
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aksi private placement PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) senilai Rp 23,67 triliun dinilai menjadi titik balik penting bagi kondisi keuangan emiten penerbangan pelat merah tersebut. Seluruh penerbitan saham baru ini diserap oleh PT Danantara Asset Management (DAM) pada harga Rp 75 per saham.
Abida Massi Armand, Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, menilai langkah ini sangat krusial untuk memperbaiki struktur permodalan Garuda, mengingat perusahaan sempat berada dalam tekanan likuiditas akut.
Menurutnya, transaksi ini akan mengangkat ekuitas konsolidasi GIAA dari posisi negatif sekitar US$ 1,5 miliar per Juni 2025 menjadi positif sekitar US$ 350 juta.
Raharja Energi Cepu (RATU) Menangi Proses Penjualan Saham SMSDL
“Pembalikan ekuitas ini adalah syarat mutlak untuk kelangsungan usaha dan membuka peluang keluar dari Papan Pemantauan Khusus,” katanya kepada Kontan, Senin (1/12/2025).
Selain itu, konversi utang pemegang saham senilai Rp 6,65 triliun menjadi ekuitas turut meringankan beban liabilitas berbunga Garuda.
Dengan masuknya dana segar, Rasio Lancar Garuda diperkirakan naik dari 0,5 kali menjadi 1,53 kali. Sebagian besar dana private placement akan dialokasikan untuk modal kerja dan pemeliharaan pesawat sekitar Rp 8,7 triliun untuk mengembalikan 34 pesawat yang masih grounded ke layanan komersial.
“Peluangnya ada di pemulihan arus kas operasional, utilisasi armada, dan perbaikan load factor. Namun, risiko kini bergeser ke eksekusi operasional, terutama kecepatan mengembalikan pesawat ke langit,” kata Abida.
Demi Raih Suntikan Modal, Garuda Indonesia (GIAA) Rilis Saham Baru Rp 23,67 Triliun
Ia mengingatkan bahwa Garuda masih sensitif terhadap pergerakan harga avtur dan fluktuasi nilai tukar dolar, yang dapat menekan margin perusahaan dalam jangka menengah.
Secara valuasi, Abida menilai aksi ini merupakan katalis positif yang memperkuat keyakinan investor terhadap keberlangsungan usaha emiten berkode GIAA tersebut. Harga pelaksanaan Rp 75 per saham juga berpotensi menjadi lantai struktural bagi pergerakan harga di pasar.
“Dalam jangka pendek, saham berpotensi menguat karena sentimen perbaikan neraca. Tapi kenaikan berkelanjutan akan sangat bergantung pada realisasi kinerja operasional, khususnya utilisasi dan yield,” jelasnya.
Untuk jangka dekat, Abida memberikan rekomendasi netral sambil menunggu laporan keuangan pasca-transaksi serta bukti perbaikan operasional. Namun untuk prospek hingga 2026, ia melihat ruang penguatan yang besar.
Danantara Suntik Modal ke Garuda Indonesia (GIAA) Lewat Private Placement
“Outlook jangka panjang kami adalah buy, dengan target harga 12 bulan di Rp 150,” kata dia.
Prospek tersebut mengasumsikan keberhasilan turnaround, pemulihan armada, serta kemungkinan rights issue lanjutan pada 2026 untuk mendanai ekspansi.