing yang deras pada pekan ini saat IHSG menebus level ATH baru di posisi 8.125. Sejumlah saham menjadi sasaran beli asing seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hingga PT Astra International Tbk. (ASII).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing tinggi sebesar Rp5,54 triliun pada perdagangan kemarin, Selasa (23/9/2025). Meskipun, pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp52,65 triliun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Sejumlah saham mencatatkan net buy asing tinggi pada perdagangan kemarin. Saham BBCA misalnya mencatatkan net buy asing sebesar Rp258,18 miliar pada perdagangan kemarin, meskipun BBCA masih mencatatkan net sell asing tinggi Rp28,17 triliun secara ytd.

: IHSG Sepekan All Time High di 8.051, Dana Asing Guyur Pasar Saham RI

Kemudian, saham PT Bumi Resources Mineral Tbk. (BRMS) mencatatkan net buy asing sebesar Rp248,83 miliar pada perdagangan kemarin. Lalu, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatatkan net buy asing sebesar Rp223,27 miliar.

Selain itu, saham ASII mencatatkan net buy asing sebesar Rp115,29 miliar pada perdagangan kemarin. Catatan net buy asing di ASII pun semakin menebal menjadi Rp2,63 secara ytd.

: : Dana Asing Keluar Deras, Saham BBCA, BMRI Cs Masih Jadi Sasaran Jual

Seiring dengan aliran deras dana asing pada perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) pun kinclong. IHSG menguat 1,06% pada perdagangan kemarin dan menembus level all time high (ATH) baru di posisi 8.125. IHSG pun kokoh di zona hijau, menguat 14,76% sepanjang 2025 berjalan.

Tim Riset Phintraco Sekuritas menilai kenaikan harga komoditas seperti emas memicu berlanjutnya penguatan beberapa saham terkait. Terdapat pula ekspektasi membaiknya ekonomi pada semester II/2025 yang menjadi faktor positif bagi pasar saham Indonesia, termasuk aliran dana asing, meskipun pelemahan rupiah akhir-akhir ini menjadi faktor negatif.

: : Dana Asing Terus Keluar Meski IHSG Hijau, Ini Dampak ke Pasar Saham

Ekspektasi akan berlanjutnya seiring dengan pemangkasan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI). The Fed dalam FOMC bulan ini telah memangkas suku bunga acuannya 25 basis poin ke kisaran 4% sampai dengan 4,25%.

BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini juga menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan BI Rate akan dipertahankan di level 5%. Secara kumulatif, hingga September 2025 BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 125 basis poin sepanjang tahun ini hingga mencapai level terendah sejak Oktober 2022.

Data M2 Money Supply untuk Agustus 2025 pun membukukan kenaikan sebesar 7,6% secara tahunan (year on year/yoy) dari 6,6% yoy per Juli 2025.

“Hal ini sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dan stimulus dari pemerintah yang bertujuan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi domestik,” tulis Tim Riset Phintraco Sekuritas pada Rabu (24/9/2025).

Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai pasar saham Indonesia memang memiliki peluang inflow asing apabila pemerintah bisa memberi sinyal bahwa disiplin fiskal tetap dijaga dan koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) berjalan dengan baik. Apalagi The Fed telah memangkas suku bunga di September yang menjadi momentum masuknya dana segar ke emerging markets.

“Jadi, tantangannya sekarang lebih ke jaga kepercayaan pasar, sementara peluangnya datang dari valuasi IHSG yang sudah relatif murah setelah koreksi,” kata Felix.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan juga pasar saham Indonesia memiliki peluang menarik kembali arus dana asing, terutama jika Pemerintah dengan adanya Menteri Keuangan baru mampu menghadirkan kebijakan pro-investasi. Selain itu, terdapat komitmen kuat menjaga stabilitas fiskal dan iklim usaha, ditambah dengan penurunan suku bunga acuan serta kestabilan politik domestik.

“Kombinasi faktor tersebut dapat mengembalikan kepercayaan asing dan menjadi katalis positif bagi pasar modal,” jelasnya.

_______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.