Ekspansi bisnis bikin prospek saham Medco Energi (MEDC) kian mentereng

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan penurunan kinerja dalam sembilan bulan di tahun ini. Segmen usaha minyak dan gas bumi diproyeksi mampu menopang kinerja MEDC ke depan. 

MEDC mengantongi pendapatan US$ 1,76 miliar, turun 1,12% secara year on year (yoy) per kuartal III-2025.Sedangkan laba bersih MEDC mencapai US$ 85,65 juta, turun 68,66% secara yoy.  

Richard Jonathan Halim, Analis Ciptadana Sekuritas Asia mencatat Medco Energi (MEDC) membukukan pendapatan kuartal III-2025 sebesar US$ 618,6 juta. Hal ini didukung oleh peningkatan lifting minyak dan gas sebesar 163 million barrels of oil equivalent per day  (mboepd) seiring dengan mulai beroperasinya produksi baru dari Blok B Natuna (Terubuk WHP-M), PSC Corridor, dan Blok 60 Oman. 

Tetapkan Kurs Dividen Rp 16.698 per Dolar AS, Segini Dividen Interim Medco (MEDC)

“Meskipun harga minyak terealisasi turun 15% yoy menjadi US$ 66,4 per barel, peningkatan volume tersebut lebih dari mengimbangi tekanan harga dan meningkatkan EBITDA sebesar 11% secara quarter on quarter (QoQ) menjadi US$ 323 juta (turun 1,8% secara yoy),” ujar Richard dalam risetnya pada 6 November 2025. 

Sedangkan, laba bersih MEDC pada kuartal III-2025 melonjak menjadi US$ 48,5 juta, naik 148% secara kuartalan. Ini mencerminkan biaya pembiayaan yang lebih rendah dan pengurangan provisi pajak. Tingkat produksi pada bulan September mencapai 174 mboepd, memperkuat panduan manajemen untuk tahun fiskal 2025 sebesar 155 – 160 mboepd. 

Sementara MEDC melaporkan hasil kinerja sepanjang Januari-September 2025 di tengah harga komoditas yang lebih rendah. Ini didukung oleh produksi hulu yang lebih tinggi dan pertumbuhan energi terbarukan. Pendapatan MEDC per kuartal III-2025 mencapai US$ 1,7 miliar turun 1,12 % secara tahunan dan EBITDA US$ 946 juta, turun 3% secara yoy.  

“Ini mencerminkan operasi minyak dan gas yang stabil, meskipun permintaan gas Singapura melemah dan kerugian dari Amman Mineral (AMMN),” ujar Kepala Riset Ina Sekuritas Arief Machrus dalam risetnya pada 11 November 2025.  

Laba bersih yang turun 69% yoy menjadi US$ 86 juta, didorong oleh penurunan laba AMMN sebesar US$ 166 juta akibat penundaan peningkatan kapasitas smelter dan penangguhan ekspor. Harga realisasi rata-rata turun menjadi US$ 68,3 per barel, turun 15% secara tahunan untuk minyak dan US$ 6,9/mmbtu untuk gas, tetapi MEDC tetap mempertahankan efisiensi dengan biaya tunai rendah sebesar US$ 8,8/boe dibandingkan dengan panduan US$ 10/boe.

Segmen ketenagalistrikan mengalami pertumbuhan yang stabil, dengan penjualan listrik mencapai 1.194 GWh pada kuartal III-2025, naik 6% secara kuartalan. Ini didukung proyek Panas Bumi Ijen 35 MW dan PLTS Bali Timur dengan kapasitas 25 MWp yang baru beroperasi, di samping peningkatan kinerja dari pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla. 

Hingga Kuartal III-2025, Medco Energi (MEDC) Kucurkan Capex US$ 297 Juta

Arief mengatakan, MEDC memperluas portofolio hulunya melalui akuisisi utama, termasuk kepemilikan saham sebesar 70% di Corridor PSC, operator Sakakemang PSC, dan masuk ke Sakakemang Selatan. MEDC juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) menjadi 40% dan mengakuisisi FPSO Marlin untuk mendukung produksi lapangan Forel.

Ekspansi PLTP Batam (39 MW) tetap sesuai rencana untuk beroperasi pada kuartal IV-2025 dengan total kapasitas 4.300 GWh untuk tahun 2025. Belanja modal terkait ketenagalistrikan mencapai US$ 21 juta, yang difokuskan pada penyelesaian proyek dan pengeboran eksplorasi di Bonjol Geothermal. 

“Sementara total belanja modal perusahaan naik 10% yoy menjadi US$ 276 juta untuk peningkatan dan pengembangan sumur baru di seluruh Indonesia dan Oman,” terang Arief. 

Selanjutnya di AMMN, operasi terdampak sementara oleh pemeliharaan Tungku Konversi Flash dan Pabrik Asam Sulfat, yang menyebabkan penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing sebesar 145 juta lbs (turun 57% yoy) dan 76.000 oz (turun 89% yoy). 

“Perusahaan sedang mengupayakan izin ekspor enam bulan yang diharapkan pada kuartal keempat 2025, dengan operasi diproyeksikan akan kembali normal secara bertahap seiring dengan kemajuan pembangunan smelter. Sementara itu, divisi daya dan jasa MEDC tetap stabil, didukung oleh kontribusi penuh kuartal pertama dari FPSO Marlin dan margin yang lebih kuat dari aset terbarukan,” jelas Arief. 

Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas mengatakan awal tahun depan berpotensi menjadi fase pemulihan bagi MEDC setelah tekanan laba 2025. Peningkatan produksi pasca akuisisi blok migas, stabilisasi harga minyak-gas, serta dukungan bisnis listrik/EBT menjadi katalis utama penguatan margin dan arus kas. 

“Jika harga energi global bergerak stabil ke atas, profitabilitas MEDC berpeluang menanjak kembali sejak kuartal pertama,” ujar Sukarno kepada Kontan, Selasa (9/12). 

Arief memproyeksikan pendapatan dan laba bersih MEDC tahun 2025 masing-masing sebesar US$ 2,28 miliar dan US$ 167,1 juta. Adapun pada tahun 2024 MEDC mengantongi pendapatan US$ 2,39 miliar dan laba bersih sebesar US$ 367,4 juta.

Arief dan Richard merekomendasikan buy saham MEDC dengan target harga masing – masing Rp 1.515 per saham dan Rp 1.800 per saham. Sementara Sukarno merekomendasikan trading buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.525 – Rp 1.540 per saham.

Anak Usaha Medco Energi (MEDC) Gabung Oil dan Gas Methane Partnership (OGMP) 2.0